Manda menyesap americano nya karena sedang menjalani diet ketat setelah sadar kalau berat badannya naik dua kilo, terlalu senang dengan sidang cerai yang akhirnya di gelar untuk memutus ikatan menjijikkan antara kekasihnya dengan perempuan benalu bernama Sekar.
Wanita itu sudah berdandan sempurna dengan dress sewarna kulitnya yang menempel ketat bak kulit kedua di tubuhnya. Hari ini, ia memiliki janji dengan Reno setelah cukup lama tidak bertemu. Selain karena rindu, ia juga berniat ingin memperbaiki hubungannya dengan sang kekasih yang terakhir kali berakhir dengan kurang baik.
Bibir yang terpoles lipstik warna persik itu tersenyum lebar begitu melihat sosok tinggi kekar nan tampan sedang berada di ambang pintu kafe tempat janji mereka bertemu.
"Sayang." Sapa nya manja dengan mencium mesra bibir Reno, tak peduli dengan tatapan sinis pengunjung yang merasa terganggu dengan perilakunya.
"Manda, jangan lakuin itu lagi. Nggak sopan." Tegur Reno pelan karena merasa tidak enak pada pengunjung lain yang terganggu dengan adegan dewasa mereka baru saja.
"Apanya yang nggak sopan sih Ren? Biarin aja, toh kamu pacar aku. Siapa mereka yang berhak ngelarang-ngelarang aku ciumin pacar sendiri?" Gerutu Manda tak terima dengan teguran Reno.
Reno memilih diam karena malas harus berdebat lebih panjang dengan Manda. Ketika ia sudah duduk dengan baik, matanya mengernyit melihat Manda yang hanya memesan secangkir kopi yang ia yakini tanpa gula itu.
"Kenapa cuma pesen americano? Makan, Manda. Pola hidupmu itu nggak bagus. Cuma minum kopi hanya demi diet, kamu pikir itu nggak ngerusak tubuhmu?"
Jemari lentik Manda mengibas tak acuh. "Nggak apa-apa sementara kesiksa, nanti kalo udah balik ke berat badan normal, aku pasti bakal makan kaya biasa kok."
Reno menatap dengan pandangan yang bagi Manda cukup sulit di artikan. Sungguh, ia senang dengan perhatian kecil dari Reno baru saja. Tapi ia tak mungkin juga abai pada kenaikan bobot tubuhnya.
"Yaudah, terserah kamu aja." Tukas Reno dingin dan lantas segera menuju ke counter pemesanan, meninggalkan Manda yang sibuk menggerutu sebal karena sikap Reno.
"By the way, gimana sama sidang perceraian kalian? Semua lancar kan? Nggak ada kendala? Sekar nggak mohon-mohon sama kamu buat rujuk kan? Jangan sampe kepengaruh lho sayang. Bisa-bisa kamu dimanipulasi sama wajah sok polosnya itu."
Reno menyuap croissant ayam pesanannya tadi dengan lahap dan hanya melirik sesaat ketika Manda memberi wejangan pada Reno untuk hati-hati pada tipu muslihat Sekar.
"Sekar orang nya nggak seperti itu kok. Dia nggak manipulatif." Sahutnya usai menyesap frappe pesanannya. Kening Manda berkerut usai Reno berucap demikian.
"Jadi yang manipulatif siapa? Aku, gitu?"
"Aku nggak bilang begitu. Kamu sendiri yang menilai diri kamu." Tukasnya santai dengan kembali menyuap croissant ayam yang super lezat itu.
Bibir Manda berdecak dan ia lantas menyesap kembali americano nya dengan kesal. "Gini-gini kamu juga cinta mati sama aku. Kalo nggak, nggak mungkin kamu sampe mau nyeraiin Sekar." Kekehnya pongah. Namun sekali lagi, Reno hanya melirik wanita yang pernah begitu ia puja tersebut dengan senyum meremehkan.
"Bukan aku yang minta cerai, tapi Sekar." Ucapnya sendu. Ia menghela napas panjang. Seketika, croissant yang tadi terasa luar biasa lezat, berubah menjadi hambar dan tak menarik lagi di matanya. "Aku menyesali perpisahan ini." Lanjutnya lirih.
"Jadi kamu nyesel karena kamu harus ngelepas dia demi aku?!" Pekik Manda tak terima. Ia merasa harga dirinya di hempas begitu kejam dengan lirihan Reno. Tidakkah laki-laki ini tahu betapa berat perjuangan Manda untuk bisa menyatukan mereka bersama lagi di tengah kehadiran Sekar yang merusak segalanya?
"Ya, aku menyesal, Manda. Aku menyesal harus melepas wanita sebaik dan sesempurna Sekar hanya untuk hubungan terlarang kita."
Manda tercekat. Ucapan Reno baru saja sungguh menghancurkan harga dirinya sebagai seorang wanita kalangan atas dengan pendidikan tinggi yang jelas tidak setara dengan Sekar.
"Kamu menyesal? Menyesal karena mendapatkan aku ketimbang Sekar? Kamu gila ya? Punya apa sih Sekar dibanding aku, hah? Dia itu anak pungut, anak miskin yang bahkan sama sekali nggak pernah kamu tau seperti apa bibit bebet dan bobotnya. Dia itu aib untuk kamu dan keluargamu!"
Reno tak menggubris nada melengking yang keluar dari Manda karena emosi dan juga tersinggung. Seorang putri dengan sendok emas di tangan sejak lahir, bagaimana mungkin bisa menerima jika dibandingkan dengan Sekar, si anak pungut?
"Kamu jelas lebih dari segala yang Sekar punya." Tukas Reno tenang. Sungguh, baru kali ini ia merasa muak dengan perilaku Manda yang baru ia ketahui setelah kebutaannya selama ini perlahan mulai menemukan titik cahaya kembali. "Tapi meski kamu memiliki segalanya, ada satu hal yang sama sekali nggak bisa kamu bandingkan dengan Sekar dan tentu saja nggak bisa kamu miliki."
Manda di buat tak percaya. Reno kini terang-terangan berbalik mengagung-agungkan sosok istri miskin dan tak tahu diri itu.
"K-Kamu...kamu bandingin aku sama dia, Ren?" Tanyanya syok tak percaya. Reno menatap datar Manda.
"Hal yang kamu kalah telak dibanding Sekar itu masalah kebesaran hati. Sekar berbesar hati buat selalu merawat aku meskipun dia tahu sejahat apa aku di belakang nya selama ini. Dia juga nggak pernah memaksakan kehendak. Sangat jauh dibandingkan kamu yang apa-apa selalu mau jadi prioritas di hidupku."
Bibir Manda kelu di buatnya. Fakta kalau ternyata Reno kini mulai menatap keberadaan Sekar seolah menjadi momok mengerikan bagi kelangsungan hubungan mereka nantinya.
"T-Tapi...tapi aku pacar kamu, Reno. Udah sewajarnya kalo..."
"Dan dia istri aku, Manda." Sentak Reno mulai terpancing emosi. Matanya berkaca-kaca karena menyesali kebodohannya selama ini. "Kamu bahkan nggak berhak sedikitpun meminta waktuku dari istriku. Dan bodohnya lagi, selama ini aku buta. Aku buta karena godaanmu dan juga karena kelemahanku dalam menjaga komitmen." Tambahnya dengan suara penuh nelangsa. "Harusnya aku sadar kalo pilihan Bunda jelas nggak akan pernah mengecewakan. Bunda akan selalu memberikan aku yang terbaik, apalagi tentang pasangan hidup." Suara Reno bergetar dan serak, menahan rasa pahit yang kini menjadi teman akrab nya tiap mengingat kondisi rumah tangga nya yang sudah tidak bisa lagi di selamatkan.
Penyesalan seolah tak ada guna nya lagi. Nasi sudah menjadi bubur. Biduk rumah tangga nya sudah diambang jurang, dan sudah memasuki meja hijau untuk memisahkan ikatan sakral yang sebelumnya mereka rajut. Ini semua karena kebodohannya, yang tergoda akan silau duniawi.
Reno menatap Manda yang kini terlihat pias di tempat duduknya. Masih tak menyangka kalau Reno bisa berbalik kata dengan menyesali segalanya. "Aku nggak bisa lagi melanjutkan ini, Manda."
"Maksud kamu apa? Kamu mau pisah?" Pekik Manda horor. Tidak! Ia tidak mau melepas ikatan mereka.
"Iya. Mulai detik ini, mari kita jalani hidup kita masing-masing. Renungi kesalahan kita selama ini, Manda. Aku nggak mau menjadi lebih durhaka daripada ini. Aku mau menebus semua dosaku ke Ayah dan Bunda." Reno menatap Manda dengan tatapan tegas. "Kita akhiri sampai di sini aja. Terima kasih buat semua yang sudah kamu berikan ke aku selama ini. Maaf kalo aku nggak bisa membalas apapun ke kamu, Manda."
Reno membenahi jas nya dan segera berbalik meninggalkan Manda. Ini yang terbaik yang sudah mantap ia pilih. Rumah tangga nya nyaris karam, dan ia tak mau kalau masa lalu penyebab karamnya hubungan rumah tangga yang ia bangun dengan Sekar malah justru masih terus mengikutinya lekat bak bayangan.
Langkah Reno yang semula mantap, seketika terhenti ketika Manda berteriak lantang tanpa kenal malu. "Kamu nggak bisa ninggalin aku, Ren. Aku masih mengandung anak kamu! Anak kita!"
Drama apalagi ini si Mendong🤣 Part ini full Manda Reno ya. Nando Sekar ngumpet dulu di bawah bantal😂
Maaf kalo telat up ya. Udah mulai kuliah soalnya. Lagi riweuh ngurusin administrasi😅
Yuk banyakin vote dan komen biar aku makin semangat.
28 September 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Now and Forever
General FictionPernikahan bukanlah akhir dari sebuah kisah cinta. Pernikahan merupakan awal dari sebuah kisah romansa sepasang anak manusia.Dan tentunya, ada banyak doa dan harapan untuk kelanggengan serta kebahagiaan dalam menjalani biduk rumah tangga tersebut. N...