46|Teddy Bear & brownies

264 23 5
                                    

"Jadi orang ganteng nya, si Pak Kutubut?"

-Alisa Azalea Dewantara-

*
*
*

Aldevaro terdiam. Ia sengaja pergi ke belakang rumah Farhan. Memisahkan diri dari kumpulan teman-temannya. Entah apa yang sedang cowok itu pikirkan.

Ia menengadahkan kepalanya. Menatap luasnya langit yang terbentang dengan warna oranye itu. Ia menarik napas dalam. Menghembuskan nya secara perlahan.

"Apa dia udah masuk terlalu jauh ke kehidupan gue?"

Pertanyaan yang terus Aldevaro pikirkan. Ia menyadari semuanya. Kata "dia" pada monolognya, bermaksud Alisa. Aldevaro sadar. Ia dan Alisa memang dekat.

Ia saja, menyadari. Bahwa dirinya terkadang bisa berubah-ubah sikap pada Alisa. Seperti sikap dinginnya, kaku, cuek, galak, tapi ada sisi sikap perhatian nya. Mulai dari bagaimana Aldevaro menjaga Alisa, dan memastikan bahwa gadis itu baik-baik saja.

"Kenapa lo? Galau?" Pertanyaan itu muncul dari mulut laki-laki yang baru saja menepuk pundaknya.

Aldevaro menoleh padanya. Namun kembali menatap langit. Ia menyandarkan punggungnya ke kursi taman itu. Helaan napas terdengar dari mulutnya.

Cowok yang menepuk pundaknya adalah, Arkana Abian. Sahabatnya sejak kelas sepuluh. Cowok satu ini, adalah orang yang pasti tahu keadaannya walau Aldevaro tak bercerita sedikitpun.

Meski Arkan tak tahu apa yang sedang di alami sahabatnya, tapi ia selalu berusaha untuk mengerti kondisi dan perasaan Aldevaro. Arkan selalu berusaha agar selalu ada untuk Aldevaro.

Jelas Arkan tahu betul sikap laki-laki itu, yang sekarang Notabennya sebagai ketua GAGGLE.

"Ada masalah keluarga? Tapi biasanya.. lo gak pasang muka se-kusut gini, nih, kalau urusan keluarga. Gue tau, soal itu, lo pasti bisa nge-handle." Arkan melirik Aldevaro sekilas. Menatap wajah itu dari samping.

Benar apa kata Arkan. Soal urusan keluarga, se-rumit apapun itu, Aldevaro pasti bisa mengatasinya sendiri. Tapi kali ini masalahnya berbeda. Bukan tentang urusan keluarga, urusan sekolah, atau urusan Geng-nya. Tapi tentang seorang gadis yang bisa mengambil alih perhatian nya.

Arkan berdeham pelan. "Masa lo galau karena cewek? Gak percaya gue," Cowok itu menebak-nebak. Arkan ikut menyandarkan punggungnya ke kursi taman.

Kedua laki-laki yang sama-sama berkaos hitam itu menatap langit dengan sinar oranye yang sebentar lagi akan sirna.

Aldevaro tak kunjung membuka suara. Ia hanya terdiam. Bergeming.

"Urusan keluarga?" tanya Arkan.

"Gak,"

"Kita?"

"Gak,"

"Alisa?" tebaknya berhasil membuat Aldevaro menolehkan kepalanya.

"Cenayang lo." pungkasnya kembali menatap langit.

Arkan berdecak diikuti kekehan singkatnya. "Kan! Gue bener! Udah biasa. Tapi emang, sih, lo lagi mikirin Alisa, ya? Serius, nih? Tumben-tumbenan lo. Jarang nih, gue liat wajah lo lagi mikirin cewek." Arkan cengengesan sendiri.

Memang ini suatu peristiwa yang sangat amat bersejarah! Wajib Arkan abadikan, dalam hatinya. "Wajar sih, lo. Gak pernah gue liat lo deket sama cewek. Eeeh.. sekalinya deket, sama sahabat gue sendiri." Arkan terkekeh geli.

"Napa? Suka lo sama Alisa?" Aldevaro bertanya, menolehkan kepalanya pada Arkan.

"Eiittssss, kalem, bos. Kalem." Arkan menarik diri ke sudut kursi. Mengangkat satu tangannya dengan jari yang terangkat dua. Peace!

FAREWELL: Our Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang