Baikan

114 20 6
                                    


Yanuar menatap datar Alya yang ada di sampingnya. Baiklah kali ini dia akan mengerjai Alya.

"Yan lo beneran marah?" Terlihat jelas raut wajah khawatir diwajahnya.

Yanuar hanya diam.

"Gue cuma becanda."

Yanuar tak menggubris ucapan Alya. Tentu saja hal itu membuat Alya kebingungan.

"Yan jangan diem aja dong."

"Gue kaya orang gila tau, ngomong sendiri kayak gini," rengek Alya.

"Yaudah tinggal diem," ucap Yanuar dingin.

Tak lama setelah itu bel tanda pelajaran kedua dimulai.

Yanuar melangkahkan kakinya meninggalkan Alya tanpa berbicara apapun. Tentu saja hal itu membuat Alya bingung. Disisi lain Yanuar terkekeh geli melihat wajah bingung Alya saat dirinya pergi tanpa mengucap apapun.

Tak ingin ketinggalan pelajaran kedua kini Alya langsung bergegas mengambil tasnya yang ia letakkan di tepi lapangan dan segera menuju kelasnya. Urusan Yanuar bisa nanti. Dengan langkah terburu-buru ia menyusuri lorong koridor yang sepi sambil sesekali menengok ke belakang takut-takut Pak Parto datang.

Sial! Ia menabrak seseorang.

Orang itu menjulurkan tangannya. Berniat untuk membantu Alya berdiri.

"Kalo jalan liat-liat dong," omel Alya.

"Nggak salah lo ngomong gitu? Bukannya lo yang nggak liat-liat?"

Alya melanjutkan jalannya tanpa mempedulikan Nathan.

Namun dengan segera lengannya di cekal oleh Nathan. "Lo nggak mau ngomong minta maaf atau terimakasih gitu?"

"Maaf, makasih, puas?" ketusnya.

"Nggak ikhlas banget."

"Bodoamat, awas!"

Nathan melepaskan cekalannya dan membiarkan Alya melanjutkan berjalan ke kelasnya. Gadis itu mendadak sensitif karena sikap Yanuar yang tiba-tiba mendiamkannya.

Nathan tersenyum. Entahlah ia suka dengan wajah Alya jika sedang marah seperti itu apalagi jika tersenyum. Ia melanjutkan langkahnya untuk kembali ke kelasnya.

*****

Sesampainya di pintu kelas, Alya mendadak berhenti karena tatapan tajam dari Pak Parto.

"Eh bapak," sapa Alya kikuk.

"Dari mana saja kamu?"

"Dari lapangan, Pak. habis dihukum, apakah saya boleh ikut pelajaran, Pak?."

"Ya sudah kebetulan saya sedang baik dan kamu juga harus mengerjakan ulangan kamu boleh masuk."

"Wahh makasih banyak pak." Alya masuk kelas dan langsung menyalami Pak Parto.

"Iya sudah sana duduk."

Alya melangkahkan kakinya ke tempat duduknya.

"Hai, Sya," sapanya.

"Hm." Tasya masih fokus dengan membacanya.

"Kacang enak kacang enak," sindirnya.

"Alya cepat duduk!" tegas Pak Parto.

"Eh iya pak lupa." Alya langsung menduduki tempatnya.

"Rasain haha," ejek Tesya.

"Bodo!"

FRIENDZONE [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang