44|Ranking

278 26 3
                                    

"Main cantik lebih elegant. Ketimbang harus main kotor, dan menodai tangan sendiri, karena melukai orang lain."

-ilona-

*
*
*

"Ma, Aldevaro tuh gak suka sama aku! Dia aja disekolah, aku deketin pergi! He doesn't like me, Mom!" ujarnya dengan nada yang sedikit naik.

Elina menghela napasnya. "Mama ngerti Clara. Jangan bahas itu dulu, Mama lagi pusing." jawab Elina sambil memijat pelan pelipisnya. Ia mendudukkan dirinya di sofa ruang tengah berwarna kecoklatan itu.

Clara ikut duduk di sofa, disamping Elina. "Mama pusing? Kenapa? Kenapa Mama gak mau dengerin Clara buat bahas itu? Mama pusing kenapa, si?" Clara mendengus sambil menatap kesal sang Ibu dari samping.

"Diam dulu Clara. Bukannya Mama gak mau bahas soal ini, Mama lagi pusing aja." Elina menghela napas berat.

Ya, wanita itu memang sedang pusing. Pekerjaannya sedang banyak, dan pikirannya masih tertuju pada gadis berparas cantik yang ia dan Rio tak sengaja temui dimakam tadi sore.

Clara berdecak sebal. Ia bangkit, melangkahkan kakinya menaik satu persatu anak tangga, meninggalkan Elina, sang Ibu tanpa sepatah katapun.

Elina hanya menghela napasnya pelan. Pikirannya tetap pada Alisa. Nama 'Alisa' terus terngiang di kepalanya. Entah kenapa.

Elina jadi memikirkan kembali peristiwa menyakitkan tersebut, yang harus hadir dan terjadi pada takdirnya. Elina harus menerima semua ini. Setahu wanita itu, Anggara mempunyai dua orang anak. Ia semakin penasaran, siapa sebenarnya gadis bernama Alisa itu?

***

"Pelan-pelan," Aldevaro membuka pintu mobilnya untuk Alisa. Membantu Alisa bangkit dari kursi secara perlahan. Laki-laki itu membantu dengan sangat telaten dan tulus.

Alisa dibuat tersentuh kali ini oleh sikap cowok itu. Aneh memang Aldevaro. Kadang marah-marah, baik, manis, perhatian, dan seringnya menyebalkan!

Aldevaro memapah Alisa sampai kedepan pintu rumah Alisa. Gadis itu menghembuskan napas lega. Kemudian mengambil kunci rumah di tasnya. Pintu terbuka, Alisa mempersilakan Aldevaro untuk masuk.

"Langsung istirahat." perintah Aldevaro seraya menyentuh pundak mungil Alisa. Membuat gadis itu sedikit terperanjat kaget.

Alisa mengangguk pelan. Ia membuka pintu kamarnya. Namun dirinya kembali dibuat terkejut. "Ih! Ngapain lo ikut masuk?" Alisa berusaha mengeluarkan suaranya. Pasalnya, aneh. Aldevaro kenapa ikut masuk kamar?

"Mastiin aja. Gue balik ya. Lo ganti baju, langsung istirahat. Jangan banyak gerak." pesannya pada Alisa. Terdengar posesif sekali bukan? Bagaimana bisa seorang Aldevaro melakukan hal seperti ini?

Alisa membalik badannya, menyimpan tasnya di lantai.

"Tangan lo?" Aldevaro baru melihat luka di siku Alisa. Membuat keningnya sedikit berkerut.

Alisa reflek membalikkan kembali badannya, menghadap Aldevaro. "G-gak papa, gak papa! Gue baik-baik aja kok. Tadi.. gak sengaja ke gores doang." Alisa mencari-cari jawabannya. Memang. Ada-ada saja alibinya.

"Serius? Dasar ceroboh," komentarnya masih menatap mata Alisa dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Iya, iya, tau." Alisa sedikit merendahkan kembali suaranya.

FAREWELL: Our Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang