Perjalanan pagi hari di saat jam kerja belum dimulai memang lumayan lengang. Selain masih terlalu pagi, kebanyakan dari pekerja sedang sibuk mencari sarapan untuk dikudap pada pagi hari sebelum seharian berkutat dengan segunung pekerjaan.
Sekar menikmati perjalanan pagi ini dengan Nando yang hanya memakai pakaian santai, sepertinya belum bersiap untuk bekerja.
"Maaf ya aku jadi ngerepotin kamu." Sesal Sekar tak enak karena rambut Nando bahkan masih tampak berantakan, tidak serapi biasanya.
"Eh nggak kok. Nggak ngerepotin. Malah aku yang minta maaf karena jemput kamu masih dalam posisi bangun tidur gini. Masih kepagian kalo mandi." Cengirnya malu-malu.
Sekar mengulum senyum geli. "Jadi kamu belum mandi?"
"Belum. Tapi aku udah bawa baju ganti kok. Nanti aku mandi di kantor aja."
Kening Sekar mengernyit. "Kenapa harus di kantor? Mandi aja di apartemen aku. Ada dua kamar mandi kok." Tawar Sekar tanpa ragu. Membayangkan ada seseorang yang mandi di kantor itu rasanya aneh. Kebersihan kamar mandi kantor sudah tidak usah diragukan lagi, tapi rasanya tidak etis saja. Seperti manusia bebas yang tidak ingat waktu untuk pulang hingga menyempatkan diri mandi di kantor ketimbang di rumah sendiri.
"Kamu nggak keberatan nih?"
"Selama kamu mandinya sendiri dan nggak barengan, ya nggak keberatan lah. Kenapa harus keberatan?"
Nando nyaris tersedak ludahnya sendiri karena kelakar dari Sekar yang dirasanya cukup berani untuk seorang wanita. Tapi di sisi lain, Nando juga senang, karena itu tandanya, Sekar sudah mulai bisa rileks dan terbuka ketika bersamanya.
"Kalo itu harus nunggu sah dulu. Nanti kalo udah sah, baru deh kita mandi bareng." Kekeh Nando yang hanya di balas sebuah senyum tipis oleh Sekar.
Mobil Nando terparkir apik di basement kurang lebih sepuluh menit kemudian. Mereka lantas bersamaan menuju unit Sekar untuk mempersiapkan diri sebelum bekerja.
"Ini kamar mandinya. Kamu bisa pake. Sabun ada di laci dekat wastafel ya. Kamu butuh sikat gigi?"
"Oh nggak perlu. Aku udah sempatin cuci muka sama gosok gigi kok. Bisa pingsan kamu kalo aku belum gosok gigi."
Lagi-lagi Nando mampu memancing senyum di bibir Sekar. "Yaudah, kamu siap-siap dulu. Atau kalo mau tiduran dulu juga boleh. Masih ada satu jam lebih sebelum masuk. Kamar di samping kamar mandinya bisa kamu pake. Tenang aja, bebas debu kok."
Sekar meninggalkan Nando setelah dirasa cukup menjelaskan ini itu. Wanita itu menyempatkan diri untuk sekali lagi membersihkan diri, meski tadi di rumah Bunda ia sudah menyempatkan membersihkan diri seadanya.
Selesai dengan persiapannya sebelum ke kantor, kini Sekar beralih untuk menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga untuk Nando. Sekar memilah bahan makanan yang ada di kulkas nya, dan akhirnya memutuskan membuat dadar bayam untuk sarapan mereka.
Dadar bayam tidak begitu sulit. Terbilang mudah bahkan, hanya butuh bawang putih, kaldu, garam, sejimpit gula dan juga sedikit tepung serbaguna serta telur. Ia juga tak lupa menanak nasi serta membuatkan minum teh hangat.
"Eh, duh kamu repot bikinin sarapan buat aku juga ya?" Bukannya Nando geer, tapi menilik ada dua piring makan di meja pantry, tentu saja Nando segera berasumsi kalau satu piring lainnya jelas Sekar buatkan untuknya.
Sekar tersenyum dan segera mengulurkan segelas teh di sisi nasi berisi dadar bayam mereka. "Nggak repot kok. Kan sekalian buat sarapan aku juga. Coba di cicip. Maaf kalo nggak sesuai sama selera kamu ya."
Nando berterima kasih dan dengan semangat menyendok nasi serta dadar bayam olahan Sekar. Ia memejamkan mata karena rasanya yang begitu lezat. Campuran rasa yang ada berpadu hingga terasa umami di lidahnya.
"Nggak enak ya?" Ringis Sekar tak enak kala melihat Nando sampai memejamkan mata begitu mencicipi masakan sederhana hasil olahannya.
"Nggak enak? Really? Ini dadar terenak yang pernah aku cicip, Sekar." Ringisan di wajah Sekar seketika berganti dengan wajah sumringah.
"Beneran?"
Nando mengangguk dan kembali melahap dadar bayam tersebut hingga tandas, tak sampai sepuluh menit kemudian. Ia bersendawa dan terkekeh canggung karena kelepasan bersendawa saking kenyang nya. Namun untunglah Sekar sama sekali tidak tampak terganggu dengan keteledorannya itu.
"Sorry." Ringisnya tak enak.
Sekar mengibaskan tangan dan beranjak dari kursi. "Santai aja. Bersendawa kan salah satu aktivitas tubuh juga. Nggak enak tau kalo nahan sendawa."
"Biar aku aja." Nando dengan sigap segera membawa piring bekas makan mereka ke sink dan mencucinya sekaligus dengan pan bekas memasak dadar tersebut.
"Makasih banyak ya. Harusnya kamu nggak perlu repot-repot."
"Aku yang ngerepotin kamu. Bahkan sampe dibuatin sarapan segala."
Sekar tak menyahut, namun kemudian ia terkekeh yang membuat Nando cukup bingung karena merasa tidak ada hal yang lucu.
"Kita nggak akan ada habisnya kan ngebahas siapa yang ngerasa paling ngerepotin buat pagi ini?"
Betul juga. Nando sendiri jadi ikut sadar dan kemudian terkekeh geli karena tingkah absurd mereka.
"Mau berangkat sekarang?"
Sekar mengangguk. "Sekarang aja. Biar nggak terlalu macet di jalan."
Kedua nya beriringan menuju basement apartemen. Tidak butuh waktu lama bagi mereka menempuh perjalanan menuju kantor. Apalagi jam masih begitu pagi. Masih ada waktu satu jam lebih sebelum jam kantor dimulai.
Yang membuat mereka kaget adalah, berdirinya Reno di depan lift, menatap tajam keduanya dengan wajah seolah hendak menerkam siapapun yang menghalangi jalannya.
"Lho, Mas Reno kok pagi banget dateng nya?" Sekar tahu kalau insiden pulang bersama Nando pagi tadi memantik amarah mantan suaminya ini. Namun ia sebisa mungkin menganggap santai hal ini. Buat apa ia takut? Toh Reno sekarang hanya berstatus sebagai kakak nya, bukan suaminya. Lagipula, tidak ada yang salah bukan kalau seorang janda pergi bersama lelaki bujangan? Sama-sama tidak terikat pada sebuah hubungan.
"Kamu kenapa pulang sepagi itu? Minta dijemput orang lain? Kamu pikir Mas nggak mampu dan nggak sanggup anter kamu pulang?" Geram Reno tak tahan melihat kedekatan mereka.
Sekar menarik napas, berupaya mengulur kesabarannya. "Mas, apaan sih? Ini Mas beneran berangkat sepagi ini cuma karena mau marah-marah sama hal sepele kaya gini?"
"Sepele kata kamu?" Reno mendelik murka menatap Sekar. "Kamu pergi, sepagi itu, sama laki-laki yang bukan siapa-siapa kamu! Kamu pikir Mas bisa tenang begitu aja melepas kamu?"
"Sebentar lagi dia bakal jadi siapa-siapaku!" Serobot Sekar impulsif. Ia kepalang geram dengan tingkah sok posesif Reno padanya. Kenapa sih dia harus se sensitif ini?
Bibir Reno terbuka dengan hati yang berdegub kencang. Barusan...barusan ia tak salah dengar kan kalau Sekar berkata demikian? Seolah-olah hendak menegaskan kalau dirinya...akan memiliki suatu hubungan bersama Nando? Semua ini bohong, kan?
TBC
Duhhhh lama banget gak nulis kisah mereka. Maapkeun yeorobunnnnnn😂😅 aku waktu itu sedikit kecewa sama silent readers yang membludak. Bahkan vote nya nggak ada setengah dari total pembaca. Sedangkan mikir cerita ini tuh lumayan ribet. Sesedih itu karena ngerasa nggak dihargain🥲 tapi aku bakal coba selesaiin kisah mereka kok mulai sekarang. Plis, selagi cerita ini masih gratis, jangan pelit kasih dukungan. Gratis kok, cuma modal kuota nggak sampe 1 giga cuma buat ngevote dan komen. Nanti masih gratis pada pelit vomment, pas berbayar malah menghujat penulisnya😌
Oh iya, buat yang mau ikut akses cepat nya ceritaku yg berjudul Hitam dan Putih, kalian bisa banget lho hubungi ke no wa 083103526681. Sekarang, akses cepat hitam dan putih udah sampe part 25. Dan ada promo menarik juga.
PAKET 1
AKSES CEPAT HITAM PUTIH + EPIPHANY 65KPAKET 2
AKSES CEPAT HITAM PUTIH + HELLO DARLING 65KPAKET 3
AKSES CEPAT HITAM PUTIH + HELLO GOODBYE 80KPAKET 4
AKSES CEPAT HITAM PUTIH + SHORT STORY COLLECTION 75KPROMO SAMPAI TANGGAL 22 FEBRUARI AJA YA. YUK BELI SEKARANG🤗
200222
KAMU SEDANG MEMBACA
Now and Forever
Ficción GeneralPernikahan bukanlah akhir dari sebuah kisah cinta. Pernikahan merupakan awal dari sebuah kisah romansa sepasang anak manusia.Dan tentunya, ada banyak doa dan harapan untuk kelanggengan serta kebahagiaan dalam menjalani biduk rumah tangga tersebut. N...