Alya sudah sampai di rumahnya, ia sudah masuk kamar dan hendak membersihkan diri. Saat turun dari taksi, ia sama sekali tidak berbicara apapun dengan Yanuar maupun Nathan yang benar-benar mengikutinya sampai rumah.
Alya duduk di tepi ranjang. Sejujurnya dirinya sangat bersyukur karena pagi tadi di rooftop, hubungan persahabatan dirinya dan Yanuar sudah mulai membaik. Namun ia sedikit cemas setiap mengingat obrolan Yanuar dan teman-temannya yang tidak sengaja ia dengar.
Karena sekarang, perasaannya sudah mulai terbagi untuk Nathan. Nathan yang selalu ada untuknya, Nathan yang tidak pernah menyakitinya, Nathan yang selalu baik hati, Nathan yang tidak pernah dingin kepadanya.
Namun, ia juga tidak bisa untuk jauh dari Yanuar. Yanuar yang sahabatnya, Yanuar yang lebih tahu banyak tentang dirinya, Yanuar yang lebih lama dengan dirinya, dan Yanuar yang ia sukai sejak lama.
*****
Perasaan Alya menjadi tidak tenang. Mendengar kabar bahwa Yanuar tidak berangkat karena sakit. Pikirannya tertuju pada kemarin sore, dimana Yanuar yang mengikutinya bersama Nathan menggunakan motornya masing-masing. Namun apakah Yanuar sakit karena hujan-hujanan? Kemarin saja ia menggunakan mantel.
Sekarang jam istirahat kedua dan lima belas menit lagi bel masuk untuk pelajaran terakhir. Alya dan teman-temannya masih di kantin, menunggu Freska dan Laura menghabiskan makanannya. Gadis itu memperhatikan gerombolan yang duduk tidak jauh dari tempat duduknya saat ini. Terlihat disana hanya ada enam orang. Dirinya benar-benar khawatir akan keadaan Yanuar.
Tidak terasa, bel masuk berbunyi nyaring sampai ke kantin. Semua siswa yang sedang makan ataupun baru saja selesai langsung bersiap-siap untuk menemui guru mata pelajaran terakhir mereka. Ada juga yang berdoa agar jam terakhir ini jamkos karena pelajaran terakhir mereka adalah matematika.
Alya dan teman-temannya langsung berdiri. Berjalan satu per satu untuk menuju kelasnya, Alya dan Tesya berjalan paling belakang. Dan tanpa disadari, dibelakang mereka adalah ke-enam laki-laki yang berasal dari kelas sebelas IPS tiga.
Alya sedikit berniat untuk bertanya ke salah satunya. Penyebab Yanuar yang tidak berangkat hari ini. Namun ia sedikit ragu. Alya tidak mau terkesan mengejar Yanuar apalagi setelah peristiwa di jembatan waktu itu. Namun, Yanuar adalah sahabatnya, jadi Alya berhak tau, bukan? Sebenarnya bisa saja jika ia menanyakan secara langsung kepada Yanuar lewat chat, namun sejujurnya ia masih belum berani untuk mengirim pesan terlebih dahulu kepada Yanuar meskipun hubungan mereka sudah mulai membaik.
Akhirnya Alya memutuskan untuk tetap diam. Mengurungkan niatnya untuk bertanya kepada teman-teman Yanuar yang masih setia berjalan di belakangnya. Kini mereka sudah sampai di kelas sebelas IPS satu. Teman-teman Alya memutuskan untuk masuk langsung dan Alya memilih untuk mencuci tangannya di kran yang tersedia di depan kelasnya.
Dirinya menyadari teman-teman Yanuar yang juga ikut berhenti, seperti tidak berniat untuk kembali ke kelasnya dan malah berdiri di depan kelas Alya.
"Alya," panggil Brian.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE [LENGKAP]
Teen Fiction[LENGKAP] ~Disaat yang dianggap lebih dari seorang teman ternyata tidak lebih dari sekedar sahabat dekat~ Mustahil, tidak ada perasaan antara dua sahabat laki-laki dan perempuan. Sayangnya tidak semua perasaan bisa diungkapkan dan singgah pada hati...