Chapter 15

18.7K 1.5K 211
                                    

Reno terbangun dari tidur paling lelapnya dengan senyum yang tak mampu ia tahan. Semalam rasanya begitu luar biasa. Sekar begitu rapat, merangkum kejantanannya yang terasa haus akan belaian, meski Manda sendiri tak pernah lepas memberinya pelayanan plus plus untuk memuaskan birahinya.

Membayangkan ketika ia membuka mata dan menatap wajah Sekar, entah kenapa terasa mendebarkan untuknya kali ini. Padahal, kalau saja dia mau, ada dua tahun waktu yang berjalan untuk bisa tidur di sisi Sekar tanpa takut dosa maupun penghakiman.

Memilih menepis penyesalan yang mulai muncul di sudut hatinya, Reno meraba sisi kasur nya untuk mencoba merengkuh Sekar ke dalam pelukannya. Senyumnya sedikit berkedut kala sisi samping ranjang nya terasa dingin, seolah tak ada jejak Sekar yang semalam berhasil ia pindahkan ke kamarnya usai percintaan gila yang ia berikan.

Yakin kalau di sisinya memang tak ada siapapun, mata Reno seketika membelalak lebar dan membola panik ketika tak ada sedikitpun jejak Sekar di sisinya.

"Sayang." Panggil Reno kelabakan. Ia memindai seluruh ruangan dan terkesiap ketika matanya bersirobok dengan mata kelam sang Ayah yang diam saja di sofa sudut ruangan yang mengarah ke balkon.

"A-Ayah." Lirih Reno tercekat. Ia seketika kelabakan mencari brief nya dan segera mengenakan benda tersebut untuk menutupi kejantanannya.

"Sejak kapan Ayah di sini?"

Ayah masih menatap tajam pada Reno dan mulai beranjak untuk mendekati putranya yang menunduk takut di tempat.

Tanpa aba-aba, satu hantaman keras di layangkan Ayah pada wajah Reno hingga putra semata wayang nya itu tersungkur dan mengerang kesakitan.

"Bangun." Ucap Ayah dingin. "Kalo kamu laki-laki, bangun! Pengecut kalau bogeman ini sampai bisa menyakiti kamu. Ayah bilang bangun!" Bentaknya keras dengan melayangkan lagi sebuah tendangan di perut putranya yang sudah terkapar lemah di lantai yang dingin.

"Akhh, ampun Yah. Ampun." Pinta Reno tersengal kala perutnya begitu sakit setelah di tendang Ayah.

"Segitu aja udah nyerah? Dan kamu yakin kamu seorang laki-laki?" Ayah mencibir sinis dan menatap berang putranya. "Bayangkan, sakit seperti apa yang sudah kamu torehkan buat istrimu! Apa sakitmu ini sepadan dengan sakit yang Sekar rasakan hah? Diselingkuhi, dibodohi, bahkan di perkosa tanpa hati!" Ayah meraung emosi dan kembali menghajar Reno dengan segala murka yang ia pendam begitu tahu kelakuan bejat anaknya.

Reno sendiri pasrah. Ia sadar kalau dirinya memang pantas mendapatkan pukulan demi pukulan dari Ayahnya setelah semua perbuatan gila yang ia torehkan untuk Sekar.

Rintih kesakitan Reno seketika terhenti saat matanya menatap mata Ayah yang kini berlinang air mata meski wajah kaku dan kerasnya masih bertengger kukuh di wajah yang sudah menua itu. Melihat wajah dan tangis dalam diam Ayahnya, mau tak mau hati Reno tercabik.

Ayahnya, yang terkenal begitu teguh dan disiplin saja sampai menangis karena kekecewaannya, lantas bagaimana dengan keadaan Bunda nya? Reno tak berani membayangkan sebesar apa kekecewaan yang dirasakan Bunda nya saat ini.

"Ayah besarkan kamu untuk jadi laki-laki bermartabat dan berbudi. Ayah sekolahkan kamu jauh untuk bisa menggali ilmu lebih banyak supaya kamu bisa jadi sosok Ayah dan suami yang baik untuk anak dan istrimu kelak. Dan seperti ini hasil kerja keras Ayah membesarkanmu, hah?" Lirihnya serak. Pukulannya terhenti dan tubuh tua nya luruh ke lantai, menangis dalam diam seolah turut hancur melihat rumah tangga putra putrinya yang berantakan hanya karena sosok seorang wanita tak bermoral.

Reno menggigit bibir demi menahan rasa remuk di tubuhnya untuk menegakkan diri, berusaha meraih tubuh Ayahnya yang tampak kuyu dalam beberapa hari.

"Y-Yah..ma...maaf..in Re.no." ucapnya terbata-bata. Ia meraih celana bahan yang dikenakan Ayah dan bersimpuh di sana, turut menangis karena sebuah penyesalan.

Now and ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang