18|Rooftop sekolah

424 29 41
                                    

Happy Reading!

*
*
*

Alisa sibuk mengikuti langkah Aldevaro yang terlalu cepat untuknya. Ya, perbedaan yang jauh memang antara kakinya dengan kaki laki-laki itu. "Lo udah narik-narik gue, jalan juga kaya dikejar hantu!" decak Alisa sambil berusaha melepaskan cekalan tangan Aldevaro di pergelangan tangannya.

"Dora. Lo berisik banget, ya? Diem." balas Aldevaro dengan tatapan yang terlihat tajam.

"Lagian lo mau kemana, sih? Kenapa harus jauh banget sampe kesini segala?!" tanya Alisa kesal.

Aldevaro menghela napas singkat, memperluas rasa sabarnya. "Dora." panggil Aldevaro seraya menyudutkan cewek itu sampai punggungnya menabrak dinding.

"Lo-- lo nyebelin banget, Boots!" oceh Alisa berusaha menghilangkan rasa gugupnya.

"Gue peringatin, jangan banyak nanya." ujar Aldevaro serius.

"Oke. Jawab untuk pertanyaan terakhir. Mau kemana?"

"Rooftop." jawab Aldevaro datar. "Udah? Beres? Nanya lagi gue lempar lo dari sini." ancamnya.

"Gue udah sabar ngomong sama lo, tap--"

Aldevaro menempelkan jari telunjuknya ke bibir gadis itu dengan wajah tanpa ekspresi, sebagai isyarat bahwa jangan berbicara lagi sesuai keinginannya. "Kenapa? Lo mikir apa kalau gue bawa lo ke rooftop, hm?"

Alisa buru-buru mengalihkan pandangannya dari mata cowok itu sambil berdeham pelan. "Terserah. Capek gue ngomong sama manusia kutub kayak lo,"

Tak terasa mereka tiba didepan pintu yang menghubungkan dengan rooftop sekolah.

Melihat pemandangan dihadapannya, Alisa segera berjalan cepat meninggalkan Aldevaro untuk melihat jalanan yang tidak terlalu ramai dari atas sini. Baru pertama kali ia menginjakkan kaki ke tempat ini.

Angin berembus, menerpa tubuh dua manusia berlawanan jenis itu.

Diam-diam, Aldevaro memperhatikan Alisa yang tengah sibuk menikmati pemandangan kota serta angin yang berembus.

"Gue bawa lo kesini bukan buat liat-liat jalan. Lo udah nimpuk kepala gue pake lemparan lo yang konyol itu. Lo harus minta maaf." jelas Aldevaro sambil bersandar pada dinding.

"Udah minta maaf, dikatain lemparan konyol, gak jelas lagi. Ini monyet satu maunya, apa?" gumam Alisa kesal.

"Lo ngomong apa?" tanya Aldevaro.

Alisa menolehkan kepalanya pada laki-laki itu dengan senyuman paksa yang ia buat setulus mungkin. "Enggak. Gue gak ngomong apa-apa, Al. Oke, gue minta maaf banget ya, Tuan Muda Dirgantara?"

"Siapa yang suruh lo panggil gue gitu?"

"Siap, saya salah. Maafin gue, Al. Gue bener-bener gak sengaja. Sumpah! Gue fikir, yaa, bolanya bakalan masuk ring. Tapi ternyata malah kena sama lo." balas Alisa tulus.

"Permintaan maaf lo itu gue Terima dengan satu syarat." jawab Aldevaro sambil berjalan mendekati cewek itu yang menatapnya sebal.

" Sabar gue luas banget, ya?" gumam Alisa yang tentu terdengar oleh cowok itu.

Aldevaro menghela napas panjang, lalu ikut memperhatikan jalan raya yang tidak terlalu ramai akan kendaraan itu. Angin yang berembus membuat rambutnya berantakan, namun malah membuatnya semakin terlihat tampan.

Alisa melirik cowok disebelahnya itu, kemudian menyadari bahwa ada luka disudut kanan bibir Aldevaro.

"Lo ngapain liatin gue segitunya? Kagum?" tanya Aldevaro tanpa menatap Alisa. Namun, bukannya mendapat jawaban, ia malah merasakan sakit disudut bibirnya karena disentuh gadis itu.

FAREWELL: Our Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang