Terhitung sudah lima hari Sena dan Azriel saling mendiamkan, Sena yang kecewa dan Azriel yang lelah terus didiami oleh perempuan itu. Iya tau, ini semua salahnya karna menerima perjodohan itu. Tapi mau bagaimana lagi? Keadaan sangat mendesak, mau tak mau Azriel menerimanya.
Sedangkan Sena, perempuan itu langsung mengambil kesimpulan singkat. Dimana perempuan itu tidak tau cerita aslinya, semua cara sudah Azriel lakukan untuk meminta bertemu dan menjelaskan semuanya. Namun Sena kekeh dengan pendiriannya, ia tak mau bertemu dengan lelaki itu.
Bahkan disekolah saja Sena menghindari Azriel, untuk sekarang Azriel menyerah. Ia membiarkan Sena untuk mendinginkan pikirannya. Jika sudah waktu ia akan berbicara dengan perempuan itu.
Azriel menghembuskan nafasnya pelan, saat ini dirinya sedang berada di balkon kamarnya. Cuaca dingin yang menusuk kulit putihnya tak ia hiraukan, sudah tiga puluh menit ia terdiam. Memikirkan bagaimana ia mencari jalan keluar, lagi lagi dirinya merasa lelah dengan semua ini.
Membalikkan badannya ketika mendengar suara pintu kamar terbuka, ia mengerutkan keningnya ketika melihat perempuan yang belakangan ini mengganggu pikirannya.
"Sena?"
Sena, perempuan itu nekat ingin menemui kekasihnya. Tak peduli waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, Sena berlari kecil menghampiri Azriel yang terdiam. Kini mereka saling berhadapan, Azriel tak mengerti kenapa Sena bisa kerumahnya malam malam seperti ini.
"Kenapa?"tanya Azriel, ia melihat perempuan dihadapannya ini yang sedang menatap dirinya juga.
Bukannya menjawab, Sena memeluk lelaki itu. Menenggelamkan wajahnya pada dada bidang lelaki itu, menumpahkan semua keluh kesahnya yang selama ini ia pendam.
Azriel meringis ketika mendengar suara isakan Sena, bahkan ia bisa merasakan jika bajunya basah oleh air mata Sena. "J-jangan pergi."lirih Sena.
Azriel mengerjapkan matanya, ia melepaskan pelukan itu lalu menghapus air mata dipipi Sena. "Maksudnya?"tanya Azriel tak mengerti.
Sena menggeleng, ia menghapus air matanya. "G-gue dapet teror lagi."cicit Sena.
"Teror? Apa?"tanya Azriel.
Sena menyodorkan sebuah kertas, yang langsung diterima oleh Azriel. Lelaki itu membuka gulungan kertas itu dan membacanya. Rahangnya mengeras, bahkan tatapannya berubah menjadi tajam.
Berpisah atau terbunuh?
"Ada lagi?"tanya Azriel, dan diangguki oleh Sena.
"Mana?"pinta Azriel, Sena kembali mengambil kertas itu dan memberikan pada Azriel.
Azriel mengerutkan keningnya. "Dua?"tanyanya dan diangguki oleh Sena.
Tanpa lama Azriel membuka satu persatu kertas itu. Bibirnya menggumam ketika membaca tulisan itu, sedangkan Sena ia menatap fokus wajah Azriel.
"Kapan?"tanya Azriel.
"U-udah lama."jawab Sena.
Menghembuskan nafasnya pelan. "Kenapa gak bilang dari kemarin?"tanya Azriel.
"G-gue takut."
"Gak ada yang perlu ditakutin, lain kali kalo dapet lagi langsung kasih ke gue jangan disimpen gini."ucap Azriel dingin, ia memasukkan kertas itu ke dalam sakunya.
Pikirannya jatuh pada isi kertas barusan, dimana kertas itu tertulis--
1.
Awalnya tidak ada, namun nyatanya dia kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
WE'LL MEET AGAIN? [END]
Romance⚠️BELUM DIREVISI [SEKUEL MY HUSBAND IS MY DILAPIDATED] Disarankan untuk membaca MHID terlebih dahulu, agar bisa mengetahui karakter orang-orang sebelumnya. ••• "Lo itu cewe, tapi kelakuan lo ngelebihin laki-laki." Mata Sena memicing, bukannya marah...