Perasaan yang sama

27 2 0
                                    

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Suasana pagi yang tadinya cerah, mendadak mendung di pelajaran terakhir. Dan benar saja, sekitar lima menit sebelum bel pulang sekolah, hujan mendadak turun membuat beberapa siswa mengeluh karena tidak membawa payung ataupun mantel.

Alya yang tidak membawa kendaraan hanya bisa duduk di depan kelas sambil sesekali menelfon mamanya. Ia tidak sendirian, teman-temannya memutuskan untuk menemaninya walaupun mereka membawa mantel dan bisa pulang saat ini juga.

"Gimana Al? Mama lo nggak angkat telfonnya juga?" tanya Tesya.

"Nggak, Sya. Kayaknya urusannya belum selesai deh."

"Gue coba telfon Ayah," putus Alya.

Ia mencari kontak ayahnya dan menelponnya.

"Ada apa Al?" tanya ayahnya dari seberang sana.

"Ayah dimana? Bisa jemput Alya nggak? Soalnya hujan dan Alya nggak bawa kendaraan."

"Ayah lagi di perjalanan mau keluar kota, soalnya ada meeting. Kamu pulang naik taksi aja ya?"

"Okedeh, Yah. Hati-hati ya."

Alya baru teringat taksi. Kenapa baru sekarang, seharusnya jika dari tadi dirinya mungkin sudah berada di perjalanan menuju rumahnya. Dan teman-temannya tidak perlu menunggunya.

Ia segera membuka aplikasi untuk memesan taksi online. Ia menyuruh teman-temannya untuk pulang terlebih dahulu karena dirinya sudah mendapatkan kendaraan untuk pulang.

"Nggak papa Al, lo sendirian?" tanya Nadira.

"Nggak papa. Santai aja kali."

"Yaudah kita duluan, Al," pamit Laura.

"Iya, hati-hati."

"Lo juga."

Teman-teman Alya mulai keluar kelas dan sudah memakai mantelnya masing-masing. Sekarang hanya tersisa dirinya di kelas sebelas IPS satu.

*****

Alya keluar dari kelasnya, hendak menuju ke gerbang depan sekolah karena taksinya sudah sampai. Seperti biasa, ia harus melewati kelas sebelas IPS tiga. Kelas itu terlihat masih sedikit ramai, namun tidak terlihat Yanuar dan teman-temannya disana.

Kini dirinya sudah sampai di ujung koridor, ia hendak melanjutkan jalannya namun seragamnya dan tasnya pasti basah. Sebenarnya untuk  seragam tidak masalah, namun isi tasnya adalah buku paket dan kertas-kertas latihan soal. Sedangkan ia tidak membawa payung. Ia berpikir sejenak, namun tidak ada solusi yang tepat.

Akhirnya Alya memilih untuk menerobos hujan. Biarlah isi tasnya sedikit basah, yang penting ia harus pulang sekarang. Saat dirinya sudah siap untuk berlari, suara seseorang menghentikannya.

Terlihat Yanuar dan Nathan datang bersamaan dari arah yang berbeda. Keduanya memegang payung.

"Mau kemana Al?" tanya Nathan.

FRIENDZONE [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang