32|Dekapan pertama?

377 26 43
                                    

"Walaupun raga telah terpisahkan oleh kematian, namun cinta sejati tetap akan tersimpan secara abadi di relung hati."

(Bacharuddin Jusuf Habibie)

-alszldntr-

*
*
*

Aldevaro terdiam. Kemudian melirik gadis di sebelahnya. Cowok itu menghela napas panjang bingung akan apa yang ia akan akan lakukan.

Cowok itu mengalihkan atensinya menatap datar ke depan. "Gue gak pernah cerita sama orang." ungkap nya.

Alisa reflect menolehkan kepalanya menatap Aldevaro dari samping. Gadis itu lebih dulu mengusap jejak air mata di pipi nya yang mulai mengering. "Lo gak pernah cerita sama orang satupun?" tanya Alisa sambil mengangkat sebelah alisnya.

Cowok itu kembali menghela napas. "Ya. Gue gak pernah cerita sama orang tentang masalah pribadi gue."

Alisa mengayun-ayunkan kakinya. "Ooh.. kalau lo gak mau cerita gak papa. Gue ngerti kok. Cowok dingin dan kaku kaya lo.. mana mungkin cerita gitu aja langsung ke gue."

Aldevaro menghembuskan napasnya. "Udah. Gak usah bahas itu. Lo sendiri kenapa bisa nangis? Lo masih keinget soal.. mendiang bokap lo?" tebak nya.

Alisa menghela napas dari mulutnya. Gadis itu mendongak kan kepala nya menatap langit dengan warna biru yang sangat cerah pada siang itu. Berharap sang Ayah sedang tersenyum padanya di atas sana. "Iya. Kalau ngebahas soal Papa.. gue gak kuat." jawab nya.

"Tiap ada yang nanya, ataupun ada kaitannya sama almarhum Papa.. kenangan-kenangan gue sama Papa pasti keinget lagi." sambung nya, suara nya agak parau. Alisa menyeka air mata nya. Lagi-lagi air mata itu berhasil lolos dari pelupuk mata nya.

-Jakarta 20 Februari

"Yeeeayy Papa pulaaaangg!" seru gadis kecil dengan rok biru dan kaos pink serta rambut yang digerai sepanjang bahu.

Gadis kecil itu berlari memeluk kaki Anggara. Anggara merunduk menggendong gadis kecil itu kemudian mencium pipi kanan nya. "Anak Papa lagi ngapain?" tanyanya sambil tersenyum kecil.

Ya. Gadis kecil itu Alisa.

Alisa menunjuk boneka Barbie yang terlihat tak layak untuk dimainkan. "Main itu!" sahut nya.

"Kok, main boneka yang udah rusak? Papa kan sering beliin Alisa boneka baru,"

Gadis kecil di gendongan Anggara itu menggeleng pelan. "Kacian Pa. Masa udah jelek halus dibuang kan sama-sama mainan! Masih bisa dimainin kok!" sahutnya sambil cengengesan.

Padahal jelas ada sesuatu yang melatar-belakangi hal tersebut.

Anggara mengusap lembut puncak kepala Alisa. "Ya udah nggak apa-apa. Boneka itu simpan aja ya. Nih, Papa bawain yang baru." ujarnya sambil menurunkan Alisa dari gendongan nya. Kemudian mengacungkan paper bag berwarna pink berisikan boneka Barbie.

"Kenangan gue sama Papa terlalu banyak." ujar nya sambil menyeka air mata nya.

Aldevaro membenahkan posisi duduk nya, kemudian menatap gadis di sebelah nya.

"Gue selalu inget kata Eyang Habibie." Alisa menghela napas. Mengalihkan atensi nya kembali pada langit biru. "Eyang Habibie itu, salah satu sosok yang gue kagumi."

"Kata-kata indah, yang pernah Eyang ucapkan adalah.." Gadis itu menggantungkan kata-kata nya. Tak memalingkan wajah dari bentangan langit biru dengan mega yang menghiasi langit itu.

FAREWELL: Our Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang