Hari demi hari Sena lalui dengan perasaan campur aduk, senang karna Azriel bangun dan sedih melihat lelaki itu yang kini tak mengenali dirinya.
Sena pikir, lelaki itu membohongi dirinya. Namun nyatanya tidak, lelaki itu benar-benar mengalami hilang ingatan. Buktinya sekarang, diruangan ini hanya ada dirinya dan Azriel yang bermain ponsel.
Sore ini, Azriel sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Sedangkan Sena dirinya hanya diam sendiri disofa, sesekali matanya melirik Azriel yang kini menerbitkan senyumnya pada ponsel.
Huh. Sena jadi penasaran, sedang apa lelaki itu? Hingga dia tersenyum seperti itu. "El."panggil Sena memecahkan keheningan.
Azriel yang merasa dipanggil pun menoleh. "Apa?"sahut Azriel, ia menyimpan ponselnya diatas nakas.
"Lo belum makan."ucap Sena, ia berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiri ranjang Azriel.
"Terus?"tanya Azriel dengan satu alis terangkat.
Sena yang mendengarnya hanya mendengus sabar, lelaki dihadapannya ini bukan lelaki yang kemarin sering menemaninya. Semua berubah, tidak lagi sama.
"Makan dulu."ujar Sena, ia mengambil semangkok bubur yang sedari tadi Azriel diamkan.
Azriel berdecak kesal, perempuan dihadapannya ini selalu saja memaksanya. Harus menuruti ini itu atau apapun, kadang ia ingin marah namun ia pendam. Teringat dengan pesan sang ayah, 'Jangan bentak perempuan dengan bahasa kasar atau pun lembut, hati perempuan itu lemah. Kamu ngomong pake nada marah aja dia bakal sakit hati.' seperti itu.
"Gue gak mau."tolak Azriel, tangannya kembali mengambil ponsel dan memainkannya.
"Sedikit aja El, ya?"
"Gue bilang gak mau ya gak mau."tolak Azriel mentah mentah.
Menghembuskan nafasnya pelan, dengan sabar Sena mengambil satu sendok bubur itu dan menyodorkan pada Azriel.
"Aaaa."
Dengan kesal Azriel memundurkan tangan Sena dan menyimpan kembali sendok itu pada mangkok.
"Gue gasuka dipaksa."ujar Azriel dingin.
Brak
Sena menyimpan mangkok itu diatas nakas dengan sedikit kasar, kesabarannya kini sudah habis oleh lelaki dihadapannya.
"Apa susahnya sih lo tinggal buka mulut abis itu telen?"tanya Sena.
"Gue kan udah bilang, gue.gak.mau.makan."balas Azriel menekan setiap katanya diakhir.
Sena memalingkan wajahnya, dirinya juga menahan kesal. Bahkan saat ini ia ingin menangis, entah itu karna apa. Yang ia rasakan saat ini moodnya kacau.
"Oke terserah."pasrah Sena, ia kembali duduk disofa dan memainkan ponselnya.
Azriel yang melihatnya pun mengangkat bahunya acuh. Disaat keadaan hening, pintu ruangan terbuka menampilkan keempat teman Azriel. Keempat lelaki itu menghampiri Azriel, tak lupa juga menyapa Sena.
"Gimana keadaan lo?"tanya Atha, ia melihat keadaan Azriel yang kini mulai membaik.
"Baik."jawab Azriel singkat.
"Lo gak makan buburnya El?"tanya Atha, ia melirik semangkok bubur yang tersimpan diatas nakas.
Azriel menggeleng. "Gue gak laper."jawabnya.
Atha mengangguk paham, kemudian langkahnya menghampiri sang adik yang berada disofa.
"Ngapain tuh bibir dimaju-majuin? Mau nyaingin bibir bebek?"tanya Atha, ia menggeser duduknya kemudian merebahkan tubuhnya. Sena berdecak kesal melihat kelakuan Atha, sudah mengejeknya namun dengan enaknya lelaki itu tiduran dipahanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WE'LL MEET AGAIN? [END]
Romance⚠️BELUM DIREVISI [SEKUEL MY HUSBAND IS MY DILAPIDATED] Disarankan untuk membaca MHID terlebih dahulu, agar bisa mengetahui karakter orang-orang sebelumnya. ••• "Lo itu cewe, tapi kelakuan lo ngelebihin laki-laki." Mata Sena memicing, bukannya marah...