Kenyataan yang menyakitkan

40 5 1
                                    


-AYO SIAPIN TISU!-

*****

"Kalau memang menjauh darimu adalah satu-satunya pilihan terbaik, aku akan melakukannya."

*****

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Yanuar benar-benar dingin seperti yang ia temui dulu. Alya masih belum menjawab. Ia takut jika nanti Yanuar akan menjauh darinya.

"L-lo t-tau darimana?" Bukannya menjawab pertanyaan Yanuar, ia malah balik bertanya.

"Apa itu penting? Gue cuma mau lo jawab pertanyaan gue, apa bener lo suka sama gue? Gue pengen dengar jawaban langsung dari lo." Yanuar memegang bahu Alya sambil menatapnya.

Alya akhirnya memberanikan diri untuk menjawab. "Kalo iya, kenapa?"

"Tolong, jangan."

"Kenapa, Yan? Kenapa gue nggak boleh suka sama lo?" tanya Alya. Suaranya bergetar, matanya sudah mulai berkaca-kaca, namun ia berusaha untuk tidak menjatuhkan air matanya di depan Yanuar.

"Gue punya Nabila, Al."

Alya hanya diam. Dia tidak ingin menjawab apapun, dia pun tahu jika Yanuar adalah milik Nabila.

"Buang perasaan itu jauh-jauh, Al. Gue nggak punya perasaan yang sama buat lo."

Damn. Air matanya lolos begitu saja. Mana mungkin ia bisa membuang perasaan itu, itu bukan hal yang mudah.

"Gue nggak minta lo buat balas perasaan gue. Perasaan ini datang sendiri, Yan. Gue nggak minta perasaan ini buat ada. Dan gue nggak bisa buang semudah itu."

"Tapi apa lo mau terus-terusan suka sama gue? Mau sampai kapan? Gue nggak akan balas perasaan itu, gue sayang, gue cinta sama Nabila," ujarnya dingin.

Yanuar benar-benar meluapkan semuanya. Semua yang ada dipikirannya sekarang sudah tersampaikan. Entah kenapa ia merasa tidak suka saat tau sahabatnya itu menyukainya.

Laki-laki itu kini berjalan meninggalkan sahabatnya yang sedang terisak tangis, tentunya tanpa senyum yang selalu ia berikan. Ucapannya benar-benar menusuk hati Alya, namun ia tidak peduli.

*****

Lima belas menit lagi adalah perjalanan ke tujuan selanjutnya. Tesya merasa ada yang kurang saat mereka semua berkumpul. Alya tidak ada, ia segera mencarinya bersama Freska. Mereka mengelilingi tempat itu, sambil sesekali meneriaki nama sahabatnya itu, namun sampai saat ini mereka belum menemukannya. Ponselnya pun tidak bisa dihubungi.

"Kita harus kemana lagi?" tanya Tesya frustasi.

Freska melihat sekelilingnya, ia melihat satu tempat yang mereka belum datangi. Ia segera menarik Tesya untuk mendatangi sebuah jembatan berpemandangan sawah itu.Dan benar, Alya ada disana. Namun kenapa ia hanya berdiri, dan kenapa bahunya bergetar? Itulah pertanyaan yang ada di benak Tesya dan Freska saat ini.

FRIENDZONE [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang