"Jangan senang dulu."
Sekar yang semula sedang membereskan rantang-rantang kosong sisa makanan ke dalam mobil, terpaksa menghentikan kegiatannya saat suara dari wanita paling tidak tahu malu di muka bumi ini menginterupsi kegiatannya. Ia menghela napas panjang, sesungguhnya enggan harus terlibat percakapan dengan si medusa.
"To the point aja, Mbak. Mau bilang apa? Aku nggak suka bertele-tele." Tukas Sekar dengan nada malas-malasan. Tangannya kembali meraih rantang untuk ia tata dengan baik di dalam bagasi.
Namun sial, sepertinya si medusa ini senang sekali mencari gara-gara dengannya. Manda dengan menyebalkan justru menampik tangan Sekar yang semula sedang memegang rantang, hingga suara gesekan rantang yang berbahan dasar stainless steel cukup riuh di dengar meski saat jatuh suaranya teredam oleh pasir pantai.
"Mau kamu apa sih hah?" Bentak Sekar sudah tak bisa menahan kekesalannya lagi terhadap Manda.
Manda bersedekap dan menatap tajam Sekar yang kini membungkuk mengambil rantang yang berceceran di pasir pantai setelah sebelumnya sempat membentur bagian luar bagasi mobil.
"Tinggalin Reno. Lo tau betul kalo Reno itu cuma cinta sama gue. Dan lo, lo itu cuma adik angkat yang terpaksa dia nikahi gara-gara paksaan Bunda. Apa lo bangga menikah sama laki-laki yang cuma jadiin lo istri di atas kertas?" Manda mengakhiri kata-kata nya disertai dengan senyum mengejek sekaligus merendahkan.
Namun Sekar tidak gentar. Ia balas bersedekap dan menatap tajam Manda dengan sebuah senyuman penuh penghinaan. "Dan apa Mbak juga bangga dijadikan selingkuhan sama laki-laki yang sudah beristri seperti Reno? Mbak harusnya sadar, Mbak itu cuma di jadikan alat buat melepas birahi suamiku, yang artinya apa? Mbak itu di pandang nggak lebih seperti jalang. Menurutmu, siapa yang akan pantas untuk ada di samping Reno? Aku, atau Mbak?"
Manda terperangah ketika mendengar hinaan balik yang Sekar lancarkan. Dadanya bergemuruh murka. Keterlaluan! Beraninya perempuan ini menghina dirinya yang notabene memang kekasih dari Reno?!
"Sialan!" Manda mengangkat tangannya untuk menampar Sekar karena tak terima dengan penghinaan perempuan rendahan itu. Namun bukannya menampar, justru ia yang menerima panas nya tamparan dari tangan Sekar.
Plak.
Sekar menampar keras pipi Manda hingga perempuan itu nyaris terjungkal karena tak siap menerima serangan balik darinya. Ia menatap datar Manda yang merintih dengan mengepalkan tangan. Kalau boleh jujur, ia sangat gemetar karena baru pertama kalinya melakukan kekerasan pada seseorang. Ia baru berpikir, bagaimana seandainya Bunda marah dan kecewa padanya karena tindakan impulsif nya kali ini? Namun ketika melihat raut kesakitan dari Manda, ada rasa puas dan senang yang riuh terasa dari dalam dada nya. Perasaan menang dan juga bangga karena berhasil menjaga martabatnya sebagai seorang istri.
"Lo..."
Plak.
Sekali lagi Sekar menampar Manda, kali ini di sisi yang berbeda. "Ini yang seharusnya kamu terima saat dengan menjijikkannya memutuskan untuk menjadi selingkuhan dari suamiku."
Manda menatap berang pada Sekar yang menatapnya super dingin. Dengan cepat, ia segera menjambak rambut Sekar, ingin menyalurkan kemarahannya pada perempuan perebut kekasihnya.
Namun baru sesaat ia menarik rambut Sekar, sebuah tangan menghempaskan jambakannya dari surai Sekar yang kini sudah sangat berantakan.
Bukan main kagetnya kedua perempuan itu saat melihat Bunda yang ternyata sudah menatap mereka dengan tatapan penuh angkara. Reno juga berada di belakang Bunda dengan wajah mengetat menahan amarah.
Manda berdiri kaku di tempat. Ya Tuhan, bagaimana ini? Pasti Bunda berpikir negatif padanya, terlebih ia tertangkap basah sedang menjambak menantu kesayangannya.
"Apa yang kalian lakukan? Jelaskan ke Bunda!" Pinta Bunda tegas dengan mata yang tajam menatap kedua wanita yang hanya berani menunduk menatapi pasir di kaki mereka.
Suasana hening sesaat, dan Bunda bersedekap tangan ketika sama sekali tak ada yang berniat buka suara. "Jadi nggak ada yang mau cerita ke Bunda?"
"Mbak Sekar nampar Manda, Bun." Manda cepat-cepat membuka kalimat sebelum nanti Sekar mengadukan semuanya pada Bunda dan menghilangkan kesempatannya untuk meraih hati Bunda.
Begitu mendengar kata-kata dari Manda, dengan cepat Reno segera beranjak dan menarik Sekar menjauh dari Bunda dan juga Manda. Tak menghiraukan teriakan dari mereka berdua.
Berkali-kali Sekar terseok dan nyaris tersungkur karena kakinya terjebak di beratnya pasir pantai.
"Mas, sakit." Rintih Sekar, namun diabaikan oleh Reno yang masih menyeretnya menjauh, entah ke mana.
Dan ketika mereka sampai di sudut terjauh dan tertutup tebing pantai, Reno lantas melepas cekalannya dengan sedikit mendorong tubuh Sekar hingga istrinya itu nyaris terjerembab di atas batuan yang ada di sekitar tebing.
"Mas, sakit!" Teriak Sekar sambil memegang pergelangan tangannya yang memerah. Ia beralih menatap suaminya dengan wajah marah karena perbuatan tak sepatutnya itu. "Mas kenapa sih?!"
"Kamu yang kenapa!" Bentak Reno menggelegar tanpa menahan sedikitpun emosinya. "Kamu mau jadi preman, hah? Main tampar orang sembarangan. Seneng kamu bisa nampar Manda?"
Sekar merasakan hatinya terkoyak kala Reno justru memojokkan dan menyalahkan dirinya akibat aduan Manda yang tidak berdasarkan kejadian secara lengkap. Ia menatap marah luar biasa pada suaminya meskipun matanya sudah memerah menahan tangis kekecewaan.
"Kamu nyalahin aku?" Bisik Sekar tercekat. "Kamu nyalahin aku, istrimu, yang jelas-jelas sedang menyelamatkan harga dirinya setelah perempuan jalang itu dengan tanpa malunya minta aku untuk ninggalin suamiku?"
"Tetep aja perbuatan kamu itu salah! Apa kamu nggak lihat gimana merahnya pipi Manda tadi gara-gara tamparan kamu?"
"Dan apa kamu bisa lihat gimana sakitnya hati aku setelah selingkuhan suamiku justru menginjak-injak harga diriku? Terlebih sekarang kamu justru membela pelacurmu itu?" Bentak Sekar tanpa menahan lagi sopan santunnya. "Dan ini, apa kamu bisa lihat gimana sakit nya tanganku yang memar karena kemarahan suamiku yang nggak terima pelacurnya kusakiti setelah dia dan juga kamu merajamiku tanpa ampun selama ini?" Tunjuk Sekar pada pergelangan tangannya yang membentuk pola cengkeraman jemari Reno. Sungguh, ia tidak berbohong tentang sakit nya cengkeraman Reno. Suaminya itu seolah ingin meremukkan tangannya dalam sekejap hanya karena tak terima pelacur itu ia tampar.
Reno mengerjap mendengar penjelasan istrinya. Sungguh, ia tidak sadar kalau cengkeramannya bisa berefek sebegitu mengerikan untuk pergelangan tangan Sekar. Pergelangan tangan itu memerah bercampur biru, memar yang sangat kentara.
"Sekar, Mas nggak sengaja. Mas nggak sadar kalau..."
"Kamu memang nggak pernah sadar kalau menyangkut aku, Mas. Kamu selalu nggak pernah sadar kalo udah nyakitin aku, baik dulu maupun sekarang." Sergah Sekar cepat dengan nada penuh kekecewaan.
Suara debur ombak menemani keduanya yang tengah terkungkung sunyi. Reno tak tahu harus berkata apa, sedangkan Sekar sudah tak mengerti lagi harus berkata seperti apa untuk melampiaskan marah dan kecewanya.
"Ayo kita bilang sama Bunda. Pernikahan ini sudah nggak akan bisa di selamatkan lagi." Ujarnya datar dengan langkah kaki yang mulai meninggalkan Reno.
Reno gelagapan. Ia mencegah Sekar yang akan menuju pada Bunda untuk membeberkan segalanya.
"Nggak, Sekar. Kamu nggak bisa!" Sergah Reno panik.
"Aku bisa!" Pekik Sekar murka. Ia lantas kembali melangkah mendekati tempat terakhir mereka meninggalkan Bunda, tak mempedulikan teriakan suaminya.
"Apa kamu tega membiarkan Bunda drop karena keegoisanmu?"
Sekar menghentikan langkah kakinya. Ia berbalik dan menatap nyalang suaminya. "Egois? Egois katamu?" Kekehnya sinis. "Berkacalah terlebih dahulu siapa yang egois di antara kita." Lanjutnya lagi. "Dan lebih baik Bunda tersakiti akan kebenaran daripada di bahagiakan oleh sebuah kepalsuan. Aku bukan kamu, Mas, yang bisa bertahan di tengah kepalsuan. Jadi mari kita selesaikan semua ini secepatnya."
Ayo ayooo promo 4 pdf novel karyaku seharga 110k cuma sampai tanggal 26 lho. Yang berminat, yuk segera order ke nomor whatsapp 083103526681 sebelum kembali ke harga normal.
Jangan lupa vote dan komen ya😊
20 Agustus 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Now and Forever
General FictionPernikahan bukanlah akhir dari sebuah kisah cinta. Pernikahan merupakan awal dari sebuah kisah romansa sepasang anak manusia.Dan tentunya, ada banyak doa dan harapan untuk kelanggengan serta kebahagiaan dalam menjalani biduk rumah tangga tersebut. N...