Siang ini Tante Tia mengajak untuk makan siang bersama sebelum mereka pulang ke Jakarta.
"Kalian kapan lagi main ke sini?" tanya Tante Tia di sela-sela makannya.
"Belum aja pulang, Tan," jawab Laura terkekeh.
"Hehe, soalnya kalian sebentar banget sih disininya. Pokoknya nanti kalau libur panjang kalian harus kesini lagi," ajak Tante Tia dengan sangat semangat.
"Siap pokoknya," balas Laura, Dara, dan Nadira ikut semangat.
Gimana masakannya?" tanya tante Tia.
"Enak, Tan," puji Alana.
Mereka melanjutkan makannya. Setelah itu membereskan barang-barang mereka di kamar.
"Tante kami pamit pulang dulu, maaf jadi ngrepotin gini," pamit Alya pada tante Tia, ia merasa tidak enak.
"Iya sama-sama, engga ngrepotin kok, tante seneng malah," balas Tante Tia.
"Kami pulang tan, terimakasih sekali lagi," ucap Fania.
"Kapan-kapan main lagi ya." Tante Tia melambaikan tangannya dan dibalas oleh mereka.
"Siap, Tante!"
Mereka masuk ke mobil masing-masing.
"Lo yang nyupir, Sa," pinta Alya.
"Oke."
Sepanjang perjalanan Alya hanya diam. Arsa yang tidak biasa melihat Alya diam pun akhirnya bertanya, "Lo kenapa sih, Al? "
"Nggak papa," jawab Alya.
"Nggak biasanya lo kayak gini," kata Arsa.
"Nggak papa kok, Sa," ucap Alya meyakinkan.
"Ooh yaudah." Biarlah, mungkin Alya belum berniat untuk bercerita.
"Gue tidur," pamit Alya. Arsa hanya meliriknya dan membiarkannya.
Sekarang sudah tiba di rumah Arsa setelah kurang lebih dua jam tiga puluh menit perjalanan.
"Al, bangun udah sampai," ucap Arsa membangunkan.
"Udah sampai?"
"Udah."
Arsa keluar dari mobil Alya. "Thankyou, Al, " kata Arsa.
Alya menganggukan kepalanya. "Sama-sama."
Alya melajukan mobilnya keluar dari area rumah Arsa. Ditengah perjalanan Alya memberhentikan mobilnya. Ia teringat dengan obrolan Yanuar, Nathan dan Aldo saat ia tak sengaja melewati taman belakang rumah Aldo.
"Lah bodo amat gue cari tau besok!" Alya mengacak rambutnya frustasi.
Ia kembali melajukan mobilnya dan berusaha konsentrasi.
"Assalamu'alaikum," salam Alya saat memasuki rumahnya.
"Waalaikumussalam," jawab mamanya dan papanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE [LENGKAP]
Teen Fiction[LENGKAP] ~Disaat yang dianggap lebih dari seorang teman ternyata tidak lebih dari sekedar sahabat dekat~ Mustahil, tidak ada perasaan antara dua sahabat laki-laki dan perempuan. Sayangnya tidak semua perasaan bisa diungkapkan dan singgah pada hati...