Mengapa saat ingin menghindari malah selalu dipertemukan?
*****
*****
Alya duduk di batu yang mereka injak, dan Nathan mengikutinya. Mereka sama-sama diam menikmati suara ombak sambil menunggu kepulangan sang senja.
Hening hanya diantara mereka berdua namun ramai di sekitar mereka. Sudah sekitar lima menit, tidak ada yang memulai pembicaraan, hingga akhirnya Nathan memilih untuk mendahuluinya.
"Lo kenapa sama Yanuar?" tanyanya tanpa basa-basi.
"Nggak papa."
"Nggak papa tapi sampai nangis," sindirnya.
"Lo tahu darimana? Jangan-jangan lo ngikutin gue," selidik Alya.
"Kalo gue ngikutin, gue nggak akan tanya kenapa."
"Oh iya juga ya." Alya menganggukan kepalanya, membenarkan ucapan Nathan.
Alya benar-benar tidak mau menceritakan pada Nathan dan Nathan pun tidak mau memaksakannya. Takut jika Alya akan sedih lagi karena pertanyaannya, Nathan mengajak Alya untuk berkeliling.
Di sisi lain, dari kejauhan, Yanuar memperhatikan gerak-gerik mereka berdua. Menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
"Nyesel?" tanya Wirdan. Wirdan memang sudah tahu apa yang terjadi karena Ferdy yang menceritakannya.
"Nggak."
"Mulut lo bilang nggak, tapi mata lo nggak bisa bohong," ujar Ferdy.
"Tapi lo kayak nggak ikhlas gitu liat mereka berdua ketawa." Wirdan menambahi.
Tanpa membalas ucapan mereka, Yanuar beranjak pergi.
*****
Setelah puas berkeliling, Nathan dan Alya memutuskan untuk menghampiri teman-teman mereka masing-masing, namun Nathan meminta untuk mengantarkan Alya terlebih dahulu. Mereka berjalan melewati tempat Yanuar dan teman-temannya berkumpul, terlihat mereka sedang asik bergurau. "Halo Alya," sapa Gerald lalu menghentikan tawanya.
"Haii," balas Alya ramah.
Seketika suasana menjadi hening, semuanya kini menghentikan tawanya, Nathan dan Alya pun masih terus melanjutkan jalan mereka tanpa berhenti sedikitpun.
"Gue serasa lagi jalan di red karpet," ucap Nathan.
"Kenapa?"
"Kita jalan langsung pada diem terus ngeliatin kita."
"Alay lo."
Mereka berdua sudah sampai di tempat Dara dan yang lainnya sedang berfoto-foto, lalu Nathan pamit untuk pergi ke teman-temannya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE [LENGKAP]
أدب المراهقين[LENGKAP] ~Disaat yang dianggap lebih dari seorang teman ternyata tidak lebih dari sekedar sahabat dekat~ Mustahil, tidak ada perasaan antara dua sahabat laki-laki dan perempuan. Sayangnya tidak semua perasaan bisa diungkapkan dan singgah pada hati...