Sejak beberapa menit ia kembali duduk bersama Reno di dalam mobil yang membawa mereka dari sebuah resto sunda, Sekar terus saja melirik ke arah Reno. Ia penasaran dengan reaksi Reno dengan perjumpaan tak terduga antara mantan suaminya dengan si selingkuhan.
Jika menilik hasil observasi singkatnya, Reno seperti tak bergeming dan seolah biasa saja dengan perjumpaan itu. Tidak ada raut sedih, marah, ataupun cemburu, seperti dugaannya.
"Kamu mau tanya apa sih Sekar?" Sekar terkesiap. Ia nyaris tersedak karena Reno yang tiba-tiba mengatakan hal itu tanpa menatap dirinya.
"Hah? Apaan Mas?" Reno mengulum senyum geli.
"Daritadi kamu ngelirik-lirik Mas terus. Kenapa hm? Mau tanya apa? Coba ngomong."
Sekar menghela napas panjang dan menatap sesaat ke arah Reno. "Aku penasaran aja sama reaksi Mas waktu ketemuan lagi sama Manda. Apalagi statusnya yang sekarang jadi calon istri Pak Wahyu. Padahal belum lama ini dia marah-marah ke aku cuma karena pengen ketemu sama Mas." Reno tersenyum simpul mendengarnya. "Kok hebat ya, bisa secepet itu ngelupain Mas dan gandeng laki-laki lain? Bukannya harusnya kalian berdua berjuang lagi buat bisa bersama? Kan aku juga udah cerai dari kamu. Semua pasti jadi lebih mudah kan seharusnya?"
Senyum simpul di bibir Reno lenyap mendengar penuturan Sekar. Tanpa sadar tangan Reno menggenggam erat kemudi karena merasa begitu pedih mengingat masa lalu pernikahannya bersama Sekar yang hancur lebur karena ulahnya dan juga Manda.
"Nggak ada yang tersisa juga dihati Mas buat Manda." Sahutnya pelan. "Dulu, Mas bodoh karena terbuai sama pesona dia. Padahal dibalik itu semua, Manda itu sosok yang egois dan selalu ingin menang sendiri. Mas sadar sikap buruknya setelah Mas kehilangan kamu. Itu adalah penyesalan terbesar yang pernah Mas rasakan selama hidup di dunia. Dan sayang nya, kesadaran itu harus dibarengi dengan kehilangan kamu. Kehilangan kita."
Sekar terdiam, membiarkan Reno yang sedang mengeluarkan uneg-unegnya saat ini. Sesungguhnya, Sekar sudah tidak peduli lagi bagaimana keadaan hati Reno untuk menyikapi perpisahan mereka ataupun perasaan lelaki itu padanya. Ia hanya ingin legowo dan ikhlas untuk menghadapi lembar kehidupannya yang baru. Baginya, masa lalu adalah hal yang cukup dijadikan pelajaran saja. Tidak untuk kembali diulang.
"Kalo untuk masalah itu, aku sama sekali nggak mau berkomentar. Yang jelas, apa yang kalian mau dan harapkan dulu udah aku kabulin dengan pisah sama kamu, Mas." Sekar tersenyum simpul menatap jalanan di depannya. "Aku sekarang ngerasa hidup lagi setelah pisah sama kamu. Aku jadi punya motivasi hidup dan nggak terus-terusan terbelenggu sama rasa sakit setiap lihat Mas pulang ke rumah, padahal sebelumnya Mas habis dari rumah perempuan lain." Sekar tidak canggung lagi untuk berkata blak-blakan. Baginya, sekarang ia dan Reno murni hanya berstatus sebagai kakak adik, jadi tidak perlu lagi ia pikirkan masak-masak tiap kalimat yang hendak keluar dari bibirnya.
Reno sendiri tak mampu menimpali apapun. Ia terlampau malu sekaligus kecewa, karena sejujurnya ia masih berharap mendapat kesempatan kedua dari Sekar, berharap mereka bisa rujuk dan membina ulang rumah tangga yang sudah hancur lebur karena orang ketiga. Namun sepertinya, kesempatan itu akan sangat....sulit untuk ia raih.
"Sekar."
"Hm?"
Reno meraih tangan Sekar. Menggenggamnya lembut dan sesekali menatap netra cantik Sekar sembari fokus mengemudikan laju kendaraan. "Apa Mas bener-bener nggak bisa dapet kesempatan buat kita kembali seperti dulu? Yang harus kamu tau, Mas saat ini cinta sama kamu, Sekar. Mas mau berjuang buat kita berdua. Mas mau mengubah kenangan buruk kamu selama pernikahan kita, jadi sebuah kenangan manis yang nggak akan bisa kamu lupain. Dan itu bisa terjadi kalo kamu mau kasih Mas kesempatan."
Sekar lagi-lagi menghela napas panjang. Harus seperti apa lagi ia memberikan pengertian pada Reno kalau dirinya tidak ingin jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya? Reno cukup keras kepala dan gigih meski ia sudah berkali-kali menolak ajakan rujuk yang Reno tawarkan.
"Mas tau kan kalo berapa juta kali pun kita menonton ulang sebuah film, ending nya nggak akan pernah berubah sesuai kemauan kita? Hal yang sama juga berlaku buat pernikahan kita, Mas. Kamu berkhianat, aku mengalah. Dan seharusnya, daripada Mas mohon-mohon kaya gini sama aku, Mas fokus berbenah diri. Memperbaiki apa yang kurang dari diri Mas sampai bisa bikin pernikahan kita dulu kandas daripada muluk-muluk menjanjikan hal yang mustahil buat aku percayai lagi. Skenario kita udah beda, Mas. Kita udah nggak berada di dalam satu proyek film yang sama. Kamu lebih baik fokus ke skenario film masa depanmu, begitu juga aku. Mengembalikan hati yang sudah terlanjur hancur itu lebih sulit daripada sekedar menghancurkannya seperti dulu, Mas."
Mata Reno memerah. Ia menggenggam erat jemari Sekar meski tanpa kata hingga keduanya tiba di basement kantor. Sekar pun tak mengelak. Ia tahu kalau Reno seharusnya sudah sangat paham bagaimana tanggapannya mengenai tawaran rujuk dari lelaki itu.
"Mas, kita harus balik." Ingat Sekar sembari mencoba melepaskan genggaman tangan mereka. Namun Reno bergeming. Ia tetap menggenggam erat jemari mungil itu seolah takut akan kehilangan.
"Apa karena dia?" Tanyanya serak.
"Dia?" Sekar terlihat kebingungan. "Dia siapa? Maksudnya apa?"
"Apa karena Nando kamu jadi menolak tawaran rujuk dari Mas? Iya?" Desaknya menahan emosi. Apalagi pagi tadi kedua orang itu berangkat ke kantor bersama-sama.
"Seriously, Mas? Kamu masih mau bahas hal ini lagi?" Tanggap Sekar tak percaya. Ia kira Reno akan belajar lebih dewasa dan mengerti, namun sikap lelaki itu sama sekali tak berubah. Masih saja suka main tuduh dan berasumsi sendirian. Tapi meskipun asumsi itu benar, siapa Reno hingga berhak untuk mengasumsikan dirinya bersama Nando? Mereka tak lagi terikat apapun. Dengan siapapun Sekar bersama saat ini, harusnya tidak menjadi urusan untuk Reno, begitupun sebaliknya. Sekar tak akan lagi ikut campur dengan kehidupan Reno semenjak palu hakim diketuk.
"Mas, kamu itu masih punya malu nggak sih? Buat apa kamu masih ikut campur sama kehidupanku? Karena Nando atau bukan, itu udah diluar kapasitas kamu. Please, jangan bertingkah posesif kaya gini setelah kita cerai. Udah nggak berguna, Mas. Aku juga punya batas sabar." Tegas Sekar mulai jengah dengan Reno yang selalu membawa-bawa Nando di tiap obrolan mereka.
Reno menatap frustasi Sekar yang terlihat marah karena pertanyaannya. Reno bingung harus bagaimana lagi menggapai Sekar yang terasa semakin jauh meskipun mereka berada dalam jarak yang begitu dekat. "Apa penyesalan Mas nggak berarti apapun?" Tanyanya sedih. Kepalanya tertunduk lesu tak bergairah.
"Tentu ada." Reno menatap Sekar dengan cepat. Matanya berbinar penuh asa karena jawaban itu. "Tapi kalo penyesalan itu terjadi sebelum kita cerai. Kalo sekarang..." Sekar mengedikkan bahu. "Nggak ada artinya lagi, Mas. Mau buat siapa juga rasa sesalmu itu kamu tunjukkan?"
Reno menganga tak percaya. Asa di netranya seketika padam karena lagi-lagi Sekar membantingnya ke bumi setelah melambungkannya ke langit.
"Aku mau kita berhenti di sini, Mas. Kita murni kakak dan adik. Nggak bisa lebih dan nggak bisa kurang. Kesalahan di masa lalu cukup kita kubur dan jadikan pelajaran aja buat ke depannya karena sekarang aku mau fokus membangun masa depanku, dan kuharap kamu juga begitu. Aku bakal bahagia sama siapapun kamu bersanding nantinya, dan aku harap Mas juga akan melakukan hal yang sama buatku, dengan siapapun aku bersanding nantinya. We're siblings, right?" Sekar tersenyum dan melepaskan tautan tangan mereka tanpa penolakan dari Reno. "Aku duluan ke dalam ya Mas. Kamu bisa ambil waktumu buat merenungi semua. Kamu free habis ini."
TBC
Bagi yang berminat, ada akses cepat untuk kisah ini. Sekarang sudah sampai chapter 38 untuk versi akses cepat. Yang mau, bisa hubungi no whatsapp 083103526681 untuk pembelian akses cepatnya seharga Rp 40.000.
Opsi pembayaran bisa melalui tf ke rekening bca, dana, gopay, maupun shopeepay. Cukup membayar 1x, sudah bisa dapat akses cepat sampai tamat😊 yang berminat, yuk segera membeli akses cepatnya.
Ada promo juga untuk 6 novel yang sudah ready.
Epiphany+hello darling(sequel epiphany)+short story collection+hello goodbye+hitam putih+kala engkau menyapa, total harga sebesar Rp 235.000, menjadi Rp 180 ribu aja sudah dapat 6 buah novelet dalam format pdf. Yukkkk yang mau, bisa hubungi no whatsapp di atas ya🤗

KAMU SEDANG MEMBACA
Now and Forever
General FictionPernikahan bukanlah akhir dari sebuah kisah cinta. Pernikahan merupakan awal dari sebuah kisah romansa sepasang anak manusia.Dan tentunya, ada banyak doa dan harapan untuk kelanggengan serta kebahagiaan dalam menjalani biduk rumah tangga tersebut. N...