Mobil yang dikendarai oleh Reno sampai di sebuah pantai yang letaknya cukup jauh dari pemukiman dan jalan utama, yang mana pantai tersebut masih sangat alami dan seakan belum terjamah oleh banyak orang. Pengunjung di pantai ini pun nyaris nol, karena sepertinya masih belum banyak yang tahu mengenai letak permata yang tertutupi oleh rimbunnya ilalang ini.
Bunda turun, di bantu oleh Sekar yang tanpa peduli segera menyerobot tangan Bunda dari dekapan Manda. Dan syukurnya, Bunda juga mendukung aksi bodo amat yang sedang Sekar lakukan. Beliau memilih melepaskan dekapan Manda dan beralih memeluk pinggang menantunya dengan erat.
"Makasih sayang." Ucap Bunda lembut yang di balas sebuah senyum manis dari Sekar. Kedua wanita berbeda generasi tersebut lantas menapaki pasir pantai yang seolah memijat telapak kaki mereka, tanpa menyadari Manda yang mengikuti langkah mereka dengan tangan terkepal.
Di tengah perjalanan mereka, Bunda menepuk kening nya. "Astaga, itu Reno sendirian bawain peralatan piknik kita."
Manda yang semula terbakar emosi, seketika tersenyum dan segera mendekati Bunda. "Biar Manda yang bantuin Mas Reno ya Bun? Kasian Mas Reno kalau bawa tikar sendirian. Belum lagi bekal yang lain." Ujarnya meminta izin.
Namun keinginan Manda sepertinya masih tidak bisa terwujud dengan mudah. Bunda malah menggeleng dan segera menarik tangannya lembut untuk ia gandeng, dan malah mendorong tubuh Sekar menjauh. "Nggak usah, nak. Kamu temani Bunda aja ya? Biar Sekar yang kesana. Itu udah tugas seorang istri, kan? Menemani suaminya?"
Senyum lebar Bunda berkebalikan dengan senyum Manda yang menahan kedutan emosi karena lagi-lagi ia kembali gagal untuk bisa mencuri perhatian Bunda sekaligus mencuri waktu berduaan dengan Reno.
"Ah, i-iya Bun." Jawabnya berusaha selembut mungkin meski dongkol masih menyelimuti dadanya. Kedua matanya terus mengikuti langkah Sekar yang setelah meminta izin tadi lantas segera menuju ke arah mobil suaminya. Sial, seharusnya ia yang ke sana! Namun Manda tak boleh gegabah menunjukkan ketidak sukaannya. Ia sedang dalam misi mencuri hati Bunda, dan emosi jelas tidak termasuk dalam daftar isi untuk merebut perhatian Bunda.
Sedangkan di lain tempat, Sekar sudah menyejajari suaminya dan meraih rantang-rantang berisi makanan untuk di bawa ke dekat sebuah pohon kelapa sebagai tempat bersantai yang kebetulan cukup teduh dari terik sinar mentari.
Ada dua rantang yang ia bawa. Rantang berisi makanan hasil jerih payah nya memasak dan juga rantang modern yang Manda bawakan serta dalam menyambut acara ini.
"Lho, kamu nggak nemenin Bunda?" Tanya Reno sambil sebelah tangannya menutup bagian bagasi mobil, sedangkan tangan sebelahnya lagi membawa tikar dan juga kotak berisi minuman.
Sekar tersenyum sinis. "Kenapa? Sedih nggak bisa berduaan sama Mbak Manda, iya?"
Reno menghela napas panjang. Lagi-lagi ia salah memilah kata, hingga membuat Sekar salah paham dengan maksud pertanyaannya. "Kamu tau bukan itu maksud Mas, Sekar."
Sekar tertawa pelan, namun bukan tawa kebahagiaan, melainkan tawa penuh cemooh yang terselip kesedihan. "Emang sejak kapan maksud Mas bukan kaya gitu? Bukannya emang sejak awal kita menikah Mas memang berencana buat menyampakkan aku dan kembali ke pelukan Mbak Manda? Coba jelasin ke aku Mas, gimana bisa aku nggak salah paham sama tiap omongan kamu kalo aku sendiri udah tau belang busuk yang kamu coba sembunyikan selama pernikahan kita?"
Reno menghentikan langkah dan mencegat Sekar yang otomatis berhenti melangkah karena di hadang oleh Reno yang menjulang tinggi di hadapannya.
"Sekar, sejak kapan kamu selalu berpikir negatif kaya gini sama Mas? Apa kamu lupa kalo Mas itu masih tetap Mas kamu?"
"Sejak kamu berusaha menghancurkan aku, Mas!" Tukas Sekar penuh penekanan. "Kalo aku tau kamu bakal mempermainkan pernikahan sampe seperti ini, lebih baik aku nggak menerima dan menyanggupi permintaan Bunda. Apa kamu sadar, kalau selain kamu berdosa sama Bunda, kamu juga berdosa sama Tuhan lewat ikrar palsumu?" Reno menatap Sekar frustasi. Oh, ia jelas paham kalau ia yang salah di sini. Menyelingkuhi Sekar dan malah berzina dengan Manda yang bukan istrinya. Sedangkan istri yang ia miliki justru ia anggurkan begitu saja.
"Mas tau Mas salah! Semua memang salahnya Mas!" Erang nya frustasi. Tanpa Sekar menjelaskan pun, Reno sungguh paham siapa dalang kehancuran dari semua ini. Dirinya, lelaki brengsek yang bukannya membahagiakan istri malah membahagiakan perempuan yang sampai saat ini masih dia cintai. Atau istilah kasarnya, selingkuhan.
"Mas sadar sekarang?" Sekar tersenyum sinis melihat keputus asaan suaminya. "Tapi kesadaran Mas jelas udah terlambat. Kamu udah menyakiti aku dan juga Bunda, perempuan yang selalu berdoa tulus buat kebahagiaan kamu."
Setelah mengatakan itu, Sekar lantas berjalan dengan menyenggol lengan Reno keras. Sungguh, ia muak luar biasa dengan sosok suaminya yang tak pernah memiliki ketegasan apapun. Semua seolah di bawah kendali selingkuhannya yang tak tahu malu itu.
Reno lantas segera menyusul langkah Sekar dan menyejajari istrinya, berusaha agar Bunda tidak curiga dengan tingkah mereka.
"Sekar inget, nanti...."
"Akting lagi, kan? Tenang aja, Mas. Aku udah lihai akting di depan Bunda. Makasih banyak buat kamu yang secara nggak langsung udah jadi mentor buat aku belajar berpura-pura."
Reno merasakan sakit di hatinya kala melihat senyuman manis di bibir Sekar yang sayang nya tidak tulus untuknya, melainkan hanya untuk akting di depan Bunda yang sudah tersenyum menatap mereka berdua dari kejauhan.
"Kok lama sekali, nak? Apa kalian sedang rencanain honeymoon?" Goda Bunda yang ditanggapi senyum seadanya oleh Sekar.
"Nggak kok Bunda. Tadi cuma lagi ngobrol-ngobrol aja sama Mas Reno. Bunda tentunya bisa maklum kalo sepasang suami istri pasti lama kan kalo ngobrol?" Kekeh Sekar dengan menyimpan seringai kala melihat raut wajah Manda yang sudah suram dan kecut.
"Oh tentu Bunda maklum, sayang. Suami dan istri itu memang harus selalu komunikasi. Karena kunci kelanggengan rumah tangga itu adalah komunikasi. Lewat komunikasi jugalah rumah tangga bisa meminimkan resiko adanya orang ketiga. Kamu tentu tau kan gimana nggak tau malunya pelakor jaman sekarang?"
Sekar tersenyum dengan mata yang menatap tajam pada Manda, ia berkata. "Oh sangat tau, Bun. Pelakor sekarang benar-benar mengerikan. Bahkan banyak yang bersembunyi di balik tutur kata dan juga sopan santunnya, hanya untuk merebut perhatian keluarga dan juga seseorang yang mereka incar. Iya kan Mbak Manda?"
Seringai tak bisa Sekar tahan ketika melihat raut terkejut Manda dan juga pias di wajah suaminya yang pecundang. Oh ya, ini semua akan semakin menarik. Jika mereka bisa mempermainkan Sekar, bukankah sah jika kini Sekar turut mempermainkan mereka berdua?
Tell me pendapat kalian tentang chapter ini. Adakah yang seneng liat Manda kicep dan Reno yang kelabakan?🤭
15 Agustus 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Now and Forever
General FictionPernikahan bukanlah akhir dari sebuah kisah cinta. Pernikahan merupakan awal dari sebuah kisah romansa sepasang anak manusia.Dan tentunya, ada banyak doa dan harapan untuk kelanggengan serta kebahagiaan dalam menjalani biduk rumah tangga tersebut. N...