27|Rio&Elina

337 26 10
                                    

Elina tengah duduk di kursi di sudut kamar. Ia tengah menunggu sang suami, untuk pulang ke rumah. Sambil menunggu, ia memandangi pigura di mana di foto itu, terdapat dirinya yang tengah menggendong seorang bayi perempuan yang terbalut selimut berwarna pink.

"Anak Mama cantik banget. Pasti sekarang, kamu lebih cantik ya? Mama kangen nak.." Elina berujar lirih.

Tangan nya mengusap pelan pigura itu. Air mata nya bercucuran. Memori-memori indah, saat dirinya melahirkan anak secantik bayi itu terputar jelas nan indah dalam pikiran nya.

...

-Jakarta Utara 11 November 2004

"Iiii cantik banget anak nya Mamaa" ucap Elina seraya memandang bahagia bayi mungil berjenis kelamin perempuan di tangan nya. Air mata haru berjatuhan dari pelupuk mata nya.

Elina mencium kening bayi itu. Kemudian ia menatap lekat lagi.

"Ya ampuuun anak Mama cantik banget!" puji nya lagi.

"Kamu harus bisa besar tanpa seorang Ayah ya nak. Ayah kamu pasti gak akan terima kamu sebagai anak nya. Tapi Mama disini. Buat kamu." batin Elina sambil menatap intens bayi itu.

Air mata kembali menetes. "Aku Ibu yang jahat. Aku belum bisa menepati janji aku sama anak kandung aku sendiri? Ibu macam apa aku." ucap Elina lirih dengan tatapan datar.

"Apa dengan aku, merawat dan membesarkan Clara bisa menebus dosa-dosa ku sama anak aku? Apa bisa?" tanya nya.

Pintu kamar nya terbuka, menampilkan sosok suami nya. Rio Panantha. Elina mengalihkan atensi nya menatap suami nya.

"Kamu kenapa?" tanya Rio datar sambil menatap istri nya.

"Nggak Mas. Aku nggak papa. Cuma.. ke inget sama.." Elina menggantungkan kata-katanya, menatap kembali pigura ditangan nya.

"Oh, anak haram itu? Nggak usah di pikirin lah. Aku bawa informasi baru." jawab Rio sambil membuka jas nya.

"Gak usah bilang kayak gitu. Anak itu gak salah. Informasi apa lagi si?" tanya Elina sambil menatap heran suami nya.

"Anak itu udah lama meninggal." ujar Rio.

Elina mengangkat wajah nya. Menatap Rio dengan tak percaya. "Apa?" tanya Elina. Perempuan itu terkekeh pelan dan singkat. "Tau dari mana kamu? Nggak. Bayi itu kuat. Dia gak mungkin meninggal. Kamu bohong. Aku nggak akan menyerah bua--"

"UDAH!" potong Rio dengan bentakan nya. "Kita liat makam nya besok. Biar kamu percaya kalau anak itu udah meninggal." sambung nya.

Elina diam terpaku. Ia tak bisa langsung percaya dan menerima begitu saja perkataan suami nya. Ia tak mau kehilangan anak kandung nya. Anak itu, adalah separuh hidup Elina.

Sedangkan Rio berlalu pergi ke kamar mandi.

...

"Biar saya yang bawa! Dia anak saya, dan saya berhak!" ucap pria ber-jas biru tua sambil menatap dengan tatapan tak terbaca pada Elina.

"Nggak! Kamu gak berhak Mas! Dia anak aku! Aku Ibu nya! Aku yang ngelahirin dia!! Sini! Dia bayi aku!!" balas Elina seraya berusaha mengambil seorang bayi mungil yang terbalut selimut biru di tangan pria di hadapan nya.

FAREWELL: Our Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang