Setelah sesi main hujan selesai, Jeno dan Nara meneduhkan dirinya masing-masing. Bahkan, Nara terlihat menggigil kedinginan.
"Jeno, kat-kata kamu- nggak bakal dingin!?" ucap Nara sedikit terbata-bata karena rasa dingin yang menghinggapinya.
Jeno terkekeh. "Sebentar lagi rasa dinginmu akan hilang."
"Lima belas menit yang lalu kamu mengucapkan perkataan yang sama!"
Jeno hanya tertawa menanggapi Nara yang sudah terlihat kesal.
"Kata kamu, setelah hujan reda maka kita juga akan kering kembali. Tapi ini apa?!"
"Kamu bohong Jeno!"
"Aku dingin!"
Nara terus meracau dengan tubuh yang masih menggigil, dan suara gertakan gigi yang saling bertabrakan akibat dingin.
"Jika kau terus bicara, maka rasa dingin itu akan semakin terasa Nara."
"Justru kalo kita diem , dinginnya bakal lebih kera.....sa...."
Racauan Nara seketika terhenti ketika Jeno tiba-tiba memeluk tubuhnya dengan cukup erat.
Matanya membulat, ia terkejut bukan main. Seketika desiran didalam hatinya terasa, dan jantung yang memompa lebih cepat dari biasanya. Membuat Nara tidak bergerak sedikitpun. Pikirannya pun tidak bisa ia kontrol. Segala macam pikiran tentang Jeno dan perasaannya seketika menyeruak di setiap sudut kepalanya.
"Jeno..."
"Jen, ngapain??"
"Katanya kamu kedinginan Nara, aku hanya mencoba menghangatkanmu."
"Dan aku juga sepertinya kedinginan." ujar Jeno dengan entengnya.
Beda halnya dengan Nara yang sekarang sudah tidak karuan. Ada apa dengan dirinya ? Ada apa dengan Jeno? Mengapa ia harus merasakan kondisi yang sangat awkward seperti saat ini?!
Mungkin seperti itu pikiran Nara saat ini. Selain pikirannya yang dipenuhi pertanyaan bercabang, hatinya pun ikut tidak karuan. Rasanya saat ini perut Nara sangat mulas.
"Sampai kapan kita akan seperti ini Jeno?" lirih Nara.
Jeno tidak menjawab, dirinya malah menenggelamkan kepala Nara kedalam pelukannya.
"JENO, BRENGSEK!!!" -batin Nara yang sudah tidak kuat dengan perlakuan Jeno yang mungkin sangat aneh bagi dirinya.
" Sudah lama aku tidak merasakan kehangatan seperti ini." ucap Jeno.
"Berarti kamu selalu kedinginan?" polos Nara.
"Bukan. Kehangatan yang tidak hanya dirasakan oleh fisik, tapi hati juga."
Jeno melepaskan pelukannya karena Nara yang sudah tidak bisa diam. Tentu saja karena Nara merasa sesak napas.
Nara segera mengambil oksigen usai dirinya yang berhasil melepaskan diri dari dekapan tangan kekar Jeno.
Saat menoleh, Nara mendapati Jeno yang tengah menatapnya dengan tatapan yang tak biasa.
"K-kamu kenapa, Jeno?"
"Tidak tahu. Sudah lama aku tidak merasakan ini." lirihnya dengan tatapan yang masih tertuju pada wanita dihadapannya.
"Merasakan apa?" Nara mengangkat sebelah alisnya, heran.
Hening beberapa saat, sampai tangan Jeno menyentuh dadanya.
"Dada kamu sakit?"
"Bukan, Nara."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCANE | Lee Jeno
Mystery / Thriller[COMPLETED] "Tentang jiwa yang terpisah dengan raga.Tentang Engkau yang mencari kebenaran atas kematian yang tak wajar." Bisakah aku melihatmu lagi?ㅡArcane. [12-2021] #4 in Thriller [090222] #3 in Thriller [040322] #2 in Thriller Terdapat; - Kekeras...