Chapter 04

14.6K 1.2K 66
                                    

Pernikahan yang Reno jalani bersama Sekar tentu nya tidak berlandaskan cinta, layaknya para pengantin lainnya. Namun meski begitu, Reno menyayangi Sekar dengan sepenuh hatinya, sebagai seseorang yang telah ia anggap seperti adiknya sendiri.

Awalnya, Reno memang keberatan, selain karena tidak adanya cinta, Reno juga sudah memiliki Manda, kekasih yang begitu di cintainya. Tetapi ketika melihat sosok Bunda nya yang jatuh sakit karena tak ingin menantu lain selain Sekar, mau tak mau memaksa Reno untuk menikah dengan Sekar, sekaligus membujuk Manda agar mau mengerti dan menunggu.

Tentu tidak semudah itu membujuk Manda. Kekasihnya itu murka luar biasa, memaki bahkan nyaris kecelakaan karena tak terima di duakan.

"Aku nggak mau pacarku jadi suaminya orang! Sekarang kamu pilih, Ren, menikahi Sekar atau menikahi aku!"

Reno pusing bukan kepalang kala itu. Bukan tanpa sebab, namun Bundanya memang tidak menyukai Manda yang menurut beliau begitu lancang dan tidak lagi memiliki etika ketimuran, layaknya adab orang Indonesia. Manda hobi dan familiar dengan dunia malam, lantas pakaiannya pun selalu terbuka, yang menyebabkan Bunda sendiri, selaku sesama perempuan, malu melihatnya.

"Bunda nggak akan pernah merestui kamu sama perempuan begajulan itu, Reno! Susah payah Bunda besarin kamu, biar jadi lelaki bermartabat dan tau etika, bukan untuk dapat pendamping urakan kaya pacarmu itu." Tolak Bunda keras.

Reno pening luar biasa. Apalagi setelah penolakan tersebut, Bunda malah jatuh sakit karena sedih jika sampai putranya itu menolak menikahi Sekar, anak kecil yang sejak kedatangannya di rumah beberapa puluh tahun silam sudah berhasil merebut kasih sayang dan perhatiannya.

Ucapan Bunda kala itu di rumah sakit benar-benar membuat Reno dan juga Sekar yang saat itu ikut menemani ketar ketir tak karuan.

"Bunda mohon, menikahlah. Bunda akan sangat senang kalo kalian bisa dipersatukan oleh ikatan pernikahan. Bunda hanya mau Sekar yang jadi istrimu. Sekar mau kan, nak?"

Entah jawaban apa yang layak diutarakan Sekar atas pertanyaan sulit tersebut. Bunda membuatnya benar-benar terpojok dan tak mampu mencari jalan keluar. Sungguh, kalau saja bukan Reno, mungkin Sekar tak akan berpikir dua kali untuk memenuhi permintaan Bunda. Tapi masalahnya, ini Reno. Sosok superhero sekaligus lelaki yang sudah ia anggap seperti keluarganya, meski ia menaruh hati pada lelaki itu.

Rambut Sekar yang panjang terurai menutupi kedua sisi wajahnya ketika ia menunduk, tak tahu harus berkata apa. Ia bahkan tersentak saat Bunda merengkuh tangannya dengan hangat. "Sekar mau ya nak? Bunda nggak pernah minta apapun dari Sekar. Tapi untuk yang satu ini, apa Sekar bisa memenuhi permintaan Bunda?"

Tak ada lagi celah untuknya mengelak. Apa ia sampai hati untuk menolak permintaan sosok wanita yang berperan sangat baik untuk menutup luka di masa lalunya?

"Sekar...nurut aja sama Mas Reno, Bun." Ucap Sekar pada akhirnya. Ia pasrah. Biarlah jika nanti Reno memakinya karena terkesan melimpahkan masalah pada kakak laki-lakinya itu. Namun di luar dugaan, Reno justru menyanggupi permintaan Bunda.

"Baik, Reno akan menikahi Sekar, Bunda. Tapi untuk mengadakan pernikahan, Reno butuh kesehatan Bunda untuk ikut membantu mengurus semua keperluannya. Apa Bunda bisa berjanji untuk mau sehat dan minum obat?"

Bukan main senang nya Bunda kala itu. Kabar gembira tersebut tentu saja berefek pada kesehatan beliau. Tak butuh waktu lama untuknya memulihkan diri, karena nyatanya, dua hari kemudian Bunda sudah stabil dan diizinkan pulang oleh dokter.

Dan tak lama setelah itu, yang Reno ingat, ia sudah mengukir janji di hadapan Tuhan dan ntuk setia selamanya bersama Sekar. Hal yang terasa bak mimpi, karena sejujurnya, bukan Sekar yang ia harapkan untuk menjadi pasangan hidupnya. Namun apa mau di kata. Nasi sudah menjadi bubur. Bunda bahagia, Sekar juga sudah menjadi istrinya, meskipun Manda luar biasa marah kala itu hingga menghilang nyaris sepuluh bulan lamanya.

Tapi yang Reno syukuri, Manda kembali lagi padanya setelah alibi kekasihnya yang pergi menenangkan diri. Reno juga tak menampik akan tawaran affair yang diajukan Manda. Siapa yang bisa menolak jika seseorang yang menawarkan adalah sosok yang kita cinta, bukan? Singkat cerita, di situlah awal mula terjalinnya sebuah hubungan perselingkuhan mereka tanpa diketahui satu pihak pun, kecuali Sekar.

"Babe, kok ngelamun sih?"

Ingatan Reno kembali ke masa kini. Ia merasakan pelukan lengan Manda yang lembut melingkari perutnya dari belakang. Ia baru saja makan malam di apartemen Manda, dan tadi ia sempat pamit untuk merokok di balkon sejenak.

Reno tersenyum dan mengusap jemari lentik Manda yang mengusap seduktif dada bidang nya. "Nggak ngelamun, sayang. Cuma lagi ngadem aja." Elaknya lembut.

"Beneran? Bukan mikirin istrimu itu kan?" Reno berbalik badan, dan merengkuh pinggang ramping Manda dengan erat.

"Kenapa jadi bahas Sekar?"

"Ya karena kamu kan suaminya dia." Cebiknya kesal. Lagi-lagi ia mengusap seduktif dada bidang Reno dengan manja. "Padahal kamu pacarku, tapi malah dia yang jadi istri kamu."

Reno menyibak surai milik Manda yang terbang lembut oleh sapuan angin malam. Ia mengecup kening kekasihnya dengan dalam dan lama. "But my heart belong to you. Dia adikku, sayang. Aku cuma berusaha bikin Bunda senang."

Manda menghela napas dalam. "Kamu nggak cinta sama dia kan?" Tentu saja dengan cepat Reno menggeleng tegas.

"Nggak akan! Dia cuma adikku, yang terpaksa aku nikahi karena nggak tega lihat Bunda sakit-sakitan."

Jawaban tegas Reno melegakan hati Manda. Ia lantas menumpu dagu di bahu Reno yang liat. "Aku selalu berandai-andai kalau posisiku yang ada di posisi Sekar. Begitu beruntung dan sangat disayang Bunda. Itu hal sulit kan buat aku dapetin?" Tawanya getir. "Hanya karena aku akrab sama dunia malam dan suka berpakaian terbuka, Bunda lantas menggeneralisasikan aku layaknya pelacur yang siap jual kewanitaan."

Pelukan Reno mengerat. Ia tak suka akan ucapan Manda yang sayang nya seratus persen tepat. Karena memang seperti itulah Bunda memandangnya selama ini.

"Sshh, jangan sedih. Biarkan Bunda berpikir apapun tentang kamu. Yang terpenting kan aku tahu seperti apa kamu. Aku cinta sama kamu, dan aku bisa terima semua kekuranganmu. Apalagi yang bikin kamu cemas?"

Manda menatap Reno seksama dengan matanya yang memerah. "Beneran?"

Reno tersenyum. "Mark my words, baby. Apa selama ini aku pernah ingkar janji?" Manda menggeleng. Senyum Reno kembali terbit. Ia melumat bibir Manda hingga keduanya kehabisan napas.

"I'm yours, baby. Remember that." Bisik Reno sebelum menggendong tubuh Manda dan melucuti pakaian mereka berdua.

Wagelaseh, kudu di geprek bener si Reno😣😣😣 ini seriusan nanya, adakah yang jadi tim Manda disini???😂

30 Juli 2021

Now and ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang