Keempat orang yang duduk di kursi salah satu warung penjaja makanan di pinggir pantai ini terdiam dengan pikiran yang berkecamuk. Bunda, selaku orang tertua di antara mereka menatap pias pada menantunya yang sudah menahan tangis di sisinya.
"Sekar sayang, kamu...yakin, nak?" Tanya Bunda dengan suara bergetar. Ia masih syok dengan permintaan menantunya baru saja.
"Nggak, Bunda! Sekar bohong! Permintaan Sekar itu bercanda!" Elak Reno yang terengah di tempat duduknya.
"Mas!" Manda ikut membentak Reno karena tak habis pikir dengan pikiran kekasihnya. Apa Reno tidak ingin menceraikan Sekar seperti keinginan wanita itu?
Sekar menatap Bunda dengan wajah tegar dan mengangguk. "Sekar...udah nggak bisa, Bunda. Maafin Sekar karena nggak bisa mempertahankan rumah tangga seperti impian Bunda." Isaknya.
Bunda menatap sendu menantu tersayang nya itu. "Tapi kenapa, nak? Apa alasan kamu meminta cerai? Apa Bunda boleh tahu?"
Sekar memejamkan mata. Permintaan Bunda bukanlah hal yang sulit dijelaskan, namun juga bukan hal yang mudah untuk diungkapkan. Namun ia tidak bisa mundur lagi. Semua ini harus segera di selesaikan sesegera mungkin.
"Mas Reno punya wanita lain, Bunda." Cekatnya dengan air mata yang kembali menitik. Sakit rasanya harus mengakui perbuatan bejat suaminya sendiri, terlebih di hadapan wanita perebut itu. Harga dirinya hilang dan bak di injak-injak hingga hancur tak bersisa.
Kesiap dan raung kemarahan terdengung dari bibir Bunda serta Reno. Sedangkan si tersangka utama tersenyum puas karena pada akhirnya keinginannya akan segera terwujud. Lihat, kan? Pada akhirnya, benalu memang akan selalu tersingkir juga pada waktunya. Si anak pungut yang merampas semua hak yang harusnya menjadi miliknya, milik Manda.
Bunda berkata datar. "Manda, kan?"
Senyum puas di bibir Manda seketika lenyap tak bersisa. Ia terperangah ketika Bunda dengan tenang nya menyebut dirinya sebagai orang ketiga di dalam rumah tangga anaknya. Shit, itu memang benar, tapi dari mana Bunda bisa tahu? Pastilah karena Sekar! Reno tidak mungkin membongkar aib nya sendiri di hadapan sang Bunda. Lagipula, bukan seperti itu rencana mereka untuk menyingkirkan Sekar, si penghalang kebahagiaan mereka.
Sekar syok, begitupun dengan Reno yang sudah memucat di tempat. "B-Bunda...gimana...gimana..."
"Tanpa kalian bilang pun, Bunda sudah tau siapa yang menghancurkan siapa di sini." Ujarnya tenang, namun penuh penekanan. "Dan Bunda benar-benar nggak habis pikir, gimana bisa kalian menyembunyikan konflik ini serapat mungkin dari Bunda?"
Sekar memalingkan wajah, tak sanggup melihat wajah Bunda yang sangat sedih dan juga kecewa. Ya Tuhan, dosa apa dirinya sehingga sampai bisa melukai wanita yang merawatnya dengan sabar dan telaten sedari ia kecil?
"Bunda, ini nggak benar. Sekar bicara bohong. Nggak ada perselingkuhan, dan nggak akan ada perceraian. Aku nggak akan menceraikan Sekar."
"Mas! Kamu kenapa mangkir dari rencana kita? Kamu janji sama aku mau menceraikan Sekar!" Bentak Manda sudah tak tahan lagi melihat Reno yang tampak kukuh mempertahankan Sekar sebagai istrinya.
"Manda!" Reno balik membentak Manda karena merasa sudah sangat keterlaluan. Bagaimana bisa perempuan ini berucap selantang itu di depan Bunda?
Bunda tertawa melihat mereka. Bukan tawa bahagia tentu saja. "Sekarang kamu tau kan Reno apa alasan Bunda nggak menyetujui kamu sama perempuan itu?" Bunda menggunakan dagunya untuk menunjuk ke arah Manda yang terengah karena adrenalin sekaligus emosi. "Pendidikan bisa dibeli, namun tidak dengan etika dan harga diri." Lanjutnya pedas. "Setinggi apapun dia menempuh pendidikan, nyatanya tetap nggak bisa mengubah sifat dan sikapnya yang urakan itu. Dan kamu berharap Bunda mau melepas putra Bunda untuk menghabiskan sisa hidup bersama perempuan seperti dia? Mau jadi apa anak kalian nanti?"
Wajah Manda berkerut tak suka mendengar penilaian Bunda padanya. Namun ia sebisa mungkin menahan emosinya untuk menampar wanita tua bangka di hadapannya, yang sayang nya merupakan Ibu dari lelaki yang ia cinta.
"Bunda, tolong jangan menilai Manda secepat itu. Ini semua hanya salah paham saja Bunda. Lagipula, sebagai sesama perempuan, apa Bunda nggak bisa merasakan gimana terlukanya Manda ketika melihat kekasih Manda justru di nikahkan dengan perempuan lain? Kenapa hanya Sekar yang selalu Bunda pikirkan bagaimana perasaannya?"
"Kamu akan tau kalau suatu saat nanti kamu punya putra, Manda." Tukas Bunda pelan. "Ibu mana yang rela anaknya bersanding dengan perempuan yang bahkan nggak bisa menjaga harga dirinya sendiri? Kelab malam, pergaulan bebas, alkohol, bukankah itu semua familiar buat kamu? Mungkin bagimu, itu hal wajar dan lumrah dalam mencari kebahagiaan diri, tapi Bunda sama sekali nggak pernah mengajari putra Bunda untuk merusak diri seperti itu."
Manda menahan tangis karena ternyata seburuk itu penilaian Bunda padanya. "Reno nggak boleh meninggalkan Manda. Kami sudah melangkah terlalu jauh, Bunda! Bukan nggak mungkin kalau Manda hamil anak Reno!" Pekiknya histeris.
Kali ini Sekar dan Bunda sama-sama memucat. Mungkin bagi Sekar, ini bukan lagi kabar yang asing. Tapi bagi Bunda, ini jelas merupakan penghinaan besar untuknya. Putra yang ia besarkan secara baik bisa terjerumus dalam rayuan setan berwujud wanita.
Tangis dalam diam menitik di mata Bunda. Sungguh, Sekar tak kuasa melihat Bunda yang menangis dalam diam, seolah tak sanggup lagi mengutarakan kekecewaannya. Ia mendekap Bunda dan menangis di bahu Bunda yang bergetar.
Reno sendiri sudah tak kuasa menahan tangis. Ia mendekati Bunda dan bersimpuh di hadapan Ibunda nya, seolah meminta ampun atas segala kekeliruannya. "Bunda, Reno minta maaf Bun. Reno salah, Reno khilaf." Pinta nya tercekat.
Bunda dengan perlahan melepas pelukan Sekar, menyeka air mata menantunya dan tersenyum teduh, seolah balik menenangkan hati menantunya yang pasti lebih hancur darinya.
Beliau berdiri, dan meminta Reno untuk ikut berdiri. Dan begitu putranya berdiri, ia menampar Reno sekuat yang ia bisa, tanpa mempedulikan teriakan Sekar dan juga Manda.
"Apa begini Bunda membesarkan kamu? Menginjak-injak harga diri wanita dan juga menzinahinya seperti binatang?"
Reno menggeleng sedih. Untuk pertama kalinya, Bunda menamparnya sekuat ini karena kekecewaan beliau. Tamparannya tidak berarti apapun, namun sakit yang ia rasa justru bersarang di dalam hatinya. Ia mengecewakan sosok wanita yang mencintainya secara tulus dan tanpa syarat.
"Kamu menginjak harga diri Sekar sebagai seorang istri dengan menyelingkuhinya, seolah ia tidaklah pantas dan mumpuni untuk melayanimu. Dan kamu berzina dengan Manda seolah ia binatang, meski Bunda yakin itu semua terjadi atas dasar suka sama suka. Tidak kah kamu ingat Bunda ketika melakukan itu semua, nak?" Rintih Bunda perih. Ia menangis pilu, yang segera ditenangkan oleh Sekar. Rasanya begitu menyakitkan bagi Reno ketika melihat dua wanita yang tulus mencintainya menangis hanya karena dirinya.
Benarkah ini semua yang ia inginkan? Pantaskah ia menukar ini semua hanya karena menginginkan Manda menjadi pendampingnya? Keliru kah pilihannya?
Waktu dan tempat dipersilakan bagi yg mau menghujat Reno😣
Nggak bosan mengingatkan, buat yg mau beli pdf secara paket seharga 110k meliputi Epiphany, Hello Darling (sequel epiphany), short story collection, dan juga Hello Goodbye, hanya tinggal 3 hari lagi sebelum balik ke harga normal!! Ayo ayooo segera hubungi nomor whatsapp 083103526681😊
Yuk ramaikan komentar kalian. Jangan lupa vote juga ya, terima kasih🤗
23 Agustus 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Now and Forever
Ficción GeneralPernikahan bukanlah akhir dari sebuah kisah cinta. Pernikahan merupakan awal dari sebuah kisah romansa sepasang anak manusia.Dan tentunya, ada banyak doa dan harapan untuk kelanggengan serta kebahagiaan dalam menjalani biduk rumah tangga tersebut. N...