Reno menatap berang pada Manda yang terbaring penuh ketakutan di atas meja periksa sesaat setelah Farel selesai melakukan pemeriksaan pada wanita itu.
"Hamil huh? Hamil apa? Hamil angin?" Sindir Reno pedas tanpa peduli Manda yang sedang menahan tangis di tempat.
Farel menghela napas dan memilih meninggalkan kedua nya yang mungkin membutuhkan waktu untuk menyelesaikan kesalah pahaman di antara mereka.
"Gue tinggalin kalian berdua. Tapi inget bro, semarah apapun kita, cowok nggak akan pernah main tangan ke cewek. Gue cuma ingetin lo aja, just in case lo kalap dan ngelakuin hal yang nggak seharusnya lo lakuin."
Reno tak mengindahkan ucapan Farel. Ia masih terus menautkan netra nya pada Manda dengan tajam. "Kamu kira kamu bisa bohongin aku hm? Bilang kalo kamu hamil sedangkan kamu dengan santainya minum americano tanpa dosa. Tell me, kamu kira aku sebodoh itu?" Cecar Reno mendesis karena menahan amarah. "Aku dulu emang bodoh, karena gampang kamu pengaruhi, tapi sekarang nggak lagi, Manda. Aku belajar buat nggak segampang itu termakan omonganmu mentah-mentah."
"Ren, aku ngelakuin ini semua karena aku nggak mau kamu ninggalin aku. Aku sayang sama kamu, Ren. Plis, semua penghalang kebersamaan kita udah pergi, kita bisa lanjutin hubungan kita tanpa harus takut sama siapapun lagi."
Reno tahu, perilaku semena-mena Manda ini sedikit banyak juga akibat dari pengharapan yang dulu selalu ia janjikan pada kekasih sekaligus selingkuhannya itu. Dan saat ini, di saat ia sudah menyesali segalanya dan ingin menjadi pribadi yang lebih baik, Manda sudah terlanjur berharap besar pada hubungan mereka dan enggan keluar dari kubangan dosa.
"Manda, apa kamu nggak tau seberapa besar dosa kita selama ini?" Erang Reno frustasi. "Aku nggak mau lagi kita terjerumus ke kubangan dosa yang sayang nya justru selalu kita lakukan berulang kali. Aku mau berubah, Manda. Mungkin aku pernah janjiin kamu muluk-muluk setelah berhasil melepas ikatanku sama Sekar, tapi sekarang, aku bahkan nggak berkeinginan apapun selain berbenah diri."
"I'm a sinner and I don't fucking care! Aku nggak peduli, Ren. Aku manusia berdosa, dan aku nggak mau peduli sama urusan tentang dosa dan Tuhan. Yang aku peduli itu kamu dan selalu kamu, Ren!" Teriaknya marah bercampur tangis. "Aku udah menyerahkan semua nya ke kamu. Hidupku, harga diriku, bahkan perawanku juga udah aku serahin, cuma untuk kamu. Sekarang, setelah perjuangan kita selama ini hampir berhasil, kamu justru mau berbalik arah dan beralibi kalo ini dosa? Nggak segampang itu, Ren. Kamu udah setuju buat terjun ke kubangan dosa sama aku, dan aku nggak akan semudah itu biarin kamu buat mentas dari semua yang udah kita jalanin. Di mana ada kamu, di situ pula akan ada aku. Kita buat dosa ini sama-sama, jadi jangan lantas kamu bisa berubah menjadi seorang suci tanpa cela yang mengingatkan aku tentang dosa ini dan itu. Sekali lagi aku bilang, I don't fucking care!"
Now and Forever
Sekar sangat menikmati makan malam bersama Nando di kedai atau lebih tepatnya restoran bakmi milik rekan kerjanya itu. Selain menjadi pelanggan, sesekali ia juga membantu meracik bakmi pesanan pelanggan, meski tetap ada di bawah pengawasan Nando, sang expert.
"Terima kasih banyak dan maaf ya Sekar, aku cuma bisa ajak kamu ke warung bakmi ku ini. Malem ini beneran malem terbaik karena untuk pertama kalinya, aku bisa ajak temenku ke warung hasil jerih payahku." Ucapnya tulus dengan senyum lebar hingga membuat nya terlihat manis.
Sekar mendengus kesal. "Bisa nggak kamu itu nggak merendah gitu? Helloooo, ini sih bukan sekelas itu lagi, Nando. Dan aku seneng banget kamu ajak ke sini. Aku jadi bisa belajar cara ngeracik bakmi. Siapa tau kan aku tiba-tiba pengen, bisa bikin sendiri." Cengir Sekar sumringah.
Nando terbahak melihat raut antusias tersebut yang nampak lucu di matanya. "Kalo pengen, kamu bisa bilang ke aku. Nanti tinggal aku buatin dan kasih ke kamu. Bikin sendiri juga lumayan ribet. Kamu mesti cari bahan baku mie nya, belum lagi bikin-bikin minyak nya."
Ketika obrolan mereka sedang berlanjut, tanpa kedua nya sadari, tampak dua orang tertegun melihat mereka, dan tanpa membuang waktu segera mendekati kedua muda mudi yang terlihat asyik dalam sebuah obrolan.
"Sekar? Nando?"
Si empunya nama bersamaan menoleh ketika mendengar nama mereka di sebut oleh sebuah suara. Bukan main kaget nya mereka saat melihat siapa gerangan yang menghampiri mereka. Apalagi Sekar. Rahang nya nyaris jatuh saat melihat Ayah dan Bunda sedang berada di resto milik Nando malam ini.
"Ayah? Bunda?" Sekar segera bangkit dari duduknya dan menyalimi kedua tangan orangtua angkat nya takzim.
"Selamat malam Pak, Bu." Sapa Nando sopan dengan senyum dan sedikit membungkukan kepala.
Bunda terlihat berseri-seri ketika menyadari ada sebuah sinyal mencurigakan di antara kedua anak muda di hadapannya ini. Sedangkan Ayah terlihat memicing, mencoba meraba-raba apa yang terlewat dari pengamatannya.
"Kalian berdua lagi kencan?" Tanya Bunda tanpa beban hingga membuat Sekar dan Nando terbatuk secara bersamaan.
"Ini nggak seperti apa yang Bapak dan Ibu kira."
"Bukan, Bunda. Bunda salah paham."
Nando dan Sekar secara bersamaan kompak mengelak dari tudingan pertanyaan yang dilayangkan Bunda. Wanita yang masih cantik di usia nya yang tak muda lagi itu terkikik geli melihat kekompakan mereka.
"Duh, gemes deh Bunda sama kalian. Mana kompak banget lagi." Kontan saja Nando dan Sekar segera membuang muka yang sudah dihiasi rona kemerahan. Menambah kadar gemas Bunda pada muda mudi di hadapannya yang salah tingkah.
"Bun, jangan asal ngomong gitu. Siapa tau mereka lagi bahas masalah kerjaan." Seloroh Ayah mencoba menengahi gencaran Bunda yang kesenangan mendapati keduanya keluar malam bersama.
"Ck, Ayah kaya nggak pernah muda aja sih. Mana ada orang bahas kerjaan malem-malem gini? Apalagi liat Sekar, cantik banget pake dress. Duh anak Bundaaaa." Celoteh Bunda gemas dengan mencubit pipi Sekar yang memerah menahan malu.
Ayah berdehem, guna menahan tawa karena geli melihat sikap malu-malu kucing antara putrinya dengan sang karyawan kepercayaan.
"Kebetulan kalo gitu. Temenin Ayah sama Bunda makan bakmi sekalian ya? Nando, saya pesan bakmi seperti biasa ya. Dua mangkuk. Minum nya teh lemon hangat aja."
Nando yang segera sadar lantas mengangguk dan menarikkan kursi untuk Bunda duduk. Ia mati-matian menahan malu saat Bunda masih saja menatapnya penuh arti.
"Ditunggu dulu pesanannya ya Pak, Bu. Saya siapkan terlebih dahulu." Pamitnya sopan dan segera berlalu untuk menuju ke bagian dapur.
Cukup kecewa sih sama respon cerita baruku kemarin. Well, aku tau kalo aku ga bisa memaksakan kehendak, cuma yg perlu kalian tau adalah, aku nggak akan mandek nerusin cerita kalau cerita itu memiliki banyak pembaca dan juga peminat.
Seperti yg kalian tau, beberapa ceritaku yg memang mangkrak itu kalau kalian perhatikan, itu semua karena kurang nya vote dan juga pelitnya komentar. Sedangkan ceritaku yg banyak peminatnya, sampai sekarang bahkan sudah berhasil aku selesaikan dan kesemuanya aku buat dalam bentuk pdf, yg mana itu artinya aku bertanggung jawab sama cerita2ku.
Aku mau ucapin makasih buat readers yg mau dan nggak keberatan sama cerita baruku. Dan buat yg kurang berkenan krn takut cerita ini aku mangkrakin, well itu semua kembali ke kalian. Kalau nanti suka ya silakan baca dan tinggalkan jejak, kalo nggak juga aku nggak maksa. Takut di kira penulis amatir nggak terkenal tapi kebanyakan gaya, seperti komentar yg sudah2😄
02 Oktober 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Now and Forever
General FictionPernikahan bukanlah akhir dari sebuah kisah cinta. Pernikahan merupakan awal dari sebuah kisah romansa sepasang anak manusia.Dan tentunya, ada banyak doa dan harapan untuk kelanggengan serta kebahagiaan dalam menjalani biduk rumah tangga tersebut. N...