CHAPTER|Four

71 23 7
                                    

Jangan lupa spam komen

Vote dan juga share cerita ini

Makasih

.

.

.

Ketika Nara sedang terpaku melihat tubuhnya sendiri, ia merasakan ada seseorang yang tengah memperhatikan dirinya.

Nara menoleh memastikan dan benar saja di sebrang sana yang tidak terlalu jauh dari posisi dirinya. Seorang laki-laki menatapnya datar. Ia tidak terlihat seperti hantu yang Nara tau. Karena sangat jelas laki-laki itu tidak menyeramkan.

Kemudian tidak berselang lama laki-laki tersebut melangkahkan kakinya, meninggalkan Nara yang saat ini masih terdiam menatap kepergian laki-laki tersebut.

Entah mengapa Nara merasa laki-laki itu bisa membantu dirinya untuk kembali kedalam tubuhnya.
Nara pun memutuskan untuk mengikuti laki-laki itu.

"Hei lo! Lo bisa liat gue? Tunggu!" teriaknya kepada sang lelaki. Lelaki tersebut masih terlihat seumuran dengannya jadi Nara berpikir lelaki itu pasti masih bersekolah seperti dirinya.

"Heh! Lo budek apa?!" kesal Nara karena lelaki itu tidak berhenti sedikit pun.

"Tunggu! Plis berhenti dulu gue butuh bantuan lo." Akhirnya lelaki tersebut menghentikan langkahnya. Ia berbalik dan menatap Nara dengan tangan terlipat di depan dada dan kepala yang sedikit di miringkan.

"Kasus biasa. Hari gini masih ada saja hantu yang tidak mau menerima kenyataan." ucap lelaki itu yang tak di mengerti oleh Nara apa maksud dari perkataanya barusan.


"M-maksud lo?"

"Sudahlah kamu terima saja takdir mu. Menjadi hantu itu tidak terlalu buruk kok," ujar lelaki tersebut yang semakin membuat Nara kebingungan.

"Heh gue belum mati ya bangsat! Raga gue masih napas lo bisa liat sendiri sana!" kesal Nara karena dirinya tidak mengerti dengan apa yang di maksud lelaki tersebut. Dan apa katanya? Menjadi hantu? Nara tersenyum miring, sebenarnya lelaki itu manusia apa hantu jadi-jadian.

"Sudahlah. Akui saja terima takdir mu, itu lebih baik." ucapnya kemudian meninggalkan Naraㅡ lagi.

Nara mengepalkan tangannya ia sangat kesal terhadap lelaki itu bukannya membantu ia malah menyuruhnya untuk menerima keadaan dan takdir.

"Tunggu! Sebenarnya lo hantu apa manusia sih?!" teriak Nara akhirnya menanyakan pertanyaan yang sedari tadi ia pendam.

"Mengapa bertanya? Aku bukan hantu." lelaki tersebut berhenti kembali menoleh ke arah Nara yang sedang berdiri tegak.

Nara menghampiri lelaki tersebut yang jauh lebih tinggi darinya itu. "Terus tadi lo bilang ' jadi hantu itu tidak terlalu buruk kok, ' berarti lo hantu bego!" Nara meninggikan suaranya.

"Yaps memang, tapi aku tidak suka di panggil hantu." ujarnya.

"Kenapa?"

"Karena aku berbeda. Hantu lain menyeramkan sedangkan aku tidak. Sangat jarang ada hantu yang memiliki wajah tampan."

Nara terdiam, memang lelaki itu tidak terlihat seperti hantu sedikitpun. Tidak ada luka, tidak ada wajah menyeramkan hanya saja ia terlihat sangat pucat. Tapi tidak jarang juga kan manusia pun ada yang memiliki wajah dengan kulit yang terlihat pucat ?

Tapi Nara sedikit tidak suka kepadanya karena ia terlalu kepedean. "Maksud lo, lo tampan gitu?" ejek Nara.

"Apa mata kamu buta? Lihat betapa tampan nya diriku ini." ucap lelaki itu semakin percaya diri.

ARCANE | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang