Chapter 18

15.6K 1.3K 72
                                    

"Sekar, maksud semua ini apa? Kamu cuma mau bercandain Mas, kan?"

Begitu sosok Ayah keluar dari ruangan Reno, lelaki itu tanpa membuang waktu segera menginterogasi Sekar yang sama sekali tak terlihat merasa harus menjelaskan sesuatu pada suaminya itu. Sekar menatap datar suaminya dan menghela napas panjang.

"Pak, saya sekretaris Bapak mulai hari ini. Jadi saya mohon, pisahkan masalah pribadi dengan pekerjaan. Saya masih harus banyak belajar untuk bisa mengcover jadwal pekerjaan Bapak."

Reno meraung marah dan menarik Sekar yang saat ini sudah menabrak dada bidang nya karena tarikan yang cukup keras itu. "Tapi kamu itu istriku, Sekar. Apapun kegiatan yang kamu lakukan itu harus atas seizin Mas. Kamu tentu nggak lupa kan sama tugas seorang istri?"

Sekar tersenyum miring dan menyentak dekapan Reno di pinggang nya. "Tentu aku nggak lupa Mas sama tugas seorang istri. Yang aku khawatirkan justru kamu yang sudah lupa tugas seorang suami. Kamu tentu ingat kan semua kelakuan kamu selama ini? Nggak pura-pura lupa lantas sekarang berubah jadi sosok suami yang posesif sama istri, kan?" Tekan Sekar tak gentar sedikitpun.

Mata Reno meredup mendengarnya. Selalu saja ia merasa lemah setiap Sekar mengingatkan seperti apa kelakuannya selama ini. "Tapi Mas..."

Suara ketukan pintu memecah ketegangan di antara Sekar dengan Reno. Menggeram sesaat, Reno akhirnya mempersilakan seseorang di balik pintu tersebut untuk segera masuk. Geraman yang sebelumnya terdengar, kini kembali menguar saat melihat sosok lelaki yang sedang membungkuk hormat padanya.

"Selamat pagi Pak Reno. Saya Nando, yang mendapat mandat dari Pak Brahma untuk membantu sekretaris baru bapak, Bu Sekar." Tuturnya sopan dengan suara halus nya yang dalam.

"Saya nggak butuh ban..."

"Halo Pak Nando, perkenalkan saya Sekar. Mohon bimbingannya ya Pak." Sambut Sekar ramah, mengabaikan raut marah Reno yang melihat interaksi mereka.

Nando membalas senyum ramah Sekar dengan senyum penuh sopan. "Salam kenal juga Bu Sekar, semoga nanti tutor saya bisa diterima dengan baik oleh Ibu, ya. Bila masih ada yang belum mengerti, Ibu bisa bertanya apapun ke saya. Jangan sungkan Bu." Terang nya tulus sambil mengulurkan tangan yang disambut baik oleh Sekar.

"Kalo gitu, apa bisa kita mulai sekarang Pak?"

"Oh tentu, Bu Sekar. Sangat bisa. Kalau begitu, kita segera ke meja kerja saja, bagaimana?" Tawarnya yang disanggupi oleh Sekar. Atensi Nando lantas berpindah kepada Reno yang sedang melotot menatapnya.

"Mari Pak Reno, saya permisi dulu." Pamitnya singkat namun penuh sopan.

"Hei, tunggu!"

Baik Sekar maupun Nando sama sekali tak menggubris panggilan sang atasan. Bukan tanpa alasan, namun hal itu memang sudah ditekankan oleh Pak Brahma, selaku pemilik sekaligus ayah dari atasannya, untuk tidak usah mengacuhkan perkataan Reno jika hal tersebut mengganggu jalannya tutor yang sudah dipersiapkan oleh Pak Brahma untuk Sekar.

Now and Forever

"Jadi, ini nomor-nomor relasi Pak Reno yang memang sedang ada proyek dengan beliau. Untuk keseluruhan, biasanya sekretaris Pak Reno akan menghubungi mereka melalui email resmi, tapi untuk Pak Raditya, biasanya akan di hubungi melalui whatsapp saja, Bu Sekar."

Kepala Sekar manggut-manggut. Sedari tadi, ia sudah mencatat poin-poin apa saja yang harus di garis bawahi tentang kolega-kolega suaminya itu.

"Sudah cukup paham, Bu Sekar?"

"Sudah Pak Nando." Jawabnya lugas. "Dan tolong, Sekar saja ya. Jangan ditambahi embel-embel Bu." Tambahnya. Merasa sungkan dengan panggilan kelewat formal yang Nando ucapkan.

Now and ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang