Hari ini Sekar sudah siap dengan pakaian formal nya dan mematut diri dengan cermat. Kepalanya mengangguk puas melihat penampilannya yang rapi, namun tetap terlihat anggun. Polesan make up nya juga sangat natural, namun tetap menonjolkan kecantikannya yang khas wanita Indonesia.
Tak menunggu lama, Sekar segera meraih tas tangannya dan menuju dapur untuk membuat sarapan sederhana yang bisa mengganjal perutnya untuk menghadapi hari yang ia tahu tak akan pernah mudah ini. Namun seberat apapun hari yang akan ia lewati, ia harus tetap memantapkan hati dan diri, karena memang inilah pilihannya.
Sakit hati yang ia terima lantas memicunya untuk melakukan hal yang sesungguhnya tak perlu, yaitu dengan membalaskan dendamnya, atau bahasa halusnya, ingin memberi sedikit pelajaran untuk Reno yang sudah benar-benar kejam merusak mental dan juga hatinya.
Masih dengan mengunyah makanan, Sekar lantas menghela napas panjang. Dalam benak nya, ia terus memberi semangat untuk dirinya sendiri. Yakin kalau ini semua akan berjalan baik, sesuai dengan harapannya.
Now and Forever
Sekar meraih tangan Ayah dan berjalan bersama menuju ke gedung pencakar langit yang kini menjulang di hadapannya. Netra Sekar menatap datar bangunan megah di hadapannya tersebut. Walau ia sudah diangkat anak menjadi anggota keluarga ini sejak dulu, namun Sekar hampir-hampir tak pernah menginjak bangunan megah bukti dari kejayaan Ayahnya selama ini yang jatuh bangun dalam mendirikan perusahaan.
Lift berdenting tepat pada lantai di mana pemilik perusahaan berada. Di saat itulah, cengkeraman Sekar perlahan mengerat di lengan Ayah.
"Be brave, sayang. Kamu harus punya keberanian untuk menjalankan misi ini." Dukung Ayah yang paham betul kalau sesungguhnya, hati lembut putrinya hampir tak pernah melakukan hal sebesar dan seberani ini sebelumnya. Sekar yang biasanya adalah sosok yang begitu lembut dan banyak mengalah. Ia juga hampir tak pernah menyuarakan apapun jika sedang mengalami hari buruk atau bahkan baik sekalipun. Permasalahan pun sudah biasa ia pendam sendiri.
"Sekar bisa kan, Yah?" Cicitnya risau. Kepala Ayah mengangguk mantap.
"Anak Ayah pasti bisa. Sekar pasti bisa."
Hati Sekar menghangat saat melihat dukungan penuh yang terlihat di wajah Ayah saat ini. Bukan main beruntung dirinya memiliki orangtua angkat yang hebat seperti beliau.
Menarik dan menghembuskan napas, Sekar lantas tersenyum dan menganggukkan kepala. "Sekar bisa, Yah." Senyum nya tulus.
"Ready?"
"I'm ready."
Now and Forever
Reno ternganga di tempat dengan wajah tak percaya saat melihat sosok siapa yang ada di hadapannya saat ini. Ayah dan juga Sekar, istrinya yang menghilang entah kemana usai peristiwa malam itu, kini berdiri dengan anggun di sana, tak kurang satu apapun.Reno tak lagi menghiraukan sambungan teleponnya dengan Manda, dan lebih memilih mendekati keduanya.
"Sayang?" Sekar membiarkan dirinya dipeluk erat oleh Reno saat ini, tanpa sedikitpun membalas dekapan tersebut.
Mata Reno memerah menatap istrinya yang menghilang selepas malam tersebut. Jemarinya mengusap lembut pipi halus milik Sekar.
"Kamu kemana? Mas nyari kamu kemana-mana. Are you okay? Maafin Mas malam itu ya sayang. Mas tau kalo Mas sangat keterlaluan sama kamu." Pinta nya sendu.
Senyum terbit di bibir Sekar. Ia menepis pelan usapan tangan milik lelaki yang masih menjadi suaminya tersebut dan membungkuk sopan.
"Selamat pagi, Pak Reno. Saya Sekar, yang mulai hari ini akan menggantikan posisi sebagai sekretaris Pak Reno. Mohon bimbingannya." Ucapnya formal.
Tubuh Reno terdiam kaku. Ia sama sekali tidak menyangka kalau kedatangan istrinya pagi ini justru memperkenalkan diri sebagai sekretarisnya yang ia ketahui sudah di pindahkan ke kantor cabang di Malang.
"A-apa? Kamu jangan ngawur, Sekar. Sekretaris apa?"
"Seperti yang kamu dengar, istrimu akan jadi sekretarismu mulai hari ini. Ini semua atas permintaan Ayah." Reno memandang kaku wajah Ayahnya yang tampak sangat tenang dan juga santai.
"Ini semua bohong kan, Yah?"
"Apa penampilan istrimu sekarang mengatakan kalau semua ini bohong?"
"Nggak, Sekar." Tolak Reno keras. "Kamu nggak mungkin jadi sekretarisku. Di sini jam kerjanya sampai sore, dan kamu nggak seharusnya kerja sedangkan Mas masih bisa biayain hidupmu."
"Kamu nggak lupa apa permintaan Ayah kan?" Ayah segera menyergah ungkap kekesalan Reno, seolah mengingatkan perjanjian mereka tempo hari, meski perjanjian itu sendiri tidak ditolak, tidak pula di setujui oleh putranya.
"Tapi nggak dengan cara kaya gini, Ayah! Sekar istriku, dan aku juga masih sanggup membiayai hidupnya tanpa Sekar harus bekerja seperti ini."
"Kalian masih dalam proses cerai, ingat?"
Diingatkan begitu oleh Ayah, bahu Reno yang semula menegang dan kaku lantas meluruh kuyu dengan wajah sendu penuh kesedihan. Ditatapnya wajah Ayahnya dan beralih pada Sekar dengan tatapan yang sangat lama dan penuh permohonan.
"Mas nggak mau, Sekar. Mas nggak mau." Rintihnya sendu. "Kamu boleh lakukan apapun ke Mas untuk membalas rasa sakit hati kamu. Tapi Mas mohon, jangan cerai ya sayang, ya?"
Sekar tak menggubris kata-kata penuh permohonan yang baru saja Reno ucapkan. Ia memilih mengalihkan percakapan ketimbang meladeni Reno.
"Jadi, apa tugas saya sebagai sekretaris di hari pertama ini, Pak Reno?"
Reno mengacak rambutnya frustasi. Ia menatap Ayah dengan penuh permohonan. "Yah, Reno mohon, jangan seperti ini, Yah. Reno nggak bisa."
Namun sang Ayah juga sama hal nya dengan Sekar yang enggan menanggapi sedikitpun perkataannya. Permintaan Reno baru saja hanya bak angin lalu yang sama sekali tak mengusik keduanya.
"Ayah percaya kamu pasti bisa. Nanti kamu bisa belajar kalau ada yang masih belum kamu pahami ya nak. Ayah juga sudah menyiapkan tutor yang bisa dipercaya untuk membantu mengajari seandainya kamu nanti masih ada kendala. Bilang ke Ayah kalo kamu butuh bantuan, mengerti?"
Sekar menikmati usapan lembut tangan Ayah nya di kedua bahunya. "Baik Ayah. Makasih banyak ya Yah, maaf kalo Sekar masih ngerepotin."
Kekehan Ayah memenuhi ruangan tersebut, mengabaikan Reno yang masih frustasi di tempatnya. "Kamu nggak pernah merepotkan, sayang." Tukas Ayah lembut. "Yaudah, Ayah tinggal dulu ya." Pamitnya yang lantas berganti menatap Reno dengan datar. "Ayah titip Sekar. Ajari dia dengan baik. Dan tolong, kali ini perlakukan dia dengan semestinya. Di sini, dia sekretarismu, bukan istrimu. Tugasmu hanya ajari dia apa-apa saja yang jadi job desc nya. Jangan campur adukkan masalah pribadi dengan pekerjaan. Dan juga, Ayah sudah siapkan Nando untuk jadi tutor Sekar. Kamu paham?"
"Apa? Ayah kasih Sekar tutor si Nando? Laki-laki?"
Ayah mengibaskan tangan tak peduli. "Jangan berlebihan. Nando itu profesional, dan Ayah sangat tau kalau dia itu menguasai betul pekerjaan yang menyangkut kesekretariatan. Jangan protes, dan segera bekerja." Pungkas Ayah tak mau di bantah. Ayah juga kembali menatap lembut pada Sekar untuk mengecup puncak kepalanya dengan sayang. "Ayah tinggal dulu ya nak. Nanti kalo sudah pulang, telepon Ayah, biar Ayah jemput, oke?"
Sekar tersenyum riang dan mengangguk senang. "Oke Yah."
Maaf kalo aku telat up ya dears. Aku sejujurnya lagi ada acara keluarga, dan bertepatan pula sama kondisi badan yang drop banget. Sementara ini, aku nggak bisa janji dulu kapan up ya😔 but thanks buat semua apresiasi dan dukungan dari kalian buat aku. It means a lot for me🤍🤍
01 September 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Now and Forever
Fiksi UmumPernikahan bukanlah akhir dari sebuah kisah cinta. Pernikahan merupakan awal dari sebuah kisah romansa sepasang anak manusia.Dan tentunya, ada banyak doa dan harapan untuk kelanggengan serta kebahagiaan dalam menjalani biduk rumah tangga tersebut. N...