43. HILANG INGATAN

2.7K 279 19
                                    

Sudah satu minggu berlalu namun belum ada tanda tanda Azriel membuka matanya, seminggu belakangan ini juga Sena bulak balik ke rumah sakit. Kini dirinya duduk disamping brankar Azriel, tangannya terulur untuk mengusap kening lelaki itu.

Sena, tersenyum tipis melihat wajah damai Azriel yang tertidur. Ia menyatukan tangannya dengan tangan Azriel, mencium tangan punggung lelaki itu.

"Belum mau bangun ya El?"tanya Sena, membawa genggaman tangan itu ke pipi.

"Disana banyak bidadari cantik ya?"tanyanya lagi, menghembuskan nafasnya pelan. Mau sekeras apapun Sena membangunkan Azriel, jika bukan waktunya itu percuma.

"Lo tau gak El? Disekolah gak ada lo itu sepi, bahkan lelaki berandalan disekolah pada godain gue karna gaada lo."adu Sena, ia mencibir bibirnya sebal ketika mengingat belakangan ini selalu diganggu oleh berandalan SMA Angkasa.

"Cepet bangun ya? Gue kangen tau, mending lo marah marah gak jelas deh daripada kaya gini."ujar Sena, ia menipiskan kedua bibirnya.

"Bodo banget gue ngobrol sendiri."gumam Sena.

Saat ini hanya ada dirinya seorang yang berada di ruangan Azriel. Kedua orang tuanya dan Azriel masih ada dirumah, belum kesini.

Setiap pulang sekolah, Sena langsung datang kerumah sakit tanpa pulang terlebih dahulu ke rumah. Meski pun ia merasa lelah, namun hal itu tak membuat dirinya menyerah untuk menunggu Azriel.

Sena melepaskan genggamannya, ia meraih ponselnya yang berada diatas meja. Membuka seluruh medsosnya namun tak ada yang menarik, semuanya hambar.

Kruyukk

Mata Sena berkeliaran kesana kemari, lalu pandangannya jatuh pada perutnya yang berbunyi. Ah iya jadi malu sendiri, untung saja hanya dirinya yang mendengar.

Sena bangkit dari duduknya dan merapihkan kembali kursi tadi, sejenak Sena memandang wajah Azriel. Tersenyum tipis, membungkuk sedikit dan mencium kening lelaki itu.

"Sebentar ya, gue ke kantin dulu mau isi perut."pamitnya, tanpa lama ia meninggalkan ruangan Azriel dan menitipkan pada salah satu suster disana.

Dikantin, tanpa lama Sena memesan makanan dan minuman. Perutnya sangat lapar, sambil menunggu pesanannya Sena memainkan ponselnya kembali.

"Sena?"

Sena mendongakkan kepalanya, melihat lelaki jangkung yang kini berdiri dihadapannya.

"Felix?"

"Iya gue, lo ngapain disini?"tanya Felix, ia menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri mencari teman Sena.

"Gue sendiri, lo ngapain dirumah sakit?"tanya balik Sena.

"Gue boleh duduk?"pinta Felix, sedangkan Sena mengangguk dan mengiyakan.

"Nyokap gue sakit."jawab Felix.

Mata Sena membulat. "Tante Kiara sakit apa?"tanya Sena, dulu ia sangat dekat dengan mamahnya Felix. Maklum, mantan mertua.

"Biasa."jawab Felix.

Pandangannya beralih pada ponsel disampingnya, tertera nama seseorang dilayar sana. Sena yang tak sengaja melihatnya pun membulatkan matanya, namun sedetik kemudian ia memasang wajah geli pada Felix.

"Bentar."ucap Felix, dan diangguki oleh Sena. Tentu ia tak bodoh, nama yang tertera dilayar ponsel Felix adalah nama sahabatnya. Netha.

Tak lama kemudian, Felix menyelesaikan panggilan itu dan menatap Sena dengan tatapan errr-kaku mungkin?

"Jadi nih sama Netha?"tanya Sena menaik turunkan kedua alisnya, sedangkan Felix tertawa kecil lalu mengangguk.

"Gapapa, gak dapet mantan balik temennya juga bisa kali."ujar Felix, hal itu membuat Sena menggeplak tangan lelaki itu.

WE'LL MEET AGAIN? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang