"Sekar?"
Sekar yang kini berdiri di depan pintu rumah mereka lantas menaikkan alisnya, berusaha terlihat tidak acuh, meskipun matanya terlihat kuyu dan sembab karena tangis.
"Kamu naik apa ke sini? Malem-malem gini?" Berondong Reno bertubi-tubi pada Sekar yang wajah nya saja sudah menunjukkan ketidaksukaan.
"Nggak penting aku naik apa ke sini sekarang. Apa aku harus bilang tujuanku ke sini...di sini?"
Reno segera paham kalau posisi mereka kini tepat berada di depan pintu utama. Menggeser tubuhnya, Reno memberi isyarat agar Sekar segera masuk, dan tak lupa menutup pintunya, mengekori sang istri yang kini menuju ruang keluarga.
"Kamu cari apa?" Kernyit Reno saat netranya melihat kepala Sekar terus celingak celinguk, seolah memindai situasi rumah ini.
Bahu Sekar mengedik naik. "Cuma periksa kondisi aja. Siapa tau ada selingkuhan Mas yang itu." Cibirnya dan segera menghempaskan bokong nya di sofa kulit yang empuk.
Helaan napas sedih keluar dari bibir Reno. "Nggak ada dia di sini, Sekar. Kamu tau kalo ini rumah kita, kan?"
"Who knows? Kelamin pribadi Mas aja tanpa segan Mas share ke wanita lain, apalagi cuma sebuah rumah, kan?" Sindir Sekar lagi dengan nada santai yang terbalut kesinisan.
"Kamu ada perlu apa sampe nyusul Mas di sini?" Reno memilih mengalihkan topik karena tak tahu harus mengelak dengan cara apa lagi terhadap sindiran istrinya yang sangat tajam itu
"Apa aku nggak boleh kesini selain ada urusan mendesak? Ke rumah yang menjadi tempat tinggalku juga bersama suamiku selama ini?" Lagi-lagi Reno salah berucap. Sekar malam ini sangat lugas membalikkan setiap kalimat yang terlontar dari bibirnya. Yang terus terang saja membuatnya sedikit kelimpungan.
Dengusan keluar dari bibir Sekar, lantas diikuti oleh tangan wanita itu dengan merogoh tas nya, melempar sebuah kertas yang entah apa isinya.
"Ini apa?" Sekar tak menjawab. Ia memilih duduk anteng dengan bersedekap, sekaligus mengamati tiap ekspresi Reno yang perlahan berubah kaget dan keruh.
"Apa ini? Kamu mau ceraikan Mas?" Tanya nya menggelegar.
"Sekar rasa, di situ udah tertulis jelas apa tujuannya kan?"
"Nggak! Mas nggak mau ceraikan kamu!" Sentaknya dengan suara dan juga ekspresi yang mengeras bercampur panik. Sungguh, ia bahkan mengira ini semua hanya bagian dari bunga tidurnya saja.
"Bisa nggak kalo sekali aja kamu nggak egois, Mas? Kamu pikir wanita mana yang rela dan kuat bertahan setelah tahu suaminya mendua, dan bahkan berzina di belakang istri? Kalau dulu, aku mungkin buta dan bodoh karena masih terus coba mempertahankan pernikahan kita demi Bunda dan juga Ayah. Tapi sekarang?" Kepala Sekar menggeleng sinis. "Nggak ada lagi alasan buat aku bertahan sebagai istri pajanganmu, Mas. Sudah cukup. Takdir memang mengharuskan aku untuk jadi adikmu ketimbang istrimu. Lagipun, bukannya ini maumu dan juga si wanita murahan itu? Kenapa jadi menolak, sedangkan selingkuhan Mas justru sangat menginginkan hal ini?"
Reno mengamuk dengan menyobek kertas yang berisi tanda tangan persetujuan cerai dari pihak Sekar, berusaha menghilangkan jejak yang kemungkinan besar bisa memisahkan ikatannya bersama istri.
"Aku nggak mau! Sampai kapanpun Mas nggak akan ceraikan kamu!" Bentaknya keras dan meremas robekan kertas tersebut untuk ia lempar ke segala arah.
Sekar masih santai menatap Reno meski surat tersebut sudah dirobek habis. "Silakan Mas robek terus surat itu, dan selama itu pula aku nggak akan lelah kirim ulang surat tersebut sampai Mas setuju untuk cerai."
Melihat gestur santai dari Sekar, tentu saja membuat Reno berang. Ia menggeram dan dengan cepat menindih tubuh istrinya dengan tubuhnya, sama sekali tak mempedulikan kesiap kaget dan rintih kesakitan Sekar karena harus menumpu tubuh menjulang miliknya.
"Mas, sakit." Rintih Sekar karena kini tak ada celah sedikitpun untuk dirinya bisa lolos dari kukungan Reno.
"Sakit? Jangan alasan! Kamu cuma mau mengelabui Mas kan biar bisa kabur? Jangan suka menipu, Sekar. Mas nggak suka istri Mas jadi pembangkang dan suka bohong." Tuturnya dengan mengusap wajah Sekar lembut mengenakan jari telunjuknya.
Sekar berang bukan kepalang mendengarnya. "Kamu yang penipu, sialan!!" Bentaknya keras, tak peduli kalau suaranya serak dan lehernya sakit sekalipun. "Ngaca kamu Mas! Siapa yang suka bohong di antara kita hah? Brengsek!"
Reno kuwalahan menjaga diri ketika Sekar semakin memberontak di bawahnya. Geraman lagi-lagi keluar dari bibirnya. Lalu tanpa aba-aba, Reno segera menyatukan kedua bibir mereka, mencium kasar bibir Sekar hingga terasa anyir di lidahnya. Sekar berdarah, dan ia sama sekali tak peduli. Melihat kelengahan Sekar, Reno dengan cepat menarik celana panjang sekaligus underwear milik istrinya itu dan segera menyatukan kedua tubuh mereka, tanpa pemanasan sedikitpun.
Teriakan pilu sekaligus sakit yang terdengar teredam dari bibir Sekar yang masih diinvasi Reno sama sekali tak di gubris oleh lelaki itu. Ia gelap mata sekaligus ketakutan karena Sekar yang kini mulai berani memberontaknya. Ia menggerakkan kejantanannya tanpa perasaan, tanpa memikirkan kesakitan yang tengah Sekar rasakan karena belum siap menerima hujaman kejantanan milik Reno.
"Kamu.nggak.boleh.minta.cerai.dari.Mas!" Erangnya dengan masih menggenjot tubuh istrinya tanpa belas kasih.
Tangis rasanya sudah tidak lagi mewakili bagaimana hancurnya Sekar saat ini. Sudah di khianati, sekarang ia justru diperkosa suaminya sendiri tanpa hati. Raga, hati, sekaligus mentalnya benar-benar sakit kali ini.
"Mas, s-sakit. Am-ampun." Lirihnya karena tak sanggup lagi rasanya menggerakkan tubuhnya sedangkan pangkal pahanya mungkin sudah lecet bahkan berdarah.
"Ini hukuman kamu, Sekar. Hukuman buat istri pembangkang yang berani minta cerai dari suaminya sendiri!" Bentak Reno tanpa sedikitpun memelankan gerakannya. Ia hampir sampai, terlihat dari gestur tubuh dan ekspresi wajahnya yang tengah menahan kenikmatan, sedangkan Sekar justru harus menahan sakit dan juga perih di kegiatan intim mereka.
"Kali ini, kamu nggak akan bisa pergi, Sekar. Nggak akan." Gerung nya diikuti dengan pelepasan dahsyat yang rasa-rasanya bahkan tak pernah senikmat ini meskipun dengan Manda, sosok wanita pujaannya.
Di sisa kesadarannya, Sekar hanya bisa menatap Reno dengan tangis dalam diam nya. Matanya perlahan sayu dan mulai tertutup rapat.
"Aku benci kamu, Mas." Bisiknya sebelum benar-benar tenggelam dalam kegelapan.
Terima kasih banyak buat semua dukungan dan juga doa nya ya dear. Dan terima kasih banyak buat yang udah mau votes dan komen. Meski vote nya masih kurang sedikiiiit lagi, tapi komentar nya melebihi batas target, jadi aku up hari ini untuk kalian. Semoga suka ya😊
Next chapter 165 votes dan 85 komentar yuk?
29 Agustus 2021
![](https://img.wattpad.com/cover/278942387-288-k751912.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Now and Forever
General FictionPernikahan bukanlah akhir dari sebuah kisah cinta. Pernikahan merupakan awal dari sebuah kisah romansa sepasang anak manusia.Dan tentunya, ada banyak doa dan harapan untuk kelanggengan serta kebahagiaan dalam menjalani biduk rumah tangga tersebut. N...