Mata Sena tak lepas dari kedua remaja dihadapannya yang saling tertawa, entah apa yang mereka tertawakan. Terlihat jelas jika lelaki dihadapannya itu terlihat nyaman dengan perempuan disampingnya, bahkan lelaki itu melepaskan kebahagiaannya.
Semakin dilihat, maka semakin panas yang ia rasakan. Memalingkan wajahnya bertepatan dengan air mata yang turun, tanpa lama Sena menghapusnya.
Kenapa semua terjadi begitu saja pada dirinya? Apa ia pernah membuat kesalahan? Jika iya, kesalahan itu apa?
Banyak kenyataan pahit yang harus Sena terima, bahkan kekecewaan juga Sena dapati. Ia kira dengan segala usahanya akan membuahkan hasil untuk membuat kekasihnya itu ingat pada dirinya, namun semua hasil itu nol.
Setiap Sena mengajak lelaki itu berbicara, hanya ekspresi datar yang ia berikan. Dan jawaban yang tak lebih dari anggukan dan gelengan, ayolah itu sangat menyakitkan.
Apalagi disaat---lelaki itu menyebar sebuah undangan. Dimana isi undangan tersebut mengatakan bahwa lelaki yang kini berstatus menjadi kekasihnya itu akan bertunangan. Haha, sakit bukan?
Sejak itu, nama dirinya dan Azriel menjadi trend topik pertama di sekolah. Bahkan banyak yang menanyai tentang hubungannya pada Sena, yang dijawab dengan senyuman tipis oleh perempuan itu.
Flashback on
"Gimana udah ada hasil belum?"
Sena menggeleng dengan tersenyum. "Belum, mungkin belum waktunya. Gue gak bakal nyerah kok, jadi tenang aja."
Keempat teman Sena yang mendengarnya terdiam, mengasihani pada Sena yang berjuang sendiri untuk membantu Azriel mengingat semuanya.
Bahkan mereka berempat menawari akan membantu, namun dengan cepat Sena menolaknya. Katanya, ia bisa sendiri.
"Sampai kapan?"tanya Netha.
Senyuman Sena memudar setelah mendapatkan pertanyaan seperti itu, ia jelas tau apa maksud dari pertanyaan Netha.
Matanya memburam, bahkan kini Sena terdiam. Netha yang melihatnya hanya bisa menghembuskan nafasnya pelan, bergerak mendekati Sena, mengusap bahu perempuan itu.
"Gue tau lo cape, berjuang sendirian itu gak gampang Sen. Gak sesuai apa yang lo pikirin, gue tau lo pengen nyerah tapi di satu sisi lo sayang banget kan sama Azriel?"tanya Netha.
Sena mengangguk, kepalanya ia sandarkan pada bahu temannya itu. Menatap awan langit dari kantin sekolah, air matanya mengalir begitu saja ke samping.
"Gue cape Neth, gue pengen nyerah sama keadaan ini. Tapi disatu sisi gue sayang banget sama El, bilang aja gue egois kalo gue pengen El saat ini. Gue cape, bukan cuma batin gue aja yang cape. Tapi fisik gue juga cape, siapa si yang bertahan sama hubungan kaya gini?"tanya Sena, isakan kecil itu mulai terdengar ditelinga keempat temannya.
"Disaat gue berjuang buat bantu dia supaya inget semuanya, tapi mana? Nihil, yang ada perempuan itu malah semakin semangat buat ambil kesempatan."
"Disini gue ngerasa gue yang udah jadi perusak semuanya, padahal jelas jelas--"
"Ssttt udah, jangan dilanjut ya? Gue tau lo sakit, gue tau lo sayang Azriel. Tapi gak gini caranya, buat sekarang biarin gini dulu. Lo percaya kan sama takdir Tuhan?"tanya Netha, mengelus rambut temannya.
"Gue cape."lirih Sena, ia memejamkan matanya untuk beberapa saat.
"Hai, maaf ganggu waktunya sebentar. Jangan lupa dateng ya, apalagi Sena. Kehadiran kamu aku tunggu banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
WE'LL MEET AGAIN? [END]
Romans⚠️BELUM DIREVISI [SEKUEL MY HUSBAND IS MY DILAPIDATED] Disarankan untuk membaca MHID terlebih dahulu, agar bisa mengetahui karakter orang-orang sebelumnya. ••• "Lo itu cewe, tapi kelakuan lo ngelebihin laki-laki." Mata Sena memicing, bukannya marah...