Chapter 32

15.3K 1K 60
                                    

"Lho, kamu kok pagi-pagi udah rapi begini, nak?"

Sekar yang tengah menyiapkan sarapan nasi goreng ke meja makan hanya bisa tersenyum ketika ditanya oleh Bunda dan raut penasaran dari Ayah.

"Sekar kan harus siap-siap, Bun, Yah. Sekar nggak bawa baju kerja, jadi Sekar mau pulang dulu." Bunda manggut-manggut paham dengan penjelasan putrinya itu. Ia lantas membalik piring, menyiapkan nasi goreng untuk suami dan dirinya sendiri.

"Pagi semua." Reno yang baru saja bergabung lantas menyapa dan menyematkan kecupan untuk semuanya. Namun saat tiba giliran Sekar, wanita itu menolak dengan menahan wajah Reno menggunakan telapak tangannya. Senyum tipis tersungging di bibirnya yang berwarna pink alami.

Reno geram ketika menyadari kalau Sekar jelas menunjukkan penolakannya. Namun ia terpaksa menahan kekesalannya karena tak ingin memancing kecurigaan Ayah serta Bunda.

"Kamu mau kemana, kok udah rapi?"

"Adikmu mau siap-siap dulu, soalnya Sekar nggak bawa baju kerja. Dia mau pulang." Jawab Bunda sambil mengambilkan emping untuk pelengkap nasi goreng di piring Reno.

Reno menghentikan kunyahannya dan menatap Sekar yang masih asyik menikmati nasi goreng di piring nya. "Nanti bareng Mas aja." Titahnya secara sepihak.

Dengan masih santai mengunyah nasi goreng nya, Sekar tersenyum dan menggeleng. "Nggak perlu. Nanti Nando yang jemput aku, sekalian mau ada yang di bahas."

Lagi-lagi Reno geram karena penolakan Sekar akan niat baiknya. Jujur saja, ia sama sekali tidak rela kalau nanti Sekar akan memiliki banyak waktu berdua dengan Nando. Sebenarnya mereka terlibat hubungan apa sih? Kenapa selalu saja kemana-mana berdua, layaknya perangko dan surat.

"Sama Mas aja. Nando bukan siapa-siapamu. Nggak pantas pagi-pagi begini kamu merepotkan orang lain."

"Nggak merepotkan kok. Malah Nando yang nawarin aku buat barengan. Lagian kita juga ada urusan lain, nggak murni cuma buat jemput aku aja." Tolak Sekar, lagi.

"Tapi..."

"Udahlah Ren. Kamu nggak usah paksa adikmu kalo dia nggak mau. Toh Sekar sudah besar. Bisa bedain lah mana yang baik mana yang nggak. Jangan dibuat heboh gini." Serobot Ayah karena jengah melihat kelakuan Reno yang setelah bercerai justru berubah jadi sangat posesif pada semua kegiatan Sekar.

"Iya nak, bener kata Ayahmu. Sekar kan sudah besar, dan dia pastinya mau bahas hal lain yang Nando. Siapa tau itu tentang privasi mereka. Biarin aja, Ren. Lagipula Nando itu anak baik kok. Bunda percaya sama dia."

Telak. Reno kalah telak karena tiga suara berbanding satu suara miliknya sendiri. Sepanjang sisa sarapan mereka, Reno tak henti-henti nya mengumpat pada Nando yang sudah datang lima belas menit kemudian.

Sekar tersenyum, menyambut kedatangan Nando dengan wajah ayu dan senyum secerah matahari. Reno merana. Ia jadi mengingat kembali momen pernikahan mereka dulu. Sekar ketika menjadi istrinya dulu, tak pernah luput menyambutnya dengan senyum meski wanita itu tahu dari mana Reno semalaman dan aroma siapa yang melekat di tubuhnya. Dan kini, semua itu memuai, tak bersisa. Senyum manis Sekar berganti pemilik ke sosok Nando, si laki-laki yang menjadi karyawan di kantornya.

"Bun, Yah, Sekar pamit dulu ya. Maaf kalo Sekar cepet-cepet pulang, soalnya Sekar nggak bawa baju ganti."

Bunda dan Ayah bergantian mengulurkan tangan untuk di salim oleh Nando dan juga Sekar.

"Saya izin mengantarkan Sekar ya Pak, Bu."

"Iya nak Nando. Hati-hati ya nanti bawa mobilnya. Santai aja, jangan ngebut." Petuah Bunda menukas izin yang Nando lontarkan baru saja.

Now and ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang