Memiliki status baru sebagai janda, rupanya tak seburuk seperti yang Sekar duga sebelumnya. Kalau menilik kesiapan sebagai seorang janda, tentunya setiap wanita tidak ada yang akan pernah siap. Siapa yang rela kalau harapan yang di pupuk melalui pernikahan bersama pasangan, harus kandas begitu saja di meja hijau? Apalagi karena hadirnya orang ketiga. Rasa-rasanya hampir tidak ada yang bisa rela dan ingin pernikahannya berakhir seperti itu.
Namun terlepas dari apa statusnya saat ini, Sekar benar-benar merasa kembali hidup selayaknya manusia setelah selama ini ia merasakan perih dan sakit di hati akibat perselingkuhan Reno. Di hari mereka bertemu saat putusan sidang berlangsung, Sekar sedikit banyak yakin kalau sepertinya Reno menyesali segala kelakuannya selama ini. Dan sesungguhnya hal itu cukup bagus, apalagi saat itu Reno sampai menangis sembari memeluknya. Jika boleh jahat, ada rasa puas yang di rasa Sekar karena Reno tampak benar-benar terpukul dengan perceraian mereka.
Kini semuanya terasa ringan di pundak. Pekerjaan Sekar terasa menyenangkan, dan juga melihat kedatangan Manda ke kantor, seperti saat ini, juga tidak lagi membuat nyeri dan perih bersarang di dada. Ia bahkan mampu memberikan senyum sopan dan profesional pada Manda, meski wanita itu malah menatapnya hingga Sekar khawatir kalau bola mata berlapiskan softlens berwarna hijau itu bisa sewaktu-waktu menggelinding saking kuat nya mata itu melotot.
"Selamat siang Bu. Bapak sedang ada tamu, kemungkinan masih cukup lama. Apa sebelumnya Ibu sudah ada janji?"
"Heh, lo nggak usah sok-sok berlagak kaya sekretaris profesional deh. Gue tau, lo pasti ngemis kan ke keluarga Reno biar bisa jadi sekretarisnya? Lo ada misi apa sampe rela jadi babu di sini? Nawarin selangkangan lo?" Cibir nya penuh hinaan dengan menatap Sekar lekat dari ujung kepala hingga sebatas pinggang yang tertutupi oleh meja kerja Sekar.
Tentu ia tidak lagi terkejut dengan ucapan kasar tak berpendidikan yang meluncur dari bibir medusa ini. Sekar malah terkekeh lembut dan menggeleng pelan. "Saya bukan wanita murahan seperti itu, Bu. Lagipula, bukannya hal-hal seperti itu adalah keahlian yang Bu Manda punya? Saya tidak ada apa-apanya di bandingkan skill Ibu."
Manda terperangah tak percaya dengan pukulan balik dari Sekar yang menampar habis harga dirinya. Ia nyaris saja melayangkan tangannya, jika saja tangan Sekar tidak mencekal pergelangan tangannya. Raut wajah yang semula begitu ramah, kini berubah menjadi dingin dan datar. Manda bahkan sampai mengerut takut di tempat.
"Jangan pernah berani Anda menyentuh seinci pun kulit wajah saya dengan tangan hina ini." Ujar Sekar dengan menghempas kuat pergelangan tangan Manda, memancing rintih kesakitan dari si empunya. "Lagipula, bukannya Anda sudah senang dan puas karena akhirnya saya melepaskan lelaki idaman Anda untuk Anda miliki seorang diri? Apa kebesaran dan kebaikan hati saya pada Anda masih kurang, wanita tamak?" Desisnya dengan mata tajam menyorot Manda yang ketakutan dan tak mampu berkata apapun. "Satu lagi, jangan pernah Anda berani menyamakan saya dengan sifat jalang Anda, nona Manda yang terhormat. Saya tidak pernah membuka selangkangan saya untuk dicicipi lelaki yang bahkan bukan lelaki sah untuk saya. Saya wanita terhormat dan tidak pernah menjajakan diri hanya demi memikat lelaki yang sudah beristri. Camkan itu baik-baik, sebelum kesabaran saya habis dan saya khilaf menghabisi Anda." Ancam Sekar dengan aura mengerikan. Tubuh Manda bergetar takut ketika menatap kedua mata tajam milik rival nya. Tak pernah sekalipun ia menyangka kalau Sekar bisa mengintimidasi sedemikian besarnya.
Perlahan Manda mundur dan dengan cepat membalikkan tubuh sambil terbirit-birit menuju ke lift yang mampu membawanya pergi menjauh dari Sekar.
Melihat rivalnya yang kini lari tunggang langgang, helaan napas lega keluar dari bibir Sekar. Ia geli memikirkan bagaimana tingkahnya baru saja berhasil membungkam medusa gila itu hingga kabur ketakutan. Andai saja dulu ia setegas ini, sakit di hati nya pasti tidak akan separah ini. Tapi ya sudahlah, toh semua sudah berakhir sekarang. Sudah sepatutnya ia melupakan kejadian masa lalu dan fokus untuk menyongsong masa depan.
"Wah kamu keren!" Sekar terlonjak ketika sebuah tepuk tangan terdengar heboh disertai suara kagum yang rupanya berasal dari Nando. Sekedar informasi, Nando saat ini memang sudah kembali ke posisinya semula karena dirinya sudah cukup menguasai tugas dan kewajiban seorang sekretaris.
"Nando? Kamu dari kapan berdiri di situ?" Sapa Sekar riang dengan senyum mengembang. Nando menghampiri Sekar dan mengusak puncak kepala mantan rekannya itu dengan bangga.
"Aku dari tadi di situ. Kamu aja yang nggak sadar soalnya lagi asyik berdebat sama Mbak pelakor." Kekeh Nando geli.
Cengiran salah tingkah terbit dari bibir Sekar yang hari ini terpoles lipstik berwarna oranye. "Aku harusnya lakuin itu dari dulu buat pertahanin status dan juga harga diriku. Iya kan?"
Nando tersenyum mendengarnya. "Itu benar, tapi kalo kamu ngelakuin itu, sama aja kamu cuma mengubur masalah yang bahkan belum selesai. Mungkin pada akhirnya, perempuan itu atau bahkan Pak Reno bisa mengalah, tapi nggak akan ada penyesalan dari mereka. Alur seperti ini sudah tepat untuk membungkam mereka. Terlebih lagi..." Nando menatap kikuk Sekar yang menelengkan kepala, menunggu lanjutan kata-kata yang sempat ia jeda. "...kita nggak akan ketemu seandainya kamu masih bertahan dengan beliau."
Mata Sekar mengerjap, dan perlahan semburat merah timbul hingga menghiasi kedua pipi nya yang gembil. Kedua insan itu bergerak salah tingkah, hingga akhirnya tawa geli keluar dari masing-masing bibir mereka. Menertawakan kekonyolan apa yang sudah keduanya lakukan. Malu-malu salah tingkah, hingga rona di kedua pipi.
"M-Maaf ya. Aku...aku nggak maksud bikin kamu nggak nyaman. Aku...cuma..ngg..."
"It's okay." Sela Sekar. "Terima kasih ya karena kamu bahkan bersyukur dengan perkenalan kita. Aku juga senang banget bisa kenal dan dekat sama kamu, Nando." Nando mengulas senyum teduh dan mengusap lembut puncak kepala Sekar.
Di saat keduanya sedang saling memberikan senyum, sebuah deheman lantas menginterupsi suasana di antara Sekar dan Nando. Tentu saja kedua insan itu terkejut dan segera menyapa hormat pada sosok yang tak lain adalah Reno. Mata Reno menatap nyalang pada Nando, seolah siap menerkam siapapun yang berani mendekati Sekar. Ia ingin menggilas karyawannya itu, namun urung ketika melihat senyum sopan dan profesional yang di ulas oleh bibir Sekar.
"Selamat siang Pak. Kebetulan Pak Reno sudah kembali, tadi Bu Manda mencari Bapak. Sudah saya jelaskan mengenai Bapak yang sedang menjamu tamu, dan beliau memilih pulang saja dan minta saya menyampaikan kedatangannya pada Bapak." Ujarnya menyampaikan kedatangan si medusa ketika Reno sedang mengadakan pertemuan terbatas dengan beberapa klien yang memiliki janji dengannya hari ini. Ia memang diperintahkan Reno untuk tetap berada di tempat alih-alih mengikuti atasannya untuk mencatat beberapa hal penting seperti kebanyakan tugas sekretaris.
Ada raut kaget dan tertegun yang terpatri di wajah Reno. Seolah tak yakin kalau pertemuan keduanya bisa selancar itu hingga sempat-sempatnya meminta tolong menyampaikan pesan. Rasa-rasanya tidak mungkin. Namun Reno memilih percaya saja karena tidak ingin berselisih dengan Sekar.
"Okay, terima kasih. Sekarang, kamu ikut ke ruangan saya, Sekar. Dan bagi yang tidak berkepentingan, silakan untuk meninggalkan lantai ini."
Sekar menatap tak enak pada Nando yang tersenyum maklum ketika Reno sudah kembali memasuki ruangannya.
"Maaf ya Nan, kamu jadi ikut kena getahnya." Bisik Sekar.
"Nggak apa-apa, Sekar. Mantan yang belum move on itu memang kadang seuring-uringan itu." Tukasnya hingga membuat mereka berdua terkekeh pelan bersama.
Halo, ada yang masih nungguin cerita ini nggak dear? Maaf ya aku lama banget baru up, selain karena kuliah yang udah mulai dan jg rencana offline buat praktek lapangan plus praktek laborat, aku masih cukup stuck buat ngelanjutin kisah ini dan kisahku yg lain. Progres pdf pun jg ikut stuck. Duh maaf bgt ya😔
Anw, aku ada rencana sih mau bikin akun kedua buat ngumpulin karya2ku yg berbau dewasa, soalnya takut kalo akun ini nantinya terjadi hal yg tidak2 krn laporan dari readers maha benar dan maha suci🤣 adakah yg mau follow semisal aku bikin akun kedua khusus untuk cerita dewasa?
Yuk target vote 1000 dan komennya 300, bisa?
20 Oktober 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Now and Forever
General FictionPernikahan bukanlah akhir dari sebuah kisah cinta. Pernikahan merupakan awal dari sebuah kisah romansa sepasang anak manusia.Dan tentunya, ada banyak doa dan harapan untuk kelanggengan serta kebahagiaan dalam menjalani biduk rumah tangga tersebut. N...