19|Empat permintaan!

495 34 53
                                    

"Empat permintaan. Ada penolakan? Gue cium."

-Aldevaro Dirgantara-

*
*
*

Clara memutuskan untuk kembali ke kelasnya. Ia tak ingin Aldevaro melihatnya untuk saat ini.

Gadis yang masih mengenakan jersey dengan nomor 10 itu kembali ke rooftop sambil membawa kotak P3K berukuran kecil. Buru-buru ia memposisikan dirinya untuk duduk disebelah Aldevaro.

Iya, ada beberapa kursi yang terlihat agak usang disini. Rooftop adalah tempat favorit ketujuh anggota inti GAGGLE berkumpul saat disekolah. Selain karena udaranya, pemandangan disini juga sangat menyejukkan mata.

"Lo niat banget ke ruang UKS terus ambilin ini?" tanya Aldevaro sambil mengangkat satu alisnya.

Alisa membuka kotak itu, lalu mulai membuka botol alkohol kecil dan mengambil satu kapas di sana. "Gue mau aja. Lagian kalau dibiarin bisa aja lukanya lama sembuh." jawab Alisa sambil meneteskan cairan di botol itu ke kapas.

"Luka, dibiarin, lama sembuh." gumam Aldevaro, membuat Alisa mendengus kecil sambil tersenyum tipis.

"Makanya, obatin. Udah dibiarin, sembuhnya lama, pasti berbekas, kan? Mungkin aja kalau di obatin lukanya bakalan lebih cepet sembuh tanpa bekas." sahut Alisa sambil memfokuskan pandangannya ke sudut bibir Aldevaro yang terluka.

"Lo percaya kalau luka bisa sembuh tanpa bekas?" tanya Aldevaro sambil menatap wajah Alisa. Entahlah, hatinya sedikit tersentuh karena perlakuan gadis itu padanya.

Alisa terdiam sejenak, kemudian kembali menempelkan kapas dengan cairan itu pada luka Aldevaro. "Enggak. Gue yakin... lukanya berbekas." jawabnya pelan.

Aldevaro terdiam mendengar itu. Ia sama sekali tak merespon apapun ketika Alisa kembali fokus mengobati lukanya. Rasa perih yang ia rasakan seolah tak bisa mengusiknya untuk memperhatikan Alisa dari jarak sedekat ini.

"Hidup lo selama ini gimana?" batin Aldevaro saat Alisa membereskan kembali kotak P3K.

Ada perasaan aneh yang tak dapat Aldevaro definisikan. Entah kenapa, ia malah penasaran akan kehidupan gadis itu sampai ingin mengenalnya lebih jauh lagi. Alasannya? Ia sendiri belum tahu.

"Lo datar banget. Gak sakit?" tanya Alisa sedikit penasaran.

"Gak. Lagian rasa sakit itu nganterin gue buat sembuh, kan?" jawabnya sambil menyugar rambutnya ke belakang.

Alisa mendengus kecil sambil menyelipkan rambutnya yang tak terikat ke belakang daun telinga. "Aneh lo. Kata orang-orang lo cuek banget. Tapi perasaan enggak, deh. Lo nyebelin banget, malah."

Aldevaro menarik satu ujung bibirnya. "Terserah gue, dong," jawabnya membuat Alisa berdeham pelan menjawabnya.

Alisa tak menggubrisnya lagi, ia kemudian bangkit untuk mengembalikan kotak P3K itu ke ruang UKS. Namun, baru saja Alisa hendak melangkah, tangannya malah ditarik Aldevaro dari belakang.

Hal itu membuat Alisa limbung ke belakang, membuatnya memeluk tubuh tegap Aldevaro yang masih duduk di kursi dengan wajah datar. Ah, hari ini ia memang sedang sial sekali.

Tiga detik berlalu tanpa ada satupun yang berbicara.

"IH!" Alisa buru-buru bangkit untuk menegakkan tubuhnya, sekaligus menjauh dari Aldevaro. "Lo ngapain, sih? Modus ya?!"

FAREWELL: Our Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang