52 | Pernyataan

379 22 47
                                    

happy reading!

*
*
*

"Gue sayang banget sama lo, Sa."

-Aldevaro Dirgantara-

***

19.32

Deru ombak menyapa keduanya. Semilir angin malam membelai lembut rambut Alisa dan Aldevaro seolah menyambut kedatangan mereka berdua. Keduanya tampak sangat sempurna malam ini, dibawah sinar rembulan, berjalan mendekati bibir pantai.

Alisa menutup kedua matanya sambil menghela napas panjang. Membiarkan angin menerpa tubuhnya. Senyuman tipis terukir di bibirnya. Ada perasaan lega sekaligus bahagia ketika ia bisa melihat pantai dengan kecantikan yang seolah-olah abadi baginya.

Iya, pantai. Tempat yang sempurna dengan segala bentuk keindahannya yang Tuhan ciptakan. Dan tempat yang paling sempurna untuk menyaksikan sangat fajar yang hendak menenggelamkan diri.

Aldevaro menolehkan kepalanya untuk melihat wajah gadis itu dari samping. Jika Aldevaro pikir kembali, ia memang bersikap jahat pada Alisa. Ya, kasarnya ia hanya memanfaatkan dan mempermainkan gadis itu.

Tapi, kenapa harus gadis ini yang masuk ke dalam kehidupan di masa putih abu-abunya?

Lupakan. Ini semua karena takdir yang mempertemukan, bukan? Mungkin semesta dan takdir mempunyai tujuan dan harapan pada mereka berdua. Bisa saja, tujuan dan harapan itu adalah menjadikan mereka pasangan?

Tangan Aldevaro terangkat untuk menyelipkan rambut gadis itu ke belakang daun telinga. "Sa." panggilnya pelan.

Alisa menolehkan kepalanya untuk menatap laki-laki itu. Dan, akhirnya ada jeda diantara mereka. Sampai beberapa detik kemudian, Aldevaro membuka mulutnya.

"Gue minta maaf." ucapnya benar-benar tulus.

Aldevaro sendiri bahwa kalimat itu adalah kalimat yang sederhana. Tapi menurutnya, tiga kata itu cukup memiliki banyak makna. Ia pikir, tiga kata ini hanya sebagai pembuka. Selebihnya, ia akan membuktikan dengan tindakan.

Alisa reflek mengerutkan alisnya. "Kok minta maaf? Buat apa?" tanyanya sedikit kebingungan karena Aldevaro tidak biasanya bersikap seperti sekarang ini.

Aldevaro menghembuskan napasnya sebelum menjawab pertanyaan itu. "Buat semuanya. Buat semua perlakuan gue sama lo selama ini."

Alisa terdiam. Bermaksud membiarkan Aldevaro melanjutkan kalimatnya tanpa ia jeda.

Aldevaro menghadapkan tubuhnya pada gadis itu. Menatapnya lekat, seolah memperlihatkan rasa bersalahnya. "Gue udah manfaatin lo. Gue udah mainin perasaan lo. Gue... cowo breng--"

"Baik. Lo... cowok baik, Al. Lo yang mikir sendiri kayak gitu, ya? Kenapa lo anggap udah manfaatin gue? Kenapa lo anggap udah mainin perasaan gue? Kena--" Alisa menghentikan ocehannya lantaran Aldevaro malah tertawa kecil saat ini.

"Kok lo ketawa?!" tanya Alisa sambil sedikit membulatkan matanya.

Aldevaro beralih kembali menatap gadis itu sambil menghentikan tawanya. "Lo kalau ngoceh gitu lucu," jawabnya seraya mencubit pelan pipi kiri Alisa.

FAREWELL: Our Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang