38|Ketidak jelasan GAGGLE

261 28 13
                                    

"DULUAN!" Teriak Kevin saat mereka sudah sampai di pertigaan, kemudian cowok itu belok ke kanan.

Aldevaro dan Radit hanya mengacungkan satu jempol mereka. Tak lama, di perempatan sana, Radit juga mengucapkan hal yang sama. Respon Aldevaro pun masih sama, mengacungkan satu jempol tangan kirinya.

Setelah melaju hampir limabelas menit, Aldevaro menghentikan motornya tepat di depan gerbang yang menjulang tinggi itu. Cowok itu membunyikan klakson motornya. Dan Pak Supardi satpam rumahnya yang kedua itu membukakan gerbang.

Memberi senyuman simpul seraya membungkuk hormat, saat motor Aldevaro berjalan kembali melewati nya. Yang dibalas Aldevaro dengan senyum tipisnya.

Setelah memarkirkan motornya ke garasi, berisikan koleksi mobil-mobil mewah yang harganya sungguh bukan main.

Bayangkan saja, di garasi mobil berukuran enam puluh tumbak itu, berjejer mobil-mobil sultan. Mulai dari, BMW, Mercedes-Benz, Audi, Ferrari, Bugatti La Voiture Noire, Jaguar, Porsche, Land Rover, Aston Martin, Alphard, Lamborghini, sampai Lykan Hypersport.

Jika di gabungkan, rasanya bisa membeli banyak hidup orang! Ah, tidak. Harga yang paling tinggi di garasi mobil milik keluarga Dirgantara itu tak terhitung. Mungkin sudah lebih dari ratusan milyar, apalagi jika menggabungkan harga dari setiap mobil disana.

Koleksi mobil sekitar, kurang lebih seratus dua puluh lima mobil berjejer disini.

Bukan hanya mobil. Motor pun ada lebih dari tiga puluh! Sungguh pusing membayangkan nya saja! Apalagi keluarga cowok itu yang memilikinya.

Motor tua, hingga motor jaman sekarang terparkir disini. Mulai dari antik seperti, Harley-Davidson, Brough Superior, Honda Win.

Hingga motor sampai di jaman ini. Seperti, Kawasaki Ninja 250, Kawasaki Ninja H2SX, Kawasaki Ninja H2, Kawasaki Ninja ZX10R, Kawasaki KX, Kawasaki Versys 650, Kawasaki W800, dan Kawasaki W250.

Ketahuilah. Sungguh ini bukan Endorse! Capek sekali, wahai dewa Kawasaki!

Sudah. Ayo kembali.

Cowok itu keluar dari garasi. Membuka pintu rumahnya yang sama-sama menjulang tinggi. Yang pertama matanya tangkap adalah, Salva. Sosok anak kecil berparas cantik itu berlari kencang ke arahnya dengan wajah yang berseri.

Puk!

Salva mendekap erat tubuh tegap itu. "Kangen!" seru nya mempererat pelukan pada pinggang itu.

Aldevaro terkekeh singkat. Mengelus surai hitam itu. "Abang nya nggak." Aldevaro mengacak puncak kepala gadis kecil itu.

Salva melepas pelukannya, mencubit keras lengan Aldevaro. "Nyebelin banget punya Abang!" ocehnya kesal.

"Bercanda," Aldevaro menggandeng tangan Salva kemudian berjalan bersamaan menaiki anak tangga.

"Al? Udah pulang," Asha tersenyum lembut pada anak sulungnya itu.

Aldevaro melepas genggaman tangannya pada tangan Salva. Kemudian mencium tangan Asha. "Ke kamar ya, Ma." ucapnya kembali menggandeng Salva.

"Dadah Mama!" seru Salva memperlihatkan cengiran khasnya.

Asha hanya terkekeh melihat pemandangan di depan matanya itu. Ia sangat bahagia melihat kedua anaknya telah dewasa, dan semakin akrab. Terutama anak sulungnya itu. Yang sekarang telah bisa menjaga Salva.

Aldevaro membuka pintu kamarnya. Kemudian menaruh tas dan melepas jaketnya.

Salva mendudukan dirinya di dekat jendela kamar sang Kakak. Tempat favorit nya ketika mengunjungi kamar Aldevaro.

FAREWELL: Our Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang