Mau Move On?

98 21 4
                                    

Sore ini, tujuh perempuan dari kelas IPS satu sudah datang di rumah Tesya. Kini mereka sudah duduk rapi di sofa rumah gadis itu. Menunggu Dara yang sedang menyiapkan film di laptopnya yang kini terletak di meja depan mereka itu.

Film dimulai. Semuanya langsung fokus pada layar di depannya. Sesekali mereka senyum-senyum sendiri karena baper dengan adegannya. Sesekali mereka tertawa dan sesekali mereka marah juga sedih, mengikuti alur.

Satu jam berlalu, tanpa sadar sudah pukul 19.30. Setelah merasa sudah sangat lelah, mereka memilih untuk istirahat sambil mengobrol.

"Eh Al, lo gimana sama si Yanuar?" tanya Laura.

Alya yang semula sedang tertawa langsung berhenti. "Nggak gimana-gimana."

Kini Dara ikut bertanya,"Udah baikan?"

Alya menyerit heran,"Emang pernah marahan?"

"Ya nggak tau, tapi kan sekarang jarang main sama Yanuar. Sebenarnya gimana sih hubungan lo sama Yanuar? Kemarin-kemarin keliatan deket banget sekarang kayak orang nggak kenal aja," ujar Dara bingung.

"Gue nggak mau bahas itu. Gue akan coba move-on. Gue nggak mau berharap lagi sama dia, gue cukup sadar diri. Dia cuma anggap gue temen. Dan nggak akan pernah lebih."

"Apa lo yakin?"

Alya tanpa ragu menjawabnya. "Yakin."

"Buktiin, besok lo nggak boleh lirik Yanuar sama sekali."

"Oke!"

*****

Pagi ini Yanuar sedang berjalan santai di koridor. Laki-laki itu  kini sendirian setelah berpisah dengan Nathan di parkiran. Dibelakangnya, Alya memperlambat jalannya agar tidak disadari Yanuar. Namun sayangnya, seseorang menabrak tubuhnya hingga ia kehilangan keseimbangan tubuhnya dan berakhir terjatuh.

"Eh kak Alya, maaf aku nggak sengaja, aku buru-buru banget soalnya." Adik kelas itu tampak ketakutan. Berjongkok dan mencoba membantu Alya untuk berdiri. Yanuar yang mendengar nama Alya di sebut langsung menoleh ke belakang.

Menyadari Alya terluka Yanuar langsung menghampirinya dan berniat untuk membantu.

"Al, lo nggak papa?" tanya Yanuar.

"Nggak papa."

Alya melanjutkan langkahnya sambil dibantu adik kelas yang menabraknya.

Yanuar meminta adik kelas itu agar segera pergi. "Biar gue aja."

Adik kelas itu menatap ragu pada Alya dan hanya di angguki oleh Alya. Dengan perasaan bersalah adik kelas itu melangkah pergi.

"Biar gue bantu."

"Nggak usah." Alya menjawabnya tanpa melirik laki-laki itu.

Gadis melanjutkan jalannya dengan sedikit pincang. Meringis kecil walaupun lukanya tidak terlalu parah.

Yanuar masih belum menyerah. Ia masih memaksa untuk mengantarkan Alya ke UKS dan tetap saja Alya masih menolak.

"Nggak usah bilang nggak mau, gue tau lo butuh bantuan."

"Gue bilang gue bisa." Alya tetap berjalan tanpa menoleh pada Yanuar.

Alya melangkahkan kakinya menuju koridor XI IPS membuat Yanuar mencekal lengannya.

"Apaan sih."

"Arah UKS kesana bukan kesini," tunjuk Yanuar.

"Gue tau."

"Kalo tau kenapa lo kesini?"

"Gue mau ke kelas. Minggir!" Alya menepis tangan Yanuar.

"Luka lo bisa infeksi kalo nggak diobatin." Yanuar masih setia mengikuti Alya.

FRIENDZONE [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang