Yanuar melajukan mobilnya ke rumah. Lelah sekali rasanya hari ini. Sesampainya di rumah Yanuar langsung menuju kamarnya. Meletakkan tas lalu mandi. Selesai mandi ia turun ke bawah untuk makan malam. Sepi. Orang tua nya belum pulang kerja, masih setengah jam lagi mereka tiba di rumah.
Yanuar kembali ke kamarnya lalu duduk di kursi meja belajarnya. Ia mengerjakan PR Matematikanya. Hanya butuh waktu tiga puluh menit untuk menyelesaikan sepuluh soal. Yanuar memang bisa dibilang cukup pandai dalam matematika, dan alasan kenapa ia mengikuti remedial waktu itu karena saat ulangan ia terlambat dan diberi jawaban oleh Brian tanpa meneliti nya lagi.
Yanuar merebahkan tubuhnya di ranjang. Ia mengambil ponselnya yang tergeletak di kasur. Membuka aplikasi chatting nya dan menelfon seseorang.
"Rai," sapanya.
"Kenapa, Yan?"
"Gue mau tanya sesuatu, dan lo harus jawab jujur," ucapnya dingin, begitu serius.
Tanpa menunggu balasan dari seberang sana, Yanuar melanjutkan ucapannya, "Lo apain Alya sampai pingsan begitu? Tadi gue dapet laporan, katanya sebelum mereka masuk toilet dan liat Alya pingsan, ada yang lihat lo keluar dari sana. Bukannya gue udah bilang, jangan libatin Alya dalam hal apapun, apalagi karena status kita yang sekarang." Dari nada suaranya, terdengar laki-laki itu marah.
"Udah gue duga lo bakal tanya soal ini. Dan gue bakal jelasin, lo tenang aja. Gue rasa ini cuma salah paham."
"Benar. Alya pingsan setelah gue keluar. Gue juga denger berita itu dan sempat kaget. Tapi jujur, gue nggak ngapa-ngapain dia. Gue nggak bully dia, klarifikasi pertama, karena mereka pasti beranggapan begitu dan mungkin lo juga. Intinya gue cuma ngomong sebentar sama Alya, dan gue suruh temen gue buat jaga diluar karena gue nggak mau ada yang tau pembicaraan itu. Udah." Raisa menjelaskan panjang lebar.
"Lo jujur?"
"Of course."
Baiklah, meskipun Yanuar belum sepenuhnya percaya, tapi ia menerima jawaban itu. Telepon berakhir setelah keduanya berpamitan.
*****
Alya mengambil ponselnya yang tergeletak di nakas karena tak berhenti berdering.Yanuar is calling...
"Alya."
"Iya? "
"Kok belum tidur?"
"Kan lo telfon."
"Jadi udah mau tidur nih? Gue ganggu ya?"
"Ganggu banget."
"Yaudah sana tidur. Besok berangkat sama gue, nggak mau tau."
"Nggak mau."
"Harus mau."
"Nggak, gue mau berangkat pagi."
"Yaudah gue juga berangkat pagi," ucap laki-laki itu tidak menyerah.
"Nggak pokoknya. Gue mau tidur."
"Selamat tidur, semoga mimpiin gue."
"Selama tidur juga, mending mimpiin oppa-oppa Korea."
"Gue juga nggak kalah ganteng sama mereka, ya."
"Iya terserah lo." Alya terkekeh, ia menutup teleponnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/214947389-288-k886112.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE [LENGKAP]
Teen Fiction[LENGKAP] ~Disaat yang dianggap lebih dari seorang teman ternyata tidak lebih dari sekedar sahabat dekat~ Mustahil, tidak ada perasaan antara dua sahabat laki-laki dan perempuan. Sayangnya tidak semua perasaan bisa diungkapkan dan singgah pada hati...