Sekar baru saja hendak menuju ke ruangan Reno, bertepatan dengan lelaki itu yang keluar dan menatap pada meja kerja nya. Keduanya terlibat keheningan panjang dengan mata saling menatap satu sama lain. Terlebih kali ini, Reno menatap amat dalam potret Sekar dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Ini sidang putusan akhir." Lirihnya tercekat. "Bisa nggak kita pergi sama-sama?"
Sesungguhnya, Sekar ingin menolak tawaran baik tersebut. Namun melihat raut pucat dan nelangsa Reno, sedikit banyak membuatnya berpikir ulang. Ya sudahlah, toh mereka sebentar lagi akan bercerai. Hitung-hitung, ini sebagai salam perpisahan dan rasa terima kasih nya pada Reno, yang mana sudah membawanya ke dalam lingkup keluarga Mahadewa.
Tanpa menukas, Sekar hanya mengedikkan dagu nya, pertanda ia menerima usulan dari Reno. Praktis senyum Reno terbit, meski tetap tipis dan seolah menanggung begitu berat beban hidup.
Kedua nya menaiki lift yang sama, lift yang membawa mereka langsung menuju basement tempat mobil Reno terparkir di parkiran khusus miliknya. Tidak ada yang bersuara, tidak ada pula yang berinisiatif membuka kata. Hanya denting lift lah yang menjadi suara, bahkan hingga kedua nya menaiki mobil milik Reno menuju ke kantor pengadilan.
"Apa kabar?" Pertanyaan yang konyol sesungguhnya. Mengingat mereka bahkan hampir setiap hari bertemu di kantor, meski akhir-akhir ini Reno terlihat canggung jika Sekar menyambangi ruangannya. Entah memberikan berkas, maupun mengingatkan meeting dengan klien.
"As you see." Tukas Sekar simpul. "Pertanyaan kamu aneh. Padahal setiap hari kamu lihat aku."
Reno tersenyum tipis, amat tipis. "Kamu emang dekat, tapi nggak tergapai lagi, Sekar."
Sekar cukup kaget mendengar respon lelaki yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya itu. Jika ia tidak salah tangkap, Reno terdengar begitu sedih dan juga terluka, sekaligus menyesali kejadian yang menimpa rumah tangga mereka.
"Tentu kamu tau kan siapa yang bikin keadaan rumah tangga kita jadi seperti ini? Wajar kalo aku sampe menjauh dari kamu. Aku butuh waktu buat pulih."
Reno tak mengelak. Ia malah mengakui nya dengan anggukan pelan, tak bersusah payah membela diri, seperti dahulu. "Aku bodoh. Bunda bahkan sudah wanti-wanti kalo kamu yang terbaik buat aku, tapi aku malah tergoda sama yang lain." Sesalnya pilu.
Namun Sekar tak mau lagi memikirkan ucapan Reno. Baginya, apa saja yang keluar dari mulut suaminya, sudah tak memiliki arti apapun lagi. Semua sudah terlambat.
"Udahlah, nggak perlu lagi bahas masa lalu. Yang perlu kita jalani sekarang itu hasil persidangan nanti."
Atensi Reno teralihkan sejenak ke wajah ayu milik Sekar. Ada binar pengharapan di matanya, terlebih kini ia memberanikan diri meraih jemari Sekar untuk di genggam lembut.
"Apa...nggak ada lagi kesempatan buatku? Kesempatan buat memperbaiki semua kesalahan aku di masa lalu?"
Sekar menoleh, menatap bergantian antara wajah Reno dan juga tautan tangan mereka. "Mas pernah baca Laskar Pelangi?" Tanya nya di luar konteks yang sedikit membingungkan Reno.
Dengan ragu, Reno mengangguk. Masih bingung kenapa Sekar justru bertanya-tanya mengenai novel Laskar Pelangi.
"Akhir ceritanya berubah nggak Mas?" Reno menggeleng, masih belum paham tentang arah ucapan Sekar.
"Nggak."
"Nah, kira-kira seperti itu lah hubungan kita sekarang, Mas. Mas boleh memperbaiki apapun, atau kesalahan yang manapun. Tapi ending nya.." Sekar menatap lekat wajah pucat Reno. "...kita tetap akan berakhir sama. Sesuatu nggak akan bisa di paksa ketika kita sendiri tau gimana akhirnya. Kita tetap akan berpisah."
Lidah Reno kelu mendengarnya. Sungguh, ia tidak berharap Sekar membawa filosofi novel ke dalam kehidupan nyata. Meski sedikit banyak perumpamaan itu benar adanya, ia masih tidak rela kalau Sekar akan segera lepas dari ikatan mereka.
"Maaf kalo aku bawa-bawa novel, tapi semua itu sesuai dengan keadaan kita sekarang. Kita nggak akan bisa memaksakan akhir kalau kita sendiri udah bisa lihat dan bahkan tau seperti apa akhir perjalanan kita. Bercerai nggak lantas membuat kita putus hubungan. Rujuk pun nggak lantas membuat kita harmonis. Alangkah baiknya kalau kita sama-sama dewasa dalam menyikapi dan menghadapi kenyataan yang ada di depan mata. Mau nggak mau, suka nggak suka, hubungan kita itu layaknya kertas yang sudah diremas, kacau dan kusut."
Now and Forever
Ketuk palu hakim menjadi akhir dari perjalanan Reno dan Sekar mengarungi biduk rumah tangga mereka selama dua tahun terakhir. Sekar menghela napas lega, sedangkan Reno tampak termenung dengan pandangan kosong tanpa arti.
Ayah dan Bunda menghampiri Sekar untuk mereka dekap erat, sebelum beralih pada Reno yang bak mayat hidup di kursi pengadilan. Ayah menepuk bahu Reno, berusaha menguatkan sang putera, sedangkan Bunda menarik napas panjang dan memeluk leher putranya meski sedikit kesulitan karena harus membungkuk.
"Semua sudah jadi takdir, nak. Ikhlaskan ya. Semua pasti ada hikmahnya." Bisik Bunda tegar. Ia mengecup pelipis putranya penuh sayang, seolah ingin menyalurkan kasih sayang nya pada Reno yang tengah terpuruk akibat perceraiannya dengan Sekar.
Reno tak menggubris ucapan Bunda selain dengan mengusap lembut jemari tua Ibunya. Ia bangkit, dan melangkah menuju pada Sekar yang saat ini sedang menatapnya dengan senyum tulus. Di pandanginya uluran jemari mungil mantan istrinya tersebut.
"Makasih dan maaf, untuk semunya ya Mas." Ucapnya lembut dengan mata yang berkaca-kaca. Sudah, cukup sudah. Reno tak bisa menahannya lagi, menahan keinginannya untuk mendekap Sekar erat-erat.
Dan keinginan itu pun tercapai. Ia mengabaikan uluran tangan Sekar dan memeluknya erat, seolah takut di pisahkan. Tentu bukan hanya Sekar yang terkejut, sama hal nya dengan Ayah dan Bunda yang terperangah menatap putra tunggal mereka sedang memeluk Sekar sambil menangis terisak.
Puluhan tahun menjadi orang tua Reno, baru kali ini Ayah dan Bunda melihat tangis Reno yang tertuju pada Sekar. Menangis yang benar-benar menangis tersedu, menumpahkan sedih dan gundah nya, mungkin karena akhirnya kini mereka resmi bercerai.
Dengan berbesar hati, Sekar membalas pelukan Reno dan menepuk-nepuk lembut punggung lelaki yang saat ini hanya berstatus sebagai kakak angkatnya tersebut. Turut merasakan kalau mata nya berat dan sudah digenangi air mata. Sejahat apapun, sebrengsek apapun perlakuan Reno sebagai suaminya, ia tak pernah gagal berperan sebagai kakak yang begitu baik dan sayang padanya, si anak pungut.
"Hei, it's okay. Don't cry." Bisik Sekar. Reno masih sesenggukan dalam dekap tubuh mungil Sekar yang bahkan tak sepadan dengan tubuh tinggi tegap nya. Ia merangsek masuk ke bahu sempit Sekar, mencoba menghidu aroma menenangkan yang bodohnya baru ia candui belakangan ini.
"Maafin Mas, Sekar. Mas menyesal. Sangat." Ucapnya mengurai dekapan mereka. Ia membawa tangan mungil Sekar menuju ke atas dadanya, tepat di mana jantung berada. Degub nya terasa tak beraturan, dan tentunya di rasakan pula oleh Sekar. "Di sini sakit. Sakit karena baru sadar dari kebodohan Mas selama ini. Menyia-nyiakan dan menghancurkan harga diri kamu sebagai istri. Mas kehilangan kamu, Sekar. Sangat kehilangan istri sebaik kamu." Rintihnya pilu.
Sekar tersenyum sedih dan mengusap dada Reno karena tangannya yang masih di tahan di sana. "Hei, walaupun kita mantan suami istri, tapi kita berdua tetep kakak adik, kan? Selama nya, hubungan kita bakal terus terikat. Kamu kakakku, dan aku adikmu. Nggak semuanya benar-benar berubah. Kita hanya perlu adaptasi aja untuk sementara waktu, iya kan?"
Bunda dan Ayah yang melihat seberapa besar hati Sekar dibuat terharu oleh putri mereka itu. Tidak semua perempuan bisa seperti Sekar yang sabar dan mau mengalah ketimbang terus menerus mencengkeram duri dalam genggamannya. Kedua orang tua itu lantas mendekat dan mendekap putra putrinya dengan erat. Babak baru kini sudah di mulai. Sekar bukan lagi menantu, melainkan hanya putri dari keluarga ini. Dan Bunda hanya berharap kalau nantinya, siapapun yang akan menjadi pasangan dari Sekar, lelaki itu memiliki kebaikan hati serta cinta dan kasih sayang yang melimpah untuk putri tercinta nya.
Yuk, perbanyak vote dan komen. Untuk pdf, udah mulai aku edit2 dan mungkiiinn ga lama lagi akan jadi. Yang berminat pdf, nabung dulu yaa😊
09 Oktober 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Now and Forever
General FictionPernikahan bukanlah akhir dari sebuah kisah cinta. Pernikahan merupakan awal dari sebuah kisah romansa sepasang anak manusia.Dan tentunya, ada banyak doa dan harapan untuk kelanggengan serta kebahagiaan dalam menjalani biduk rumah tangga tersebut. N...