07. KEMBALI SEPERTI SEMULA

4.3K 383 5
                                    

Velite, atau yang biasa disebut Twelve ipa two kini suasananya sangat kacau. Guru yang mengajar tidak hadir dikarnakan ada keperluan mendadak, hal itu membuat murid Velite bersorak gembira karna ulangan harian yang akan dilaksanakan sekarang tidak jadi.

Sena, ia mendengus sebal saat mendengar itu. Tau seperti ini ia menuruti apa ucapan Yura kemarin untuk tidak sekolah, ia menenggelamkan wajahnya pada tumpuan kedua tangannya dimeja.

Ia masih pusing, namun memaksakan karna ia kira akan ulangan. Jihan yang sedang mengemut permen disamping Sena pun berjaga-jaga takut jika Sena mendadak mengeluh. Saat ini ia menjadi teman siaga untuk sahabatnya itu, matanya berkeliaran kesana kesini melihat kegiatan teman sekelasnya.

Posisi Jihan saat ini duduk membelakangi Sena, namun sesekali ia menoleh kebelakang untuk mengecek Sena. Mau Sena menyebalkan seperti apapun Jihan menyayangi sahabatnya itu, mereka sudah berteman sejak kecil tentunya.

Sesekali Jihan ikut tertawa menampilkan gigi kelincinya yang lucu akibat kegiatan teman sekelasnya itu. Karna merasa bosan, ia ikut menenggelamkan wajahnya dengan posisi kepala menyamping menghadap Sena.

Tangannya terulur untuk menoel bahu Sena. Sena menoleh dan mengangkat satu alisnya, gemas saat mendapati wajah Jihan yang hanya menyengir.

"Kenapa?"tanya Sena dengan suara serak, sakit atau tidak Sena harus menjaga Jihan. Bukan apa-apa, sahabat satunya ini terlalu polos. Ia tak mau kehilangan Jihan, karna ia pernah mengalami saat kelas 10 disaat masa-masa MOS, Jihan menghilang begitu saja.

Namun saat Sena menemukan Jihan, dengan santainya anak itu bermain dengan kucing ditaman belakang. Sejak kejadian itu, Sena selalu memperhatikan gerak-gerik Jihan.

"Enggak."cengir Jihan.

"Emm, Sena mau ke UKS enggak?"tawar Jihan.

"Enggak, lagian mata pelajaran bentar lagi juga gant-"

"WOYYY GURU PADA RAPAT, BARUSAN GUE DISURUH NGUMUMIN SAMA BU NENDEN."teriak lelaki berbadan gemuk, salah satu teman Sena dikelas.

"Yang bener lo anjing? Sampe kapan?"tanya salah satu lelaki yang sedang bergurau dibelakang.

"Sampe pulang, lumayan jamkos seharian."

"Bohong gak nih?"tanya salah satu perempuan yang sedang duduk ditempat guru.

"Bohong dosa."jawab lelaki yang tadi memberitahu.

Semua murid bersorak gembira, nikmat mana lagi yang kau dustakan? Sena menyesal, jika seperti ini lebih baik ia pulang.

"Pulang yuk?"ajak Sena. Hal itu membuat Jihan melebarkan matanya. "Isshh jangan, gimana nanti kalo bohong?"tanya Jihan.

Sena memutar bola matanya malas, sudah ia bilang jika Jihan itu polos. Selain polos ia penakut. Tapi berbeda saat sedang bertarung, Jihan seperti mempunyai dua kepribadian.

"Lo gak denger tadi kata dia? Bohong dosa katanya."ujar Sena.

Jihan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Umm, nanti aja abis istirahat gimana? Kalo sekarang tanggung bentar lagi jam istirahat. Ya ya? Nanti Jihan nginep deh dirumahnya Sena."bujuk Jihan.

Sena mengangkat alisnya satu. "Tumben nginep?"tanya Sena.

Jihan menyengir. "Bunda sama ayah enggak ada lagi ke rumah nenek tiga hari."ucap Jihan menunjukkan lima jarinya.

Sena yang melihatnya menahan gemas dengan kelakuan Jihan. "Jihan sayang, tiga hari itu berarti tiga. Bukan lima, paham?"tanya Sena, ia melipatkan dua jari Jihan.

Jihan menganga, ia melihat jarinya kemudian menyengir. "Hehe, maaf."ucap Jihan.

"Mau enggak?"tawar Jihan, ia mengeluarkan permen dari sakunya.

Sena menggeleng. "Jangan kebanyakan makan permen, nanti gigi lo ompong."ucap Sena.

"Enak aja ompong, gigi Jihan itu kuat tau."bantah Jihan.

"Ke UKS yuk? Gue ngantuk pengen tidur."ajak Sena.

"Ayo."

Sena dan Jihan keluar dari kelas, benar saja semua murid SMA Angkasa banyak yang berkeliaran dikelas. Itu artinya guru benar-benar sedang rapat.

Mereka berjalan beringin, namun sebelumnya ia akan menghampiri ketiga temannya yang berbeda kelas. Yap mereka berbeda kelas, jika Sena dan Jihan berapa dikelas IPA 2 maka ketiga temannya itu berada di IPA 5.

Kepintaran Sena dan Jihan tak perlu diragukan, tak memperhatikan saja mereka berdua sudah paham. Maka tak heran jika Sena dan Jihan selalu menempati posisi disatu dan kedua.

"Netha sama kedua curutnya ada?"tanya Sena pada orang yang sedang diam dipintu kelas.

Perempuan itu mengangguk menandakan ada. "WOY JAMET ADA YANG NYARIIN LU NIH."

"JAMET TERIAK JAMET ANJING!!"

Sudah tak heran dengan kelas Netha, dan Sena mengetahui jika yang membalas ucapan perempuan barusan itu adalah Netha.

"Apa lo jamet?"tanya Netha pada perempuan itu.

"Nih temen lo nyariin, katanya mau ngajak ngejamet."jawab perempuan itu tertawa.

Sena menggelengkan kepalanya, sudah tak heran dengan candaan anak IPA 5. Sena tau jika murid IPA 5 itu baik, hanya saja mereka sering bercanda. Contohnya saat ini.

Netha menoyor kepala perempuan itu. "Sialan lu."umpat Netha.

"Apaan?"tanya Netha pada Sena.

"Ikut kagak ke UKS?"tanya Sena.

"Ayo, bentar gue mau nyeret dua kecurut dulu."ucap Netha, ia kembali ke dalam namun tak lama kemudian ia kembali dengan membawa Zora dan Tania.

"Ayo."ajak Netha, dan diangguki oleh Sena.

Jika Sena harus menjaga satu orang polos seperti Jihan, berbeda dengan Netha yang menjaga kedua orang imut dikelasnya. Sudah dikatakan, jika dipertemanan mereka berlima yang memiliki wajah dewasa itu hanya Sena dan Netha. Sedangkan Jihan, Zora, dan Tania mereka memiliki wajah keimutan.

Diperjalanan, mata Sena jatuh pada pandangan dimana Azriel dan Kayla sedang berjalan berdua. Oke, sepertinya akan kembali seperti semula. Toh Sena juga bodoamat untuk sekarang, ia tak ada tenaga untuk memisahkan mereka berdua.

Hari masih panjang, maka Sena akan memisahkan mereka dilain hari jika ia sudah memiliki tenaga.

"Lo sakit Sen?"tanya Netha.

"Enggak, cuma pusing dikit."jawab Sena.

"Woah, udah tanda-tanda. Cepet-cepet minta maaf sini ke Zora."celetuk Zora.

Sena menginjak sepatu Zora, ia kesal dengan ucapan Zora barusan. "Sialan, lo do'a in gue mati hah?"tanya Sena garang.

"Enggak, gue gak bilang gitu."elak Zora.

Saat berpas-pasan dengan Azriel dan Kayla, Sena merutuki Jihan yang tiba-tiba berbicara.

"Ih panas ya."ucap Jihan, ia mengipasi wajahnya dengan tangannya itu. Sial, meski Jihan mengucapkan yang benar, tapi tak usah saat didepan Azriel dan Kayla.

Itu sama saja mereka berdua menganggap Sena kepanasan, tapi emang iya. Netha menahan tawanya, ia tahu jika Sena menyukai ketua OSIS menyebalkan itu. Ia harus berterimakasih pada Jihan nanti.

•••

TBC

WE'LL MEET AGAIN? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang