"Kenapa Bunda bisa nginep di sini?" Sekar yang sedang melipat baju bersih tak ayal menarik napas panjang ketika pertanyaan konyol terlontar dari bibir suaminya.
"Mas, apa masih perlu kamu tanya hal kaya gini, sedangkan Bunda itu Ibu kita? Nggak ada alasan untuk seorang Ibu mengunjungi putra putrinya, kecuali kalo putra putrinya punya hal yang disembunyikan, makanya sampe panik kaya Mas sekarang." Gumam Sekar pelan dengan kata-kata penuh sindiran. Sungguh, ia kesal dengan sikap Reno yang seolah sedikit menyudutkannya karena kedatangan Bunda hari ini.
Reno terdiam di tempat, dan lantas menghela napas panjang. "Maaf, Mas nggak maksud menyudutkan kamu." Pinta nya tulus. Ia memberanikan diri menggenggam jemari Sekar yang dulu sering di gandeng nya ketika bermain atau bahkan berangkat ke sekolah. "Mas cuma kaget aja karena Bunda tiba-tiba dateng, nginep, dan bahkan ajakin kita piknik sama Manda. Kalo sampe Bunda tau dan ngapa-ngapain Manda gimana?"
Lain hal dengan Sekar yang malah tersenyum miris dengan tingkah suaminya. "Bisa ya Mas kamu lebih cemasin Mbak Manda ketimbang rumah tangga kita."
Reno terbelalak karena sadar kalau dirinya lagi-lagi menyakiti Sekar. "Bukan gitu maksudnya."
"Terus apa?" Mata Sekar menajam dan benar-benar berhenti melipat pakaian bersih nya. "Kamu sadar nggak kalo selama ini tuh kamu mengkhianati janji kamu sendiri di hadapan Tuhan? Di hadapan Ayah Bunda? Kamu beneran nggak menghargai aku juga sebagai perempuan yang udah jadi istri kamu. Serendah itu ya Mas aku di mata kamu?"
Reno menatap penuh penyesalan pada Sekar yang kini memalingkan wajah dengan berusaha mengusap air mata nya. "Sekar, jangan pernah ngomong gitu. Kamu sama sekali bukan perempuan rendahan, seperti yang kamu bilang."
"Tapi perlakuan kamu menunjukkan kalo aku emang perempuan murahan! Perempuan cadangan!" Bentak Sekar tertahan karena tak ingin Bunda sampai mendengar suara nya yang tengah meninggi karena gejolak emosi dan sakit hati.
Reno menggeleng, dan dengan cekatan memeluk Sekar, meski istrinya itu luar biasa memberontak bahkan memukuli tubuhnya. "Maafin Mas, Sekar. Mas sama sekali nggak pernah berpikir kalo kamu itu perempuan cadangan. Kamu istri Mas, dan selamanya akan seperti itu."
"Yakin kamu kalo aku selamanya bakal jadi istrimu, Mas? Bukannya Mas pasti bakal ceraiin aku dalam waktu dekat ini, iya kan?"
Tubuh Reno membeku, dan hati Sekar semakin tertusuk sembilu karena kebenaran tak tersurat dari respon tubuh suaminya. Padahal sebetulnya, ia hanya menebak-nebak saja akan perkiraan kalau Reno akan segera menceraikan dirinya. Namun ternyata, impian untuk mempertahankan rumah tangga nya bersama Reno memang sesulit itu untuk ia perjuangkan.
Sekar segera mendorong tubuh Reno menjauh dan menatap nyalang suaminya yang terdiam lemas. Ia tertawa, namun tawa penuh kesedihan. "Sampai selamanya, memang aku nggak akan pernah diingkan oleh siapapun." Cekatnya karena tak kuasa menahan fakta tentang dirinya yang sejak kecil selalu mendapat penolakan, bahkan kali ini oleh suaminya sendiri.
"Sekar, jangan bilang kaya gitu. Jangan hina diri kamu sendiri." Pinta Reno sedih. Sungguh, sebelum semuanya pelik seperti ini, Reno memang tulus menyayangi Sekar layaknya adik sendiri. Dulu, ia bahkan tak akan segan menghajar siapapun yang berani mengolok Sekar yang dibilang benalu karena menumpang hidup di keluarganya. Tapi sekarang, ia justru menjadi satu-satunya penyebab kesedihan Sekar yang seolah trauma karena penolakan yang terus menerus di terima nya sejak kanak-kanak.
"Ayo kita cerai aja Mas." Reno bak disambar petir ketika Sekar mengajaknya untuk bercerai. Sungguh, meski ia berjanji pada Manda akan segera menceraikan Sekar, namun ia sendiri tidak pernah yakin bisa berpisah dari Sekar setelah separuh hidupnya ia habiskan bersama Sekar.
"Kamu gila? Mas nggak akan pernah ceraikan kamu!" Bentaknya berapi-api. Hatinya terasa nyeri dan tak terima, padahal justru hal ini yang pasti akan sangat membuat Manda senang karena akhirnya bisa bersatu bersamanya.
Sekar menggeleng. "Apa masih belum cukup Mas nikahi aku karena kasihan, sekarang justru Mas pertahankan aku cuma untuk jadi saksi gimana bahagianya Mas berselingkuh sama Mbak Manda?" Sekar tertawa dengan mata memerah karena luka. "Aku masih manusia biasa, Mas. Walaupun sejak kecil aku biasa di lukai, tapi untuk kali ini, aku nggak sanggup lagi nanggung luka yang kamu kasih ke aku. Aku nyerah, Mas."
Sekar menepis kencang tangan Reno yang berusaha kembali merengkuhnya. Ia menatap tajam wajah suaminya yang terlihat lelah dan pucat. "Jangan dekat-dekat, Mas. Aku muak sama semua aktingmu. Cukup jadi dirimu sendiri, nggak usah maksain kemesraan sama aku, karena Bunda nggak akan lihat kita sekarang. Siapin aja dirimu sama selingkuhanmu buat acara piknik itu."
Reno menjambak rambutnya frustasi ketika Sekar memilih mengurung diri sejenak di walk in closet yang sekaligus menjadi satu dengan kamar mandi. Apalagi ini? Kenapa Sekar bisa sampai tahu tentang masalah perceraian itu? Apa mungkin Manda yang sengaja memberitahunya? Tapi sepertinya tidak mungkin. Ia seharian bersama Manda, dan selama itu ia tidak pernah melihat Manda memegang ponsel. Lantas darimana Sekar bisa mengetahui hal tersebut?
Jika Reno di buat pusing oleh berbagai spekulasi, lain hal nya dengan Sekar yang kini mati-matian membekap bibir karena tak ingin tangisannya di dengar oleh Reno. Sudah cukup selama ini ia di kasihani. Ia tidak ingin terlihat lemah lagi di hadapan lelaki yang menodai rumah tangga sakral mereka.
Sekar sangat menyesali pertemuan, perkenalan, dan pernikahannya bersama Reno. Kalau saja waktu bisa di ulang, ingin rasanya ia tak bekerja di warteg tersebut sehingga tak perlu bertemu dengan lelaki manis yang setelah dewasa berubah menjadi lelaki paling brengsek di hidupnya.
Di tatapnya wajah lelah dan pucat di pantulan kaca. Sudah sejak lama Sekar tak berhasrat merawat dirinya sendiri. Terakhir ia berdandan sempurna adalah saat hari pernikahannya bersama Reno. Sedikit banyak, ia bisa memahami kalau mungkin Reno makin lama makin bosan melihat wajah pucatnya.
Ia tersenyum sinis dan menonjok pelan kaca yang memantulkan dirinya. "Bodoh! Gimana bisa kamu berharap dia setia sedangkan kamu aja nggak bisa menyenangkan suami kamu dengan tampil cantik sempurna?"
Lagi-lagi ia tersenyum sinis. Memang dasarnya saja si Reno yang tidak bisa menjaga amanat dan tanggung jawab. Mungkin semisal ia tetap cantik dan merawat diri sekalipun, Manda akan tetap jadi prioritas dan cinta dalam hidup suaminya itu.
"Lepasin dia, Sekar." Bisiknya pada diri sendiri dengan mata yang kembali memerah. "Kamu pantas bahagia. Tinggalkan dia yang menghalangi kebahagiaanmu. Bunda pasti bakal mengerti." Gumamnya lagi. "Ya, Bunda pasti bakalan mengerti." Tandasnya dengan penuh keyakinan.
Nggak bisa berkata-kata sih, tapi kalo jadi Sekar, aku bisa ngerasain gimana sakitnya di baikin, tapi juga diselingkuhin di depan mata. Keputusan yang tepat nggak nih kalo dia minta cerai sama Reno? Atau malah ada yg tim Reno?😂
Anw, aku lagi menyambut bulan kelahiran Ayah nih. Untuk menyambut kelahiran Ayah yang syukurnya sampai di usia kepala 7 selalu sehat, aku mau adain great sale novel2 pdf karyaku.
4 novel pdf yang kalo di total secara keseluruhan seharga 150 ribu, bakal aku diskon jadi 110 ribu aja! Lumayan sih diskonnya, sekitar 40 ribuan. Ada yang tertarik? Kalo ada, kalian bisa hubungi nomor whatsapp 083103526681.
5 pembeli pertama, bakal aku diskon lagi jadi 100 ribu aja untuk 4 novel pdf karya2ku loh. Yang mau, yuk grab it fast🤗
Jangan lupa vote dan komen ya.
08 Agustus 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Now and Forever
General FictionPernikahan bukanlah akhir dari sebuah kisah cinta. Pernikahan merupakan awal dari sebuah kisah romansa sepasang anak manusia.Dan tentunya, ada banyak doa dan harapan untuk kelanggengan serta kebahagiaan dalam menjalani biduk rumah tangga tersebut. N...