CHAPTER|Nine

40 15 3
                                    

Pagi yang cerah tubuh Nara yang di kendalikan oleh arwah lain itu terbangun, mengerjapkan matanya beberapa kali. Sampai ia menoleh ke arah samping sebelah kanan brankar.

"Dia masih disini," -batinnya.

Ia menatap seorang lelaki yang saat ini tengah tertidur di atas sofa rumah sakit itu dengan nyenyak. Raut mukanya terlihat sangat lelah.

Sampai lelaki itu menggerakan tubuhnya, dan membuka matanya dengan perlahan. Kemudian menoleh ke arah Nara yang saat ini masih menatapnya.

"Sayang udah bangun?" tanya lelaki tersebut sambil merubah posisinya menjadi duduk, mengucek matanya perlahan.

"Kamu bangun dari tadi?" tanyanya sekali lagi. Kali ini ia menghampiri Nara yang menggelengkan kepala, "Enggak kok, baru aja," ujarnya.

Lelaki itu mengusap puncak kepala Nara dengan pelan, "Kalo ada apa-apa bilang ya, aku mau cuci muka dulu bentar," dibalas anggukan Nara sambil tersenyum.


" Aku benar-benar beruntung! Aku tidak akan keluar dari tubuh ini. Aku akan hidup untuk kedua kalinya dalam tubuh ini...."

" Aku akan bahagia. Dan aku bisa membalaskan dendamku kepada mereka yang telah mengkhianatiku." ㅡBatinnya.


Nara turun dari brankarnya, menoleh sekilas pada pintu toilet hanya untuk memastikan lelaki itu masih didalam toilet.
Ia berjalan dengan langkah pelan, mengambil jaket yang tergeletak diatas sofa. Dan saat jaket itu diangkat sebuah dompet jatuh tepat didepannya.

Nara mengambil dompet itu dan ia melihat dengan jelas identitas lelaki tadi. Ia tersenyum, akhirnya dia mengetahui nama si lelaki yang mengaku sebagai pacarnya itu.

***

09.30

Setelah menghabiskan sarapannya dan meminum obat, Nara dan lelaki tadi memutuskan untuk keluar mencari udara segar. Saat ini mereka tengah berada di taman rumah sakit, merasakan udara sejuk di pagi hari.

Korea memang terkenal dengan udara dinginnya. Tidak heran jika taman rumah sakit tersebut sangat sejuk. Bahkan hampir jam sepuluh pagi, embun di rumah sakit itu masih sedikit terlihat dan cukup membuat dingin.

"Kamu kedinginan?" tanyanya.

"Tidak," jawab Nara dengan senyumannya seperti biasa.

Lelaki tersebut mengernyitkan keningnya tiba-tiba. Ia bingung, "Tumben, gak biasanya kamu ngomong formal banget kayak gini biasanya jugaㅡ"

"Hahaha enggak kok. Apasih kamu. Aku lagi jadi anak baik aja," potong Nara segera, senyumnya terlihat seakan di paksakan. Wajahnya memerah dan seketika dirinya menjadi kikuk. Lelaki itu hanya mengangguk walau masih ada sedikit rasa bingung di benaknya.


" Aku harus hati-hati! " -batinnya.

"Mark." ucap Nara.

Lelaki itu seketika menoleh, "Hm?"

"Ah enggak, aku cuma pengen panggil nama kamu aja, kangen hehe."

Nara membuang napasnya lega, ia tidak salah menyebut nama. Dia bersyukur karena telah diam-diam melihat identitas diri lelaki tersebut di dalam dompetnya pagi tadi.

Lelaki tersebut terkekeh geli, kemudian memeluk tubuh Nara dari belakang. Nara yang tengah terduduk di kursi roda itu membulatkan matanya.

ARCANE | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang