Chapter 30

15.2K 1.2K 117
                                    

Reno menatap lekat Sekar yang sudah duduk manis di sofa. Ia meneliti wajah ayu mantan istrinya dengan seksama.

"Mohon maaf, apa Bapak perlu sesuatu?" Tanya Sekar tenang setelah beberapa menit kedatangannya, Reno tak jua mengutarakan apa keperluannya hingga memanggil dirinya untuk masuk ke ruang kerja ini.

Masih dengan mata yang menatap lekat wajah Sekar, Reno lantas berkata, "Dia nggak macem-macem ke kamu kan?" Tanya nya diliputi rasa cemas. Awalnya Sekar bingung ke mana arah perkataan ini, namun setelah itu, ia akhirnya paham kalau obrolan kali ini menyinggung tentang kedatangan Manda beberapa saat yang lalu.

"Kenapa Bu Manda harus macam-macam ke saya, Pak?"

Reno menghela napas sedih dan menatap sendu mantan istrinya. "Kamu jelas tau kenapa aku sampai sekhawatir ini sama kamu, Sekar. Manda itu nekat. Dia bisa aja menyakiti kamu karena dia yang nggak pernah suka sama kamu. Aku nggak mau kalo sampe kamu..."

"Buktinya saya baik-baik aja, Pak. Saya utuh tanpa ada satu lecet pun di kulit saya. Tentu Bapak bisa melihatnya sendiri, bukan?"

Tetap saja, meski Reno bisa melihat kalau sama sekali tak ada tanda-tanda bekas luka, hatinya tetap tak tenang begitu mengetahui kedatangan Manda ke kantornya.

"Aku khawatir, Sekar." Ucapnya lembut. "Manda bukan orang yang penyabar."

"Saya tau, Pak. Tapi saya bisa pastikan ke Bapak kalau Bu Manda tidak akan pernah bisa menyakiti saya lagi. Bapak tidak perlu cemas." Ungkapnya penuh arti. Reno tak mengerti apa arti di balik senyuman aneh Sekar. Namun Reno memilih tak menghiraukan praduga nya.

"Bunda undang kita buat makan malam bareng. Kamu dateng? Mau bareng?"

"Iya, aku pasti dateng. Tapi maaf, aku udah ada janji pergi bareng." Jawab Sekar menghilangkan formal nya karena memasuki topik tentang keluarga. Kening Reno mengernyit bingung.

"Janji? Pergi bareng? Sama siapa?" Cecar nya cemas. Ada rasa gelisah yang tiba-tiba saja melintas di kepala.

Sekar tersenyum manis menatap kakak nya. "Bunda nggak cuma undang aku aja, Mas. Tapi sekaligus undang Nando."

Raut wajah Reno mengeras ketika Sekar menyebut nama lelaki yang sangat dibenci nya itu. "Ngapain dia di undang? Ini makan malam keluarga!" Ujar nya berapi-api.

"Kalo untuk itu, mungkin Mas Reno bisa nanya langsung ke Bunda, jangan ke aku. Lagipula, Bunda nggak bilang kalo ini khusus untuk family time. Aku cuma nurutin permintaan Bunda."

Tanpa basa basi, Reno segera meraih ponsel yang ada di kantung jas nya dan menelpon Bunda dengan berapi-api. "Halo Bunda, apa benar Bunda undang Nando buat acara makan malam nanti?"

"....."

"Tapi Bun, dia itu bukan keluarga kita! Nggak pernah ada yang bawa pasangan di saat kita ngadain makan malem bareng kaya gini."

"....."

"Bukan masalah aku bisa bawa Manda atau siapa, tapi ini tentang keluarga..."

"....."

"Iya aku tau dia sekarang adikku, tapi..."

Reno menggeram ketika Bunda dengan gampang nya malah memutus sambungan telepon mereka. Ia sedikit membanting ponsel nya karena geram dengan keputusan sepihak Bunda. Sekar sendiri yang melihat bagaimana tingkah laku Reno hanya bisa tersenyum tipis.

"Sekarang percaya, kan?" Reno melirik Sekar dan menghembuskan napas lelah.

"Mas nggak suka sama laki-laki itu."

"Atas dasar apa sampe Mas bisa nggak suka sama Nando? Apa sebelumnya Mas pernah kenal dan tau gimana kepribadiannya, sampe bisa bikin Mas memutuskan untuk membenci dia?"

Kali ini Reno menatap lekat pada Sekar yang menuntut jawaban. "Apa ada alasan buat nggak membenci laki-laki yang berusaha merebut wanita yang kita cintai?"

Dan Sekar hanya bisa terdiam mendengar jawaban tersebut.

Now and Forever

"Hai, maaf agak nunggu ya. Tadi ada sedikit masalah sama pintu nya."

Nando tersenyum dan menggeleng santai. "Nggak apa-apa. Tapi sekarang udah nggak bermasalah kan sama pintu nya? Atau mau aku panggilin teknisi?"

"Oh udah bener kok. Nggak perlu panggil teknisi. Makasih ya udah nawarin." Tukas Sekar dengan senyum cantiknya. Nando mengangguk dan segera membukakan pintu mobil untuk Sekar yang mendapat ucapan terima kasih dari wanita itu.

Perjalanan mereka lalui dengan berbagi canda dan juga cerita, diiringi alunan lembut track lagu klasik, suasana macet jalan protokol tak terasa lelah untuk mereka lalui.

Nyaris empat puluh lima menit kemudian akhirnya mobil Nando tiba di halaman rumah keluarga Mahadewa yang asri nan luas. Sebelum turun, Sekar kembali mematut riasannya untuk memastikan kalau tak ada cela di polesan wajahnya.

"Kamu cantik, Sekar. Nggak perlu memastikan lagi. Bahkan kaca nya aja sampai malu karena riasan kamu malam ini." Di tempatnya, Sekar menutup kaca riasnya dengan salah tingkah dan pipi yang memerah.

"Mmm...makasih ya Nando."

Nando tersenyum teduh dan mengangguk. "Udah siap?"

"Siap. Yuk kita turun. Takut kelamaan Bunda nunggu nya." Keduanya lantas turun dari mobil dengan Nando. Mereka baru mencapai teras, tepat ketika Bunda dari dalam sudah memekik kegirangan dan bahkan berlari kecil menyambut keduanya.

"Sekar anak Bundaaa." Pekik wanita paruh baya itu riang dan segera mendekapnya erat. Sekar melepas pelukannya dari lengan Nando dan menyambut pelukan Bunda dengan sama eratnya.

"Bunda, Sekar kangen sama Bunda." Bisiknya lembut dan memilih menyurukkan wajah ke ceruk leher Bunda yang hangat.

"Oh sayang, Bunda juga kangen banget sama kamu. Kamu kurusan sekarang." Bunda melepas pelukan mereka dan meneliti dengan seksama tubuh Sekar yang malam ini tampil manis dengan rok sebatas paha yang dipadukan dengan kaus putih polos layaknya remaja. "Apa Reno nyiksa kamu sama segunung pekerjaan?" Telisik Bunda tajam.

"Bukan..."

"Aku nggak akan mungkin sengaja nyiksa Sekar sama pekerjaan, Bun. Biar gimanapun dia adikku."

Reno menyambar tuduhan Bunda dengan tubuh bersandar di pintu utama. Bunda mencebik sengit pada putra tunggalnya itu. "Jangan nyamber omongan Bunda, dasar anak nakal! Ngeles terus kamu."

Sekar meringis ketika mendengar cebikan Bunda. Ia lantas mencoba mengalihkan topik. "Bunda, masa Nando nya di cuekin sih daritadi?"

"Aduh ya ampuuunnn. Maaf ya Nando. Gara-gara anak nakal itu Bunda sampe lupa nyapa kamu. Sini sayang, kita masuk ya. Bunda udah masak banyak buat makan malem ini. Semoga kamu suka ya."

Ketika Bunda sudah menggandeng Nando dan malah lupa akan keberadaan dua putra putrinya, Reno mengambil kesempatan dengan mencekal tangan Sekar.

"Kamu serius sama dia? Kamu yakin dia baik?"

Sekar mengernyit dan dengan sopan melepaskan cekalan tangan Reno di lengannya. "Mas ini ngomong apa? Serius apa? Jangan ngomong yang nggak-nggak. Mas nggak perlu kepo kaya gini dan berubah perhatian sama aku. Aku udah expert mengatasi baik atau nggak nya laki-laki." Dengan itu Sekar lantas berderap menuju ruang makan, meninggalkan Reno yang termenung sendirian di teras, memikirkan tiap kata-kata Sekar dengan pikiran penuh beban.

Kalian kesel nggak sih kalo jadi Sekar sama kelakuannya Reno? Udah mantan tp kepo terus sok²an posesif gitu🤣

Target vote dan komen nggak tercapai sama sekali🥲 sedih akutu, mau berkembang, tp sering down karena banyak yg jadi pembaca gelap. Kadang kalo lihat penulis baru yg cepet melejit itu bikin aku iri, pembaca nya beneran loyal dan sangat sportif bgt kasih feedback. Rejeki emang udah diatur Tuhan, cuma ya namanya manusia, kadang aku iri sama penulis yg memiliki keberuntungan kaya gitu🥲 #maafcurhat

Apa menurut kalian cerita2ku itu membosankan ya dear? Atau malah bikin kalian males karena ketikanku belum rapi? Aku penasaran kenapa banyak yg pelit kasih feedback. Mungkin bisa kenalan buat diskusi apa aja koreksian buat kepenulisanku🙏

Next chapter nggak berani deh aku pasang target. Takut kecewa, heheh😄

29 Oktober 2021

Now and ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang