10 | Jam Olahraga

628 43 10
                                    

Happy Reading!

*
*
*

"Kalau sakit, jangan lo paksain. Diri lo sendiri butuh istirahat."

***

Riki menghembuskan napas lega ketika bel berbunyi, pertanda memberitahu bahwa sekarang adalah jam pelajaran selanjutnya. Itu berarti, ia akan segera bertemu dengan mata pelajaran favoritnya dan meninggalkan pelajaran yang sangat menguras pikirannya ini.

Benar-benar sial sekali dirinya ini. Sudah ulangan harian dadakan matematika, tidak paham materi, pulpen hilang, buku paket tidak dibawa, dan terakhir yang paling tragis, tidak bisa mensontek Ryan.

Tak ingin terlarut dalam kesialannya itu, Riki memilih untuk tersenyum bangga sambil menatap kertas ujian di atas mejanya. Mau bagaimanapun juga ini adalah hasil kerja kerasnya sendiri. Akan ia kerjakan semua meskipun sambil merutuki diri sendiri yang rasanya mempunyai kapasitas otak mini.

Jam pelajaran olahraga kali ini digabungkan antara kelas XI IPS 1 dan XI IPS 2. Karena Guru pelajaran XI IPS 2 berhalangan hadir pada jam ajarnya, maka jam pelajaran di kelas tersebut di barter dengan pelajaran olahraga yang seharusnya dilaksanakan setelah selesai jam istirahat pertama.

Pak Mansur Faturrohman Marzuki, yang biasa dipanggil Pak Zuki, Pak Fatur, atau Pak Mansur, ini adalah salah satu guru olahraga SMA Wismaraja yang berusia 50-an, sekaligus guru dengan nama panggilan terbanyak. Beliau masih terlihat segar lantaran aktif berolahraga, terutama dengan bersepeda.

Lima cowok yang merupakan anggota inti GAGGLE itu asik mengobrol didepan koridor setelah keluar dari ruang ganti. Tak lama, mereka segera pergi dari sana menuju lapangan sesuai perintah Pak Fatur.

Terik matahari yang rasanya menyengat kulit itu membuat para siswi enggan mengikuti jam olahraga. Mereka melipir ke pinggir lapangan sambil menunggu murid-murid lain yang belum hadir.

Kevin dan Radit yang baru datang memasuki lapangan itu, segera bergabung dengan teman-temannya yang sedang duduk santai dipinggir lapangan.

Dengan jahil, Riki merentangkan kakinya ke depan saat Radit hendak melewatinya. Alhasil temannya itu hampir tersungkur kebawah. Iya, hampir. Karena Radit bukannya jatuh mencium lapang, ia malah menabrak punggung Kevin dari belakang.

"Anjir si Riski! Wajah ganteng gue bisa-bisa lecet kalau gak ada Ipin gue," umpat Radit tak tertahan pada Riki. Yang ia maksud Ipin adalah Kevin.

"Eh tadi gue liat nenek sihir lagi tebrang di langit, tapi kok ngilang, ya?" tanya Riki sambil berpura-pura mengamati langit dengan serius.

Radit mendengus lalu menoyor kepala cowok itu dengan penuh kasih sayang. "Setan! Nenek sihir siang bolong begini ngapain muter-muter di langit?"

Riki meringis sambil mengusap kepalanya, lalu menolehkan kepala kearah Radit dengan ekspresi kaget yang ia buat setulus mungkin. "Astagfirullah, Nek?! Nenek kok jadi kayak gini bentukannya?!"

"Nenek mau nyari tumbal, Cu. Makanya Nenek berubah dulu, Cu," balas Radit sambil membungkukkan tubuhnya dengan suara yang ia buat mirip seperti nenek-nenek.

"Iya, Nek. Tapi apa Nenek harus banget jadi modelan orang utan begini--"

"Istigfar kamu, Cu. Nenek kutuk jadi buaya ngepet mampus kamu, Cuuu.. Cu,"

Mereka semua hanya menggeleng heran melihat Tom and Jerry yang tak pernah bisa akur itu.

"Oh, iya. Wismaraja's Cup kapan, nih?" tanya Gio yang duduk di lapangan bersama Arkan.

FAREWELL: Our Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang