Chapter 12

15.7K 1.2K 57
                                    

Keheningan masih merasuk pada kedua wanita yang kini sama-sama menatap pemandangan dari luar jendela taksi online yang mereka pesan. Sekar dengan pemikirannya sendiri, begitupun dengan Bunda yang entah sedang memikirkan apa hingga kening nya mengerut, seolah berpikir keras akan satu hal.

"Jadi, apa ini sebab nya kenapa sampai dua tahun kalian menikah, kamu nggak kunjung hamil juga, sayang?"

Sekar cukup kaget dengan ucapan Bunda yang kini menatapnya dengan wajah penuh kesedihan. Gurat usia makin jelas terlihat karena tekanan dan beban pikiran yang seharusnya tak lagi di rasa oleh orang seumuran beliau. Sekar sendiri hanya bisa menunduk, malu luar biasa karena merasa tak mampu menjaga dan melayani suaminya dengan baik.

"Maaf, Bunda." Bisiknya amat lirih, tak sanggup lagi menunjukkan wajah nya setelah kegagalan dari tugasnya sebagai seorang istri.

"Sayang." Bunda segera memeluk Sekar dan menenangkan anak sekaligus menantunya yang menangis tersedu dalam dekapannya. Matanya memicing tajam, geram memikirkan anak lelakinya yang setega itu menduakan istri dan memilih 'pulang' ke rumah yang tak sepantasnya ia tinggali.

"Sampai kapanpun, posisi kamu nggak akan tergantikan, sayang. Meskipun kamu belum hamil sekalipun, meskipun Reno membawa seribu wanita pun, tapi di hati Bunda, hanya kamu lah anak sekaligus menantu kesayangan Bunda. Bunda yang harusnya minta maaf sama kamu." Ujarnya lembut. Jemari keriputnya menyeka air mata Sekar yang menitik deras membasahi pipi. Raut sedih tak mampu Bunda tutupi lagi di hadapan putrinya. "Karena permintaan Bunda, hidup kamu jadi hancur seperti ini." Cekatnya kelu. "Harusnya Bunda paham bagaimana Reno kalau menyangkut Manda. Terlebih wanita tidak tau malu itu bukannya mundur, malah semakin mendesak Reno untuk segera meninggalkan kamu."

Seolah bergantian, kini Sekar yang mengusap pipi keriput Bunda. "Bunda jangan bilang kaya gitu. Ini semua murni kesalahan Sekar dan Mas Reno, selaku pemain utama di rumah tangga ini. Sekar yang nggak peka dengan rasa cinta mereka berdua, dan Mas Reno yang juga nggak bisa menilik keadaan, di mana dia sudah punya seorang istri. Bunda nggak boleh nyalahin diri Bunda kaya tadi ya? Semua ini murni salah kita, bukan Bunda."

Betapa bodoh putranya itu karena menyia-nyiakan perempuan selembut Sekar demi mempertahankan wanita tak bermoral seperti Manda. Anak laki-lakinya itu memang sejak kecil sudah menimbulkan kecemasan sendiri bagi dirinya dan juga suaminya. Reno kerap kali terlihat mudah goyah akan suatu hal. Dan dulu, ia pikir, ia bisa merubah sedikit demi sedikit sifat tersebut jika ia dan suaminya menikahkan putranya dengan Sekar yang begitu lemah lembut, meskipun di dalamnya ia adalah sosok wanita yang tegar dan juga kuat.

"Apa kamu sudah berpikir tentang masa depan rumah tangga kalian?" Bunda menggenggam jemari Sekar dan mengelusnya pelan. "Bunda nggak akan lagi ikut campur tentang semuanya. Kamu boleh memutuskan apapun, sayang, selama itu baik untuk hidup kamu dan juga kebahagiaanmu. Apapun itu, Bunda pastikan, kalau Bunda dan Ayah akan mendukung kamu, meski harus berpisah dengan Reno sekalipun."

Now and Forever

Di lain tempat, Reno tengah mengendarai mobilnya bersama dengan Manda, setelah tadi istri dan Bunda nya menolak untuk pulang bersama. Liburan yang mereka rencanakan seketika berubah jadi petaka bagi Reno, namun tidak untuk Manda.

Perempuan itu jelas senang, karena lewat pertikaian tadi, jalan untuk bisa bersatu bersama Reno tentu terbuka makin lebar dan makin melicinkan jalannya untuk menghempas benalu tak tahu malu macam Sekar.

"Mas, jangan ngebut." Tegur Manda saat Reno terasa terlalu cepat memacu mobilnya meninggalkan area pantai.

Namun teguran Manda sama sekali tidak dihiraukan oleh Reno yang kini tampak cemas menatap mobil yang sempat ia lewati. Matanya memindai, di mobil manakah kiranya Bunda dan istrinya sekarang berada.

"Mas, kamu denger nggak s..."

"Diam!" Bentak Reno kuat, mengejutkan Manda yang kini terlonjak di tempat. Matanya membelalak kaget, karena selama kebersamaan mereka sejak dahulu, Reno tidak lah pernah sekasar ini padanya. Dan hal itu memancing kekesalan Manda karena merasa tak diperlakukan sebagaimana mestinya.

"Kamu bentak aku?! Kamu inget kan sama siapa kamu ngomong sekarang?" Teriak Manda balik karena kesal dirinya dijadikan sasaran Reno usai bertikai dengan Bunda dan juga Sekar.

Reno yang dirundung emosi lantas memukul kuat kemudi nya, dan membentak Manda dengan emosi yang membumbung. "Memang nya kenapa kalo aku bentak kamu, hah? Kamu bukan siapa-siapa!"

Tentu saja jawaban tersebut memancing syok dari Manda ketika Reno menyebutnya bukanlah siapa-siapa. "Bukan siapa-siapa katamu?" Cekatnya tak menyangka. "Aku yang nemenin kamu di saat kamu sedih maupun senang, Mas! Aku yang support kamu, aku yang kasih selamat kamu, dan kamu bilang aku bukan siapa-siapa?"

Reno menjambak rambutnya frustasi. Ya Tuhan, kenapa semua jadi serumit ini? "Manda, aku tau apa kontribusimu di hidupku. Aku tau tanpa harus kamu utarakan lagi kaya gitu. Tapi bisa nggak kamu ngelihat situasi sekarang? Bunda tau hubungan kita, Sekar juga minta cerai dari aku. Apa kamu nggak bisa sekedar membantu aku gimana menghadapi ini semua?"

Kening Manda berkerut tidak suka. "Jadi kamu nggak mau cerai sama istrimu itu? Mas, kamu inget nggak sih tujuan kita apa? Harusnya kamu seneng kalo pada akhirnya istrimu itu minta cerai dari kamu, supaya kita bisa segera bersatu. Kamu nggak mau cerai dari dia?"

Seketika bibir Reno terkatup rapat. Ia tidak tahu apa yang saat ini diinginkan oleh hatinya sendiri. Ia menyadari kalau ada tikaman nyeri di hatinya saat berpikir kalau sebentar lagi ia akan kehilangan Sekar yang selama ini sudah menemani nya dan melayani nya dengan baik, bahkan sejak mereka kecil. Namun kehilangan Manda juga bukan suatu hal yang ia inginkan. Terlebih Reno menyadari kalau hubungan mereka sudah lebih dari sekedar berpegangan tangan dan berciuman. Mereka sudah kerap menyatu, baik raga maupun jiwa. Intensitas yang bahkan lebih banyak ia habiskan bersama Manda ketimbang istrinya sendiri.

"I don't know." Lirihnya tercekat. Manda terlihat menahan luka saat Reno bahkan tidak tahu apa yang hatinya kehendaki saat ini.

"Jangan goyah, Mas. Kita sudah sejauh ini. Kita bahkan sering berhubungan tanpa pengaman. Gimana kalo aku ternyata hamil? Setega itu kamu mau tinggalin aku dengan keadaan berbadan dua?" Bujuknya sedikit melebihkan. Biarlah ia sedikit membual, berangan tentang kehamilan. Jika itu bisa mencegah Reno goyah, Manda akan dengan senang hati terus mencuci otak Reno dengan kata pengandaian tersebut.

Bujukan Manda tak bisa serta merta Reno iyakan kali ini. Ia masih dalam keadaan kalut, dan ia tidak ingin gegabah menjanjikan suatu hal pada Manda dalam keadaan setengah sadar seperti ini. Maka jalan terbaik saat ini hanyalah diam dan berpikir bagaimana baiknya untuk masa depannya. Masa depannya bersama Manda, ataukah Sekar.

Bang Reno denial, giliran clap clup ga denial🤣🤣

Dears, mengingatkan lagi nih, hari ini hari TERAKHIR untuk PROMO PDF seharga 110k untuk dapat 4 novel. Yang berminat, ayo hubungi ke nomor whatsapp 083103526681, sebelum besok kembali ke harga normal🤗

26 Agustus 2021

Now and ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang