Bareng Nathan

128 24 2
                                    


Sore ini Alya sedang menunggu bus di halte karena saat berangkat sekolah ia diantar oleh kakaknya dan hari ini ia ekstra jadi pulang lebih sore. Sudah hampir setengah jam ia menunggu tapi bus tak kunjung datang. Ditambah lagi langit mendung, baterai plnya habis dan jalanan pun sepi. Lengkap sudah penderitaan.

"Sampai kapan gue nunggu coba!" sewot Alya.

"Siapapun tolong lewat, gue mau numpang," ucapnya memohon sambil mondar-mandir.

Tak lama setelah itu ada motor keluar dari arah gerbang sekolah. Alya sudah bersiap-siap untuk memberhentikan pengendara motor itu. Alya melambaikan tangannya saat si pengendara motor tersebut melajukan motornya. Pengendara itupun akhirnya memberhentikan motornya di halte tempat Alya menunggu.

Orang itu membuka kaca helmnya dan langsung bertanya, "Kenapa?"

"Boleh minta tolong? "

"Apa?"

"Anterin gue pulang, soalnya dari tadi gue nunggu bus ngga da yang lewat, baterai ponsel gue habis, langit men-"

Belum selesai Alya menjelaskan orang itu langsung memotongnya, "Ya udah naik."

"Belum selesai ngomong juga," cibir Alya.

"Naik, sebelum gue berubah pikiran."

"Yaudah iya iya." Alya menaiki motor tersebut.

Disepanjang perjalanan mereka tidak mengobrol apapun. Memangnya apa yang mau dibicarakan? Akrab juga tidak. Meskipun beberapa hari lalu mereka sempat berbincang sebentar.

*****

Nathan membereskan alat-alat tulisnya dan bersiap-siap pulang. Ia berjalan menuju parkiran.

Sepi.

Satu kata yang menggambarkan keadaan SMA Bina Bangsa sore ini. Ya bagaimana tidak? kegiatan belajar mengajar sudah dibubarkan sejak satu  jam yang lalu dan hanya siswa yang ada jadwal ekstra kulikuler yang masih menetap di sekolah.

Saat sedang di gerbang sekolah ia melihat ada seseorang yang sedang mondar-mandir dari halte. Nathan berniat untuk menghampirinya. Orang yang berdiri di halte tersebut melambaikan tangannya ke arah Nathan sehingga ia pun menurut untuk menghampirinya.

"Ooh Alya," batinnya saat melihat orang yang didepannya.

Disepanjang perjalanan mereka hanya diam. Sampai akhirnya Nathan membuka pembicaraan, "Lo Alya kan?"

"Iya," jawab Alya seadanya.

"Lo itu yang waktu itu berangkat sama Yanuar kan?" tanya Alya.

"Iya."

Setelahnya mereka diam lagi. Tak tahu apa lagi yang harus di bicarakan.

Sesampainya di rumahnya, Alya langsung turun dan merapikan rambutnya yang terkena angin.

"Rambut gue," rengek Alya.

"Salah siapa nggak pakai helm," balas Yanuar.

"Helm dari mana?" sewot Alya.

"Ya helm lo lah."

"Tuh di dalem!"

"Galak banget," cibir Nathan.

"Ih lo kok nyebelin banget baru kenal juga!" kata Alya sewot.

"Lah lo baru kenal udah numpang."

"Ooh lo ngga ikhlas?"

"Ikhlas kok," jawab Nathan enteng.

Alya memasuki rumahnya sambil menghentak-hentakkan kakinya kesal.

FRIENDZONE [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang