43|Khawatir

293 31 5
                                    

"Gue khawatir."

-Aldevaro Dirgantara-

*
*
*

"Alisa!" panggilan dari belakangnya, membuat Alisa dan ketiga teman-temannya menolehkan kepala mereka masing-masing kebelakang.

"Clara? Keyla, Amora, Ilona? Ngapain anjir? Ck." Putri menyugar rambut panjangnya yang lurus berwarna hitam itu.

Clara dan ketiga temannya pun menghampiri Alisa, Putri, Angel, dan Fanya.

"Bisa ikut gue sebentar? Gue mau ngomong," Clara mereka menatap tepat di mata Alisa.

Alisa mengerjap. "Hm? B-boleh," jawabnya keheranan. Pasalnya untuk apa Clara membawanya bicara? Ini serius?

"Alisa." Putri menahan tangan kanan Alisa. Sambil memberikan tatapan yang tak terbaca.

"Gak papa, Put. Duluan aja, gue baik-baik aja." Alisa berusaha menjelaskan, agar ia dilepaskan dan dibiarkan berbicara dengan para gadis dihadapannya.

Putri akhirnya mengangguk. "Ada apa-apa, telpon gue." peringatnya pada Alisa.

Alisa tersenyum kecil. "Siap, Bu."

"Ya udah. Lo beneran hati-hati ya, kita duluan. Putri sama Fanya udah ada yang jemput." timpal Angel sambil menepuk pundak Alisa.

Alisa tersenyum simpul. "Oke. Hati-hati semua. Oh ya, Fan. Nanti gue ke rumah lo ya,"

"Iya. Santai aja, makasih," jawabnya memberi senyuman kecil.

"Bye, Sa." Angel memanggil sebutan itu. Sesuai perintah Aldevaro, agar terbiasa juga.

Ketiganya langsung pergi melangkahkan kaki mereka meninggalkan Alisa.

"Mau ngomong apa?" Alisa sedikit menaikkan satu alisnya.

Clara mencekal kuat pergelangan tangannya kemudian menyeret Alisa dari tempat itu. Mereka masuk ke dalam kamar mandi perempuan. Tak ada siapapun ditempat ini. Wajar saja, para murid sudah pulang, hari pun menjelang semakin sore.

"Gue bilang. Jauhin Aldevaro." Clara menatap intens Alisa. Nada bicaranya pun terdengar sangat serius. Intonasinya tak main-main. Terdengar seperti perintah dan gertakan.

"Aldevaro itu tunangan gue. Kenapa malah jadi lo yang pacarnya? Lo tau? Seharusnya gue yang jadi pacarnya. Seharusnya gue yang ada di sisi dia. Seharusnya gue yang bawain dia makan siang. Seharusnya gue yang kasih perhatian. BUKAN LO!" hardiknya pada Alisa dengan langkah yang terus maju membuat Alisa harus berjalan mundur.

Alisa tak tahu harus menjawab apa. "Clara. Clara gue.."

"Apa? APA? LO UDAH REBUT ALDEVARO DARI GUE! ALDEVARO BUAT GUE!" pekiknya sambil mendorong tubuh Alisa.

Tubuh mungil itu menghantam tembok di belakangnya. Punggungnya membentur tembok dengan keras. Sikunya sedikit mengeluarkan darah. Jari tangan kanannya menggores lantai yang kasar membuat jari kelingkingnya mengeluarkan darah. Gadis itu meringis, sambil menyingkirkan poni yang tidak ia ikat kebelakang telinga.

Clara mendengus puas. "Lo jadi cewek jangan ganjen. Gue bisa berlaku kasar lebih dari ini. Lo jauhin Aldevaro, dan semua bakalan kembali normal. Aldevaro buat gue." peringatan Clara.

"Clara. Kenapa lo lakuin ini segininya? Gue kan bersaing secara sehat sama lo. Sebelum lo dijodohin sama Aldevaro, gue udah deket kok." jawab Alisa yang kembali membuka suara.

Gadis dengan ikat satu itu masih terduduk dilantai. Ia belum bangkit dari jatuhnya tadi penyebab dari dorongan kasar Clara.

Keyla tertawa puas. "Denger tuh. Lo tuh gatel! Pake deketin Aldevaro segala. Murid baru jangan ganjen!" timpalnya tersenyum sinis.

FAREWELL: Our Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang