48|Peresmian Wismaraja's Cup

264 23 9
                                    

"Lo yang akan lindungi gue."

"Makasih, ya Bian."

-Alisa Azalea-

*
*
*

"Cerita sama gue. Tadi lo kenapa?" tanya Arkan dengan mata yang terfokus pada Alisa.

Pertanyaan itu, adalah sebuah perintah yang tak mampu untuk Alisa tolak. Alhasil, gadis itu hanya menghela napas sambil membenahkan posisi duduknya.

"Tadi gue habis dari Gramed. Pas dikasir.. gue ngerasa kaya.. lagi diliatin. Ada orang yang ngintai gue." Alisa mulai bercerita.

Sedangkan Arkan masih setia menyimak. Membiarkan Alisa bercerita sampai selesai. Sambil sesekali meneguk minuman dengan rasa jeruk dihadapannya.

"Ya.. gue coba buat gak peduli. Tapi pas sampe di luar, juga sama. Gue masih ngerasa diperhatiin. Karena nggak ada angkot, gue pesen taxi online. Pas mobil jalan, gue denger suara motor yang ikut jalan juga." Ia menghela napas pendek.

"Setelah itu.. gue turun di mobil di jalan depan. Pas jalan, langkah kaki dibelakang gue makin jelas ke denger. Karena gue takut, gue lari. Dan sembunyi di gang. Pas gue denger langkah kaki lo, bayangan orang yang ikuti gue ilang. Makanya gue kira lo itu orang yang ikuti gue," jelasnya panjang lebar.

Arkan menghembuskan napas. Ekspresi wajah Arkan jelas menampilkan kekhawatiran. "Za. Kalau prasangka lo bener, itu bahaya. Kalau orang itu punya niat jahat sama lo?" Arkan mulai mengoceh.

"Ck, manusia sialan," umpatnya menggigit tipis bibir bawahnya.

Alisa terkekeh geli melihat raut muka itu. "Tenang aja, Bian." Alisa mengulas senyumnya.

"Gimana bisa tenang kalau lo lagi di intai orang kayak gini?" Arkan menatap serius pada Alisa.

Alisa menghela napas singkat. "Tapi belum tentu kan, ada yang intai gue?" ia mengangkat kedua alisnya.

"Kalau beneran? Dan orang itu rencanain hal jahat buat lo?"

"Lo yang akan lindungi gue." jawabnya dengan senyuman kecil.

Jawaban yang lolos dari mulut kecil Alisa membuat Arkan tertegun. Tak menyangka jika Alisa akan menuturkan perkataan seperti itu. Lima kata yang secara tidak langsung memperlihatkan bahwa Alisa sangat mempercayainya.

Alisa menatap tepat mata Arkan, yang juga masih menatapnya. "Makasih, ya, Bian." ucapnya dengan senyuman kecil yang tulus terpatri diwajahnya.

Arkan masih tak berkata-kata. Kilas balik dulu bersama Alisa berputar kembali di otaknya. Menciptakan rasa rindu, dan bangga secara bersamaan.

Di pagi itu mereka berdua sengaja bermain di taman kompleks. Gadis dengan kepang dua itu menunggu dengan wajah lesu. Sedikit mengerucutkan bibirnya. Ia terduduk di atas ayunan dari kayu di bawah pohon rindang.

Alisa kecil mengomel lucu karena orang yang ia tunggu belum datang juga. "Iiihh! Bian kemana, sih?! Kesel aku tunggunya!" ocehnya dengan menolehkan kepalanya ke kiri dan kanan.

Alisa hanya menatap rok berwarna ungu lilac yang ia kenakan. Menanti dengan sabar seseorang yang memang ia nanti.

Matanya tiba-tiba ditutup seseorang. Ia tahu jelas, siapa pemilik tangan ini. Arkana Abian pasti!

"Ih!" Alisa menepis pelan tangan Arkan membuat Arkan terkekeh.

"Ih Bian nyebelin! Lama banget aku nunggu! Bosen tau!" omelnya dengan tangan bersedekap didada.

FAREWELL: Our Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang