Mungkin

25 4 0
                                    

Terlalu banyak kemungkinan yang tidak pasti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terlalu banyak kemungkinan yang tidak pasti

*****



Yanuar terdiam mendengar pertanyaan Alya. Ia yang awalnya tidak memikirkan itu, mungkin sekarang akan memenuhi otaknya.

"Mungkin," jawab Yanuar tidak pasti.

"Udah kan? Gue mau pulang," lanjutnya.

"Udah. Thanks, Yan."

"Lo, sendirian?" Alya menjawab dengan menganggukkan kepalanya.

"Berani?"

"Berani lah, masih siang juga."

"Yaudah. Gue duluan." Yanuar berjalan menuju tempat motornya diparkiran. Alya tersenyum, setidaknya ia sudah lega sekarang.

Dia pun memutuskan untuk pulang, sama seperti Yanuar. Ia berjalan ke tempat mobilnya parkir dan sesampainya langsung masuk lalu mulai melaju dengan kecepatan sedang. Sejujurnya ia tidak yakin tentang ucapannya yang akan berusaha untuk membuang perasannya itu, karena ia rasa hal ini tidak akan mudah, namun ia akan tetap mencobanya.

*****

Sepulang bertemu Alya, Yanuar memutuskan untuk mengajak Nabila makan siang. Ia menelponnya, namun tidak dijawab. Yanuar mencoba mengirimkan pesan. Sudah sekitar lima pesan darinya, namun masih belum ada balasan juga. Padahal terlihat jelas bahwa Nabila sedang online. Yanuar mencoba untuk menelponnya lagi, namun lagi-lagi ditolak. Masih belum menyerah, ia mengirimkan pesan lagi. Dan, Nabila akhirnya menjawab.

Nabila
Aku sibuk, Yan.

Hanya itu balasan dari Nabila dan setelah itu whatsappnya offline.

Karena acaranya yang gagal, ia memutuskan untuk pulang saja ke rumahnya.

*****


Alya melajukan mobilnya menuju rumah Tesya yang tidak jauh dari taman itu. Tidak sampai sepuluh menit, ia sudah memarkirkan dengan rapi mobilnya di halaman rumah Tesya.

Sesampainya disana, tanpa ia mengetuk pintu ataupun menekan bel pintunya terbuka dengan sendirinya. Ia yang tau ini adalah ulah teman-temannya pun hanya bisa menggeleng saat mereka mengagetkan Alya.

"Kok lo nggak kaget sih." Raut wajah Dara terlihat kecewa dibuat-buat.

"Gue hafal kalian."

"Masa?" timpal Freska.

"Bodo, amat," kesal Alya.

Mereka duduk di ruang tamu yang mejanya sudah berisikan banyak jajanan yang entah siapa yang membelinya. Alya mengambil teh kotak yang hanya tersisa satu dan belum diminum siapapun. Ia duduk di samping Laura lalu meminumnya.

FRIENDZONE [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang