"Kenapa seakan gue menjauhi lo?" Alya mengulang pertanyaan itu dan diangguki Yanuar."Lo mau tau jawabannya?" Lagi-lagi Yanuar mengangguk.
"Jawabannya ada di lo sendiri, Yan." Yanuar menatap penuh tanya, ia masih belum mengerti apa maksud Alya. Dan kini gadis itu memilih untuk diam.
"Gue nggak paham."
"Gue cuma mengikuti lo. Lo menjauh dari gue, dan gue melakukan hal yang sama."
"Jadi lo berpikir kalau gue menjauhi lo?"
"Iya."
"Maaf ya, karena buat lo berpikir kayak gitu. Akhir-akhir ini gue emang ada urusan." Yanuar menjelaskan pada Alya.
"Sebagai permintaan maaf, gue traktir lo es krim." Yanuar tersenyum lalu mulai melajukan mobilnya menuju kedai es krim favorit mereka. Ia memberhentikan mobilnya di depan kedai itu setiba disana.
"Tunggu disini ya." Yanuar mengacak-acak rambut Alya.
"Ih kan berantakan," ucapnya tak terima.
"Maaf."
"Gue mau ikut," pinta Alya.
Setelah ia mengucapkan itu, pintu mobil dibuka dari luar. "Berasa majikan yang dibukain pintu sama sopirnya tau nggak?"
"Enak aja lo anggap gue sopir lo." Mereka berdua sama-sama tertawa.
Yanuar memesankan es krim dan menyuruh Alya untuk menunggu di bangku yang disediakan.
"Eh kakaknya sendirian aja," ledek Yanuar sambil membawa dua es krim di tangannya.
"Nggak sendirian kok."
"Lah terus sama siapa?"
"Sama yang nanya."
"Bisa aja."
Yanuar memberikan satu es krimnya pada Alya.
"Thank you sopirku." Alya tersenyum manis.
"Sama-sama majikanku." Yanuar ikut tersenyum manis.
*****
"Makasih buat traktirannya hari ini dan makasih udah dianter pulang," ucap Alya saat turun dari mobil Yanuar."Sama-sama. Gue juga makasih lo udah maafin gue."
"Emang gue bilang maafin lo?" tanya Alya.
"Alya, ih." Yanuar cemberut. Alya tertawa, percayalah wajah Yanuar benar-benar lucu sekarang.
"Mau mampir dulu nggak?"
"Boleh nih?"
"Ya kalo lo mau."
"Besok pagi aja gue kesini."
"Ngapain?"
"Jemput lo lah."
Baru saja Alya ingin menolak tetapi Yanuar melanjutkan ucapannya.
"Nggak ada penolakan lagi. Ya udah gue pulang, bye," pamitnya.
"Eh bentar," cegah Alya.
"Kenapa? Masih kangen sama gue?"
"Pede banget. Bentar lo tunggu sini." Alya berlari ke rumahnya dan langsung menuju kamarnya.
Ia membuka lemarinya dan mencari-cari sesuatu. Setelah ketemu ia segera keluar kamar.
"Nih." Alya menyodorkan jaket kulit berwarna hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE [LENGKAP]
Teen Fiction[LENGKAP] ~Disaat yang dianggap lebih dari seorang teman ternyata tidak lebih dari sekedar sahabat dekat~ Mustahil, tidak ada perasaan antara dua sahabat laki-laki dan perempuan. Sayangnya tidak semua perasaan bisa diungkapkan dan singgah pada hati...