Terlambat?

27 2 0
                                    

Yanuar sedikit ragu untuk menemui Alya. Pasalnya pagi tadi Alya dan Nathan berangkat bersama.

"Apa mereka udah jadian?" batin Yanuar bertanya.

Apa dirinya sudah terlambat?

Yanuar mengambil ponselnya yang sedang ia cas, menelfon Nathan untuk memastikan.

"Apa?" tanya Nathan dari seberang sana.

"Lo jadian sama Alya?"

"Ngapain lo tanya-tanya kayak gitu?" tanya Nathan penuh curiga.

"Tinggal jawab apa susahnya."

"Belum, mungkin sebentar lagi."

Yanuar langsung mematikan sambungan teleponnya, ia merasa masih ada kesempatan. Ia langsung membuka room chatnya dengan Alya, mengirim pesan untuk mengajaknya bertemu.

*****


Disini mereka sekarang, di sebuah taman yang biasa keduanya kunjungi. Mereka duduk bersebelahan. Suasana canggung menyelimuti keduanya. Sejak kejadian di jembatan beberapa minggu lalu, mereka berdua memang benar-benar menjadi asing, bahkan Yanuar dan Alya pun bicara hanya saat Alya minta maaf, saat pulpennya jatuh dan hari ini, yang mengajaknya untuk bertemu, itupun hanya kalimat singkat.

Yanuar bingung untuk memulai obrolan dari mana, begitupun dengan Alya yang juga diam menunggu Yanuar berbicara.

"Al," panggil Yanuar.

"Ya?"

"Gue, minta maaf."

"Untuk?"

"Maaf karena udah bentak lo, karena udah buat lo nangis, maaf untuk ucapan gue waktu itu." Terlihat penyesalan di mata Yanuar.

"Eh?" Alya terkejut. Yanuar minta maaf?

Alya bingung harus menjawab apa. Dirinya masih cukup terkejut dengan pernyataan Yanuar, kenapa tiba-tiba minta maaf? Apa itu berarti Yanuar menyukainya? Ah, sepertinya tidak mungkin, mengingat perkataan laki-laki itu yang menyuruhnya untuk membuang perasaannya.

Alya teringat ucapan Nabila malam itu, setelah dirinya diantarkan pulang oleh Nathan.

Sebuah panggilan masuk dari Nabila membuat Alya menghentikan aktivitasnya yang sedang menata buku untuk besok pagi.

"Alya, gue putus sama Yanuar." Nabila mengucap dengan semangat.

"Loh kak, kenapa?" Alya merasa bersalah walaupun ia tidak melakukan kesalahan apapun. Ia berpikir, apa mungkin mereka putus karena mereka tahu tentang perasaan Alya terhadap Yanuar, dan Nabila tidak menyukai hal itu? Namun rasanya itu tidak mungkin.

"Karena gue punya tunangan."

"Ooh," jawab Alya lesu. Percuma saja Yanuar putus, sahabatnya itu juga tidak mungkin akan kembali kepadanya dengan senyum dan ulah yang selalu membuat Alya bahagia seperti dulu kan?

"Kok lo nggak seneng?"

"Seneng kenapa kak?"

"Kan gue udah putus sama Yanuar. Jadi lo nggak perlu nggak enak lagi sama siapapun kan?"

"T-tapi k-kan?" Nampaknya Nabila tidak tahu akan kejadian di jembatan hari itu, mungkin Yanuar tidak menceritakannya.

"Dia sebenernya suka sama lo. Lo juga kan?" tanya Nabila.

Belum sempat Alya menjawab, ponselnya mati begitu saja. Ia lupa mengecasnya.

Alya memperhatikan Yanuar. Tidak ada kebohongan ataupun pura-pura di mata Yanuar.

FRIENDZONE [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang