Acara makan malam kali ini berlangsung hangat seperti biasa. Meski Reno terlihat muram selama berlangsung nya makan malam, hal itu tak menghalangi keramahan dan keceriaan Bunda karena kedatangan Nando untuk pertama kalinya.
"Jadi, apa Sekar bikin repot kamu selama ini, Nando?" Tanya Ayah dengan menyuap nila bakar pedas manis.
"Ck, Ayah! Jangan ngomongin kerjaan kalo lagi makan!" Tegur Bunda kesal dengan tingkah suaminya itu. Namun meski Bunda terlihat kesal, Nando sama sekali tidak keberatan menjawab pertanyaan dari bos besarnya itu.
"Sekar karyawan yang sangat berkompeten dan cepat belajar, Pak. Dan Sekar tidak pernah merepotkan saya sama sekali."
"Tuh denger Yah. Sekar itu berdedikasi. Nggak akan mungkin lah sampe ngerepotin nak Nando." Sergah Bunda dengan tersenyum manis ke arah Nando.
Nando tersenyum sopan pada Bunda yang sejak tadi tak lepas memujinya. Membuatnya canggung karena tak enak dengan kedua bos nya yang turut serta dalam acara makan malam ini.
Reno hanya diam, fokus pada makanannya sekaligus fokus untuk menajamkan telinga nya pada obrolan sekaligus raut wajah Sekar. Ia mengamati betul bagaimana Sekar sedikit lesu saat menyantap tumis tauge di piring nya. Reno tahu betul kalau sesungguhnya, Sekar tidak menyukai tumis tauge. Namun karena dulu semasa mereka masih menjadi sepasang suami istri Bunda selalu mengirimkan sayur tersebut dengan dalih menjaga kesuburan, mau tak mau Sekar berpura-pura menyukai masakan tersebut agar Bunda tidak kecewa.
Tanpa berpikir panjang, Reno yang memang duduk di sisi kanan Sekar segera mengganti piring makannya dengan piring makan Sekar, memancing keheningan yang sebelumnya diisi oleh celotehan Bunda.
Sekar menatap tajam Reno yang dirasa sudah kelewat batas. Apa maksud kakaknya itu hingga dengan lancang berani menukar piring makan mereka?
"Mas Reno!"
"Reno?"
Sekar dan Bunda berseru bersamaan. Jika Sekar berseru karena geram, Bunda berseru karena bingung dengan tingkah Reno. Namun lelaki itu tak ambil pusing. Dengan memilah tauge, Reno menatap Bunda tenang.
"Sekar nggak suka tauge, Bun." Hanya itu yang keluar dari bibir lelaki itu. Ia kembali asyik menyantap nasi di atas piring. Mengabaikan Sekar yang terdiam menahan marah. Kenapa lelaki ini selalu saja membuatnya tidak tenang? Apalagi ini hanya masalah kecil yang sesungguhnya tak ingin Sekar beberkan karena tak enak pada Bunda.
Bunda menatap bingung pada Reno. "Nggak suka gimana? Bunda sering kirim masakan ini, dan selama ini Sekar nggak pernah mengeluh tentang apapun."
"Karena Sekar nggak mau Bunda sedih kalo dia jujur. Bunda kan dulu rutin kirim masakan ini buat kesuburan Sekar."
Hening mencekam terjadi di meja makan besar itu. Sekar yang menahan marah, Bunda yang nampak kaget dan tak menyangka, Ayah yang terdiam, dan Nando yang terlihat canggung di tempat.
"Bun, Mas Reno bohong. Sekar suka kok sama masakan itu." Sergah Sekar berupaya untuk menyangkal ucapan Reno.
"Bohong gimana? Mas dulu sering lihat kamu nahan muntah waktu habis makan ini."
"Mas!" Bentak Sekar tak lagi menahan emosinya. Reno benar-benar keterlaluan. Tak berpikirkah ia kalau sampai Bunda sakit hati dengan ucapan konyolnya itu?
"Bunda...nggak tau, sayang. Kenapa kamu nggak jujur sama Bunda?" Tanya Bunda sedih.
"Sudah sudah." Ayah mencoba menengahi suasana tak enak ini. "Itu cuma masalah sepele. Nggak perlu di besar-besarkan. Nggak malu ada Nando di sini?" Kali ini netra Ayah berganti menatap Reno tajam. "Dan kamu Reno, cukup makan dengan baik dan jangan ganggu adikmu." Reno mendengus dan kembali menekuri piring nya meski dalam hati ia tersenyum senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Now and Forever
General FictionPernikahan bukanlah akhir dari sebuah kisah cinta. Pernikahan merupakan awal dari sebuah kisah romansa sepasang anak manusia.Dan tentunya, ada banyak doa dan harapan untuk kelanggengan serta kebahagiaan dalam menjalani biduk rumah tangga tersebut. N...